Analisa Poltara, Kubu Kontra Jokowi Lebih Agresif dan Dominan di Medsos

Kamis, 09 Agustus 2018 - 00:09 WIB
Analisa Poltara, Kubu Kontra Jokowi Lebih Agresif dan Dominan di Medsos
Ilustrasi/SINDOnews/Dok
A A A
BANDUNG - Menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019, konstalasi politik juga diramaikan oleh gerakan kelompok pro dan kontra calon presiden (capres) petahana Joko Widodo (Jokowi). Namun, berdasarkan analisa, kubu kontra Jokowi lebih agresif dan dominan di media sosial (medsos).

Hasil analisa itu disampaikan oleh Analis Politika Nusantara (Poltara) Fajar Shiddieq dalam keterangan tertulis yang diterima SINDONews, Rabu (8/8/2018) malam. Lembaga analitik sosial media tersebut membandingkan dua kubu dengan indikator cuitan di Twitter, yakni kubu pro Jokowi dengan tanda pagar (tagar) #2019TetapJokowi dan kubu kontra Jokowi dengan tagar #2019GantiPresiden.

Pihaknya memprediksi, kedua tagar tersebut akan terus digunakan melalui media sosial hingga penyelenggaraan Pilpres 2019 mendatang sejak gerakan #2019GantiPresiden muncul melalui politisi PKS Mardani Ali Sera pada April lalu.

Menurut Shiddieq, dalam sebulan terakhir, total percakapan yang muncul untuk kedua tagar mencapai 853.092 cuitan. Meski fluktuatif, namun volume ekspos didominasi oleh #2019GantiPresiden, yakni mencapai 78% atau setara dengan 665.418 tweets. Sedangkan untuk #2019TetapJokowi hanya memperoleh 22% atau 187.674 tweets.

Bahkan, selisih volume ekspos tertinggi sangat terlihat pada tanggal 29 Juli 2018 lalu. Shiddieq menyebut, hal itu tak lepas dari dukungan netizen terhadap aktivis #2019GantiPresiden Neno Warisman yang sempat dilarang keluar dari Bandara Hang Nadim, Batam.

"Berdasarkan aktivitas netizen di kedua kubu, netizen kontra Jokowi lebih responsif dalam menanggapi isu-isu di media social secara masif dan simultan," kata Shiddieq.

Analisa pun dilakukan terhadap influencer atau akun dengan paling banyak di-retweet. Dari total 20 akun untuk kedua tagar terlihat bahwa @bangPino_ dan @RajaPurwa menjadi akun dengan konten yang paling banyak di-retweet untuk #2019GantiPresiden, yakni 46.200 dan 42.756 retweets. Sedangkan #2019TetapJokowi hanya mencapai 21.239 retweets, yakni dari akun RizmaWidiono.

"Secara umum, aktivitas dari #2019GantiPresiden sangat masif dilakukan oleh akun-akun influencers di linimasa Twitter," ujar dia.

Berdasarkan analisa data Twitter terkait cuitan dengan dua tagar itu, Poltara menyimpulkan bahwa kedua kubu terus gencar membuat opini kepada masyarakat menjelang Pilpres 2019.

Visualisasi SNA telah memperlihatkan interaksi antara kedua kubu terus bergulir melalui masing-masing influencers yang sama-sama berperan aktif. Namun, lagi-lagi kelompok kontra masih mendominasi. Bahkan, untuk lima influencers teraktif dari kedua kubu, empat akun di antaranya muncul dari kelompok #2019GantiPresiden.

"Artinya, aktivitas influencers yang menginginkan pergantian presiden pada 2019, benar-benar disuarakan secara masif, konsisten, dan memiliki reaksi cepat melalui linimasa Twitter," tutur Shiddieq.

Dia menambahkan, pendukung Jokowi mengeluarkan banyak tagar serupa di sepanjang Juli. Poltara mencatat, ada sekitar 10 varian tagar yang bermunculan untuk meng-counter #2019GantiPresiden, namun upaya itu belum membuahkan hasil jika dilihat dari indikator cuitan.

Merujuk kepada intensitas dan dinamika dari masing-masing kubu dalam membicarakan Pilpres 2019, hal yang dapat digarisbawahi adalah masing-masing kelompok (baik pro maupun kontra) akan terus mencari strategi dalam menggiring wacana politik di media sosial.

"Peperangan hashtag akan terus berlanjut jika nama-nama capres dan cawapres diumumkan nanti. Namun, wacana isu yang dimainkan oleh masing-masing kubu nanti akan sedikit berbeda sesuai latar belakang dan momentum dari kedua paslon (atau bahkan lebih) yang akan berkompetisi," pungkas dia.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.2328 seconds (0.1#10.140)