Kelas Bocor, Siswa SDN Girimukti KBB Belajar di Ruangan Kotor Berlumpur

Senin, 04 Maret 2019 - 16:37 WIB
Kelas Bocor, Siswa SDN Girimukti KBB Belajar di Ruangan Kotor Berlumpur
Siswa SDN Girimukti, Kampung Rajamandala, Desa Mandala Mukti, Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat (KBB), terpaksa belajar di ruangan kelas kotor akibat kondisi sekolah yang bocor. Foto/SINDOnews/Adi Haryanto
A A A
BANDUNG BARAT - Puluhan siswa SD Negeri Girimukti, Kampung Rajamandala, Desa Mandala Mukti, Kecamatan Cikalongwetan, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat, terpaksa harus belajar dengan kondisi kelas kotor. Ini dikarenakan lumpur yang terbawa masuk ke dalam kelas akibat hujan deras sepanjang Minggu malam dan kondisi ruang kelas bocor.

"Hujan deras semalam dan cukup lama membuat air menggenang di dalam kelas karena atap sekolah sudah bocor. Makanya siswa terpaksa belajar dengan kondisi ruangan kelas yang kotor oleh lumpur dan tanah merah," kata salah seorang guru SD Negeri Girimukti, Cikalongwetan, Fauzi Gorib kepada SINDOnews, Senin (4/3/2019).

Dia menyebutkan, kondisi ruangan sekolah sebagian sudah rusak, bahkan ada tiga kelas yang atapnya bocor. Sementara, kelas yang masih layak dipakai hanya ada tiga ruangan, sehingga tiga kelas itu yang dimaksimalkan untuk proses belajar. Jika hujan turun setiap hari, pihaknya khawatir kerusakan kelas yang bocor semakin parah. Terlebih saat ini intensitas curah hujan masih tinggi sehingga harus dilakukan antisipasi demi keamanan para siswa.

"Kalau hujan deras turun siswa langsung kami suruh pulang karena khawatir ruang kelas ambruk dan menimpa mereka," kata guru kelas 5 ini.

Selain itu, kata dia, mulai besok pihak sekolah akan mengambil kebijakan membagi dua shift jam pelajaran karena ruang kelas yang bocor tidak akan dipergunakan. Hal ini sebagai upaya antisipasi dikarenakan saat ini masih berada pada periode musim hujan. Apalagi, bangunan sekolah yang bocor atapnya ada yang sebagian plafonnya bolong-bolong sehingga rentan ambruk.

Siswa yang masuk siang adalah kelas 4, 5, dan 6, sedangkan kelas 1, 2, dan 3 masuk pagi. Sekolah ini hanya memiliki enam ruang jelas, satu kantor, dan ruang perpustakaan. Karena itu, ketika ada kelas yang tidak bisa dipergunakan berimbas terganggunya jadwal pelajaran. Dirinya berharap ruang kelas yang rusak dan tidak aman untuk dipergunakan itu segera mendapatkan perhatian perbaikan.

"Di sini total ada 147 siswa dengan tujuh ruangan, jadi kalau tiga kelas tidak bisa dipakai maka tidak ada ruang pengganti sehingga terpaksa belajarnya dengan cara di-shift," pungkasnya.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 2.1048 seconds (0.1#10.140)