Sibuk Serang Jokowi, Dedi Nilai Kubu Lawan Keluarkan Jurus Dewa Mabuk

Kamis, 21 Februari 2019 - 22:55 WIB
Sibuk Serang Jokowi, Dedi Nilai Kubu Lawan Keluarkan Jurus Dewa Mabuk
Ketua TKD Jokowi-Maruf Jabar Dedi Mulyadi. Foto/SINDOnews/Agung Bakti Sarasa
A A A
PURWAKARTA - Serangan kubu lawan terhadap pasangan calon presiden-wakil presiden (capres-cawapres) Joko Widodo-Ma'ruf Amin (Jokowi-Ma'ruf) dinilai semakin kencang seiring semakin dekatnya pencoblosan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.

Ketua Tim Kampanye Daerah (TKD) Jokowi-Ma'ruf Jawa Barat Dedi Mulyadi menilai, kubu lawan kini semakin sibuk menjelek-jelekan Jokowi-Ma'ruf ketimbang mengampanyekan pasangan capres-cawapres Prabowo Subianto-Sandiaga Uno (Prabowo-Sandi).

Meski serangannya makin kencang, namun Dedi menilai, arah serangan lewat isu-isu yang dilontarkan mereka semakin tidak berdasar dan lebih banyak ngawur. Bahkan, Dedi menyebut, kubu lawan mengeluarkan jurus dewa mabuk untuk mendegradasi Jokowi-Ma'ruf di mata masyarakat.

"Kubu lawan ini sekarang sedang mengeluarkan jurus dewa mabuk," sebut Dedi saat ditemui di Kabupaten Purwakarta, Kamis (21/2/2019).

"Jadi, semakin ke sini semakin ngawur. Banyak isu-isu yang tidak mendasar, asal keluar dari mulut saja tanpa memikirkan aspek-aspek tertentu, bahkan tidak sesuai dengan fakta," sambung Dedi.

Dedi juga menyebut, kabar bohong (hoaks) yang kerap diandalkan kubu lawan sebagai peluru untuk menyerang Jokowi-Ma'ruf kini tak bisa lagi dibedakan oleh kaum intelektual, apalagi masyarakat kalangan menengah ke bawah yang menerima informasi tanpa filter.

"Contohnya berbagai berita atau kejadian yang terjadi di luar negeri dimasukkan ke Indonesia. Kejadian di India dibilang di Sukabumi, kejadian di Cina diberitakan di Jawa Tengah," sebut Dedi.

Meski demikian, pihaknya menganggap, upaya tersebut sebagai bagian dari strategi yang sengaja dilakukan kubu lawan untuk menyerang Jokowi-Ma'ruf yang merupakan capres-cawapres petahana.

"Itu bagaian dari strategi yang sengaja digunakan lawan yang saat ini merupakan oposisi. Setiap langkah Pak Jokowi sebagai Presiden itu salah dan dijelekan," katanya.

Dedi mengimbau agar semua pendukung, tim sukses, relawan, hingga kader pengusung Jokowi-Ma'ruf tak terpengaruh dan tak perlu menyerang balik jurus dewa mabuk yang dikeluarkan kubu lawan.

"Jurus dewa mabuk ini harus dilawan dengan ilmu taichi, harus jadi taichi master. Kita ikuti saja alurnya kemana tanpa harus menyerang balik," ujarnya.

Bahkan, Dedi menyarankan agar serangan kubu lawan tersebut dilawan kampanye kreatif dengan terus menyosialisasikan keberhasilan-keberhasilan Jokowi di periode pertama pemerintahannya.

"Biarin saja, nanti juga mereka cape dan diam sendiri. Kalau kita lawan, justru akan menghabiskan energi dan tidak bermanfaat, kita terus lakukan kampanye positif saja," jelasnya.

Selain bagian strategi kubu lawan, Dedi menganggap, serangan yang terus dilancarkan kepada Jokowi dikarenakan calon presiden yang diusung kubu lawan tidak memiliki prestasi dan pengalaman istimewa yang berkaitan dengan pemerintahan.

"Kampaye itu selayaknya mengeluarkan gagasan yang akan dilakukan dan prestasi yang telah dicapai, bukan saling serang yang berdampak tidak mendidik masyarakat," tukasnya.

Disinggung soal kampanye Jokowi-Ma'ruf yang dinilai kurang memberikan harapan bagi masyarakat, Dedi menjelaskan, status petahana yang melekat pada Jokowi menjadikannya tidak terlalu menguasai konten yang diharapkan masyarakat. Sebaliknya, konten kini dikuasai oleh lawannya.

"Apalagi, lawan Jokowi saat ini lebih nekad" imbuh Dedi.

Akan tetapi, menurut Dedi, Jokowi bukan berarti tidak memberikan harapan kepada masyarakat, melainkan pengemasannya saja yang berbeda. Terlebih, sebagai petahana, semua perkataan yang disampaikan Jokowi harus berdasarkan data dan fakta.

"Hal ini pun bukan persoalan strategi bertahan, namun memang karena serangan lawan yang sudah tidak jelas, tidak mendasar, dan ngawur," bebernya.

Karenanya, tambah Dedi, para elit pendukung Jokowi-Ma'ruf disarankan tak perlu menanggapi setiap serangan kubu lawan, bahkan menanggapi acara debat sekalipun. Apalagi, jika debat tersebut sengaja diatur agar Jokowi-Ma'ruf terpojok.

"Saran saya untuk semua pendukung Pak Jokowi, termasuk para elit, jangan dilawan, biarkan saja. Kalaupun ada undangan untuk acara debat, gak perlu hadir, itu cara yang paling mudah," tandasnya.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.7597 seconds (0.1#10.140)