TKN Jokowi Maruf Ajak Santri Subang Deklarasi Antihoax
A
A
A
SUBANG - Direktur Relawan TKN Jokowi-Maruf Maman Imanulhaq bersama santri dan aktivis organisasi Nahdlatul Ulama (NU) mengelar deklarasi antihoax di Pondok Pesantren Raudlatul Hasanah, Subang, Selasa (19/2/2019).
Maman yang juga calon anggota DPR RI Dapil Subang, Majalengka, Sumedang dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu mengajak masyarakat agar dalam pesta demokrasi pada 17 April 2019 mendatang memilih pemimpin terbaik.
Masyarakat diminta jeli dan tidak terpengaruh oleh berita-berita bohong atau hoax, terutama berbau politik yang bertujuan menyerang salah satu calon presiden (capres) atau kelompok. "Kami ingin Pilpres 2019 ini berjalan damai, lancar dan demokratis, tanpa dikotori hoax,” kata Maman.
Menurut dia, di era digital seperti sekarang berita hoax bisa dengan cepat menyebar luas melalui media sosial (medsos). Untuk itu, jika ada berita miring yang menyerang atau merugikan pihak-pihak tertentu di media sosial, masyarakat diharapkan tidak langsung percaya.
Apalagi terprovokasi sehingga memicu respons negatif. “Hoax sangat merusak demokrasi dan berbahaya. Kita harus bijak menggunakan media sosial,” ujar dia.
Maman mengapresiasi Kementerian Informasi Komunikasi Informatika (Kemenkominfo) yang konsisten menyosialisasikan antihoax dengan merangkul sejumlah pesantren dan masyarakat. Sehingga masyarakat menyadari atas kondisi yang terjadi dan bisa lebih hati-hati menerima berita-berita miring yang beredar.
Selain menggelar deklarasi antihoax, dalam kegiatan yang dilaksanakan di pondok pesantren pimpinan KH Mukmin atau akrab disapa Maung Subang itu, juga dilaksanakan sosialisasi Pilpres 2019. “Jadi nanti pada 17 April kita jangan golput,” tutur Maman.
Selian para santri, acara tersebut dihadiri ibu-ibu Muslimat NU dan organisasi cabang NU lainnya. Maman memberi soliusi agar bisa memerangi hoax, salah satunya dengan memperbanyak konten-konten positif di media sosial.
Dengan begitu diharapkan konten-konten negatif yang saat ini banyak beredar terkalahkan. Masyarakat harus bijak menggunakan media sosial.
“Jadi ada beberapa langkah menangkal hoax. Pertama, gerakan literasi berbasis pesantren dan majelis taklim. Kedua, adalah melakukan klarifikasi dan check and recheck dari berita-berita beredar. Yang ketiga, diskusi seperti menggelar pertemuan-pertemuan semacam ini,” pungkas Maman.
Maman yang juga calon anggota DPR RI Dapil Subang, Majalengka, Sumedang dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu mengajak masyarakat agar dalam pesta demokrasi pada 17 April 2019 mendatang memilih pemimpin terbaik.
Masyarakat diminta jeli dan tidak terpengaruh oleh berita-berita bohong atau hoax, terutama berbau politik yang bertujuan menyerang salah satu calon presiden (capres) atau kelompok. "Kami ingin Pilpres 2019 ini berjalan damai, lancar dan demokratis, tanpa dikotori hoax,” kata Maman.
Menurut dia, di era digital seperti sekarang berita hoax bisa dengan cepat menyebar luas melalui media sosial (medsos). Untuk itu, jika ada berita miring yang menyerang atau merugikan pihak-pihak tertentu di media sosial, masyarakat diharapkan tidak langsung percaya.
Apalagi terprovokasi sehingga memicu respons negatif. “Hoax sangat merusak demokrasi dan berbahaya. Kita harus bijak menggunakan media sosial,” ujar dia.
Maman mengapresiasi Kementerian Informasi Komunikasi Informatika (Kemenkominfo) yang konsisten menyosialisasikan antihoax dengan merangkul sejumlah pesantren dan masyarakat. Sehingga masyarakat menyadari atas kondisi yang terjadi dan bisa lebih hati-hati menerima berita-berita miring yang beredar.
Selain menggelar deklarasi antihoax, dalam kegiatan yang dilaksanakan di pondok pesantren pimpinan KH Mukmin atau akrab disapa Maung Subang itu, juga dilaksanakan sosialisasi Pilpres 2019. “Jadi nanti pada 17 April kita jangan golput,” tutur Maman.
Selian para santri, acara tersebut dihadiri ibu-ibu Muslimat NU dan organisasi cabang NU lainnya. Maman memberi soliusi agar bisa memerangi hoax, salah satunya dengan memperbanyak konten-konten positif di media sosial.
Dengan begitu diharapkan konten-konten negatif yang saat ini banyak beredar terkalahkan. Masyarakat harus bijak menggunakan media sosial.
“Jadi ada beberapa langkah menangkal hoax. Pertama, gerakan literasi berbasis pesantren dan majelis taklim. Kedua, adalah melakukan klarifikasi dan check and recheck dari berita-berita beredar. Yang ketiga, diskusi seperti menggelar pertemuan-pertemuan semacam ini,” pungkas Maman.
(awd)