Peringati 14 Tahun Tragedi Longsor TPA Leuwigajah, Warga Doa Bersama

Kamis, 21 Februari 2019 - 22:48 WIB
Peringati 14 Tahun Tragedi Longsor TPA Leuwigajah, Warga Doa Bersama
Sesepuh dan warga kampung adat Cireundeu, Leuwigajah, melakukan tabur bunga dan berdoa untuk memperingati 14 tahun tragedi longsor TPA Leuwigajah yang menewaskan 157 orang. Foto/SINDOnews/Adi Haryanto
A A A
CIMAHI - Tragedi longsor sampah 14 tahun silam di TPA Leuwigajah yang merenggut nyawa 157 orang masih membekas kuat di benak warga Kampung Cireundeu, Kota Cimahi.

Untuk mengenang peristiwa kelam yang terjadi akibat ledakan dari gas metan yang terakumulasi dari ribuan ton sampah tersebut, warga melakukan tabur bunga dan doa bersama di lokasi kejadian, Kamis (21/2/2019).

"Kenangan itu masih membekas meskipun sudah 14 tahun berlalu. Terutama bagi mereka yang harus kehilangan keluarga atau kerabat dekatnya," tutur sesepuh Kampung Cireundeu Asep Abas kepada wartawan di sela kegiatan.

Pria yang akrab disapa Abah Asep ini meminta, kenangan pahit tersebut jangan sampai dilupakan. Tapi harus jadi pelajaran berharga bagi generasi sekarang untuk bijak mengelola sampah. Oleh karenanya Hari Peringatan Sampah Nasional semestinya menjadi momentum dalam mengurangi sampah di masyarakat dan menata lingkungan sesuai peruntukannya.

Dia menegaskan, sudah cukup warga kampung adat Cireundeu menderita selama lebih dari 20 tahun. Sebab kawasan di sekitar lokasi tempat tinggal mereka, dijadikan tempat pembuangan akhir sampah dengan sistem pengelolaan yang tidak ramah lingkungan.

Selain menjadi tidak sehat, efek negatif lainnya adalah timbul kesan kalau Cireundeu identik dengan tempat sampah, bukannya kampung adat.

"Makanya warga sangat keberatan kalau ada wacana kawasan ini akan dijadikan tempat sampah seperti dulu. Kami akan mati-matian menolak," tegasnya.

Terkait dengan Hari Peringatan Sampah Nasional, dirinya menilai belum berdampak banyak pada pengurangan sampah di masyarakat. Peringatan HPSN terkesan hanya seremonial, kecuali bagi dirinya dan masyarakat adat Cireundeu yang sampai kapanpun pada peringatan HPSN pasti akan selalu mengingat luka bencana dahsyat tersebut. Dirinya pun meminta kepada Pemkot Cimahi agar Cireundeu harus menjadi kampung adat dan tujuan wisata.

Pada peringatan kali ini cukup berbeda dari peringatan sebelumnya, karena diwarnai dengan penampilan dua seniman yang salah satunya Irmal Sugama.

Alumni jurusan Seni Rupa UPI Bandung itu melakukan performance art dengan masuk ke plastik sepanjang 20 meter dan diameter 70 sentimeter (cm). Aksi itu melengkapi upacara perayaan yang diawali dengan tarian dan diakhiri dengan menabur bunga di lokasi longsor.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.6829 seconds (0.1#10.140)