Awal Masuknya Tionghoa di Tasikmalaya

Selasa, 19 Februari 2019 - 06:44 WIB
Awal Masuknya Tionghoa di Tasikmalaya
Perayaan Imlek di Tasikmalaya. Foto/SINDOnews/Jani Noor
A A A
TASIKMALAYA - Keberadaan etnis Tionghoa di Tasikmalaya , Jawa Barat, menarik disimak. Termasuk latar belakang aktivitas mereka saat pertama kali masuk Tasikmalaya.

Catatan penulis Tionghoa asal Tasikmalaya Oey Hong Thay yang dikutip dari Buku 'Gedenk Boek' Tahun 1933, pertama kali orang Tionghoa tinggal di Singaparna, yang kini merupakan Ibu Kota Kabupaten Tasikmalaya.

Menurut penuturun Oey Hong Thay, sekitar tahun 1870-1875 ketika Tasikmalaya (kala itu bernama Sukapura) dengan Ibu Kotanya Manonjaya dan masih di bawah Sumedang, terdapat kurir surat antara Sumedang dan Cirebon. (Baca Juga: Cerita tentang Berpindah-pindahnya Ibu Kota Sukapura
Di Cirebon ada seorang pengusaha kaya bernama The Tiang Seng yang memiliki usaha perdagangan. Ia selalu pulang pergi dari Cirebon ke Sumedang, sehingga akhirnya menjadi sahabat Pangeran Sumedang. Kemudian, dia memohon agar bisa berdagang di Tasikmalaya untuk menantunya bernama Thio Boen Pang.

Dimulailah usaha dagangnya itu dengan membuka toko di Singaparna, berdekatan dengan Toko Bako Cap Kereta Mesin. Thio Boen Pang yang membawa adiknya Thio Oetan menjual gambir karena penduduk Pasundan dikenal pengunyah sirih.

Thio Oetan inilah yang akhirnya diam di Tasikmalaya dan menjadi penduduk Tionghoa pertama di Tasikmalaya sambil membuka jasa angkutan barang dari Tasikmalaya ke Cirebon atau sebaliknya.

Jasa pengangkutan barang itu hanya menggunakan tandu berkuda dan ada juga yang jalan kaki dengan memakan waktu sampai tiga hari. Mereka menelusuri jalan Ciawi, Panumbangan, Panjalu, Cibubuhan, Cikijing Ciamis.

Perdagangan di Tasikmalaya mulai ramai, sehingga etnis Tionghoa lain berdatangan dan membuka usaha di Tasikmalaya. Namun, Thio Oetan tak lama di Tasikmalaya. Dia pindah ke Bandung karena berselisih dengan priyayi Tasikmalaya.

Tasikmalaya pun semakin ramai lagi setelah dibukanya jalur kereta Cibatu-Banjar sehingga penduduk Tionghoa bertambah menjadi 50 orang.

Barang-barang dari Jakarta juga mulai masuk ke Tasikmalaya karena lancarnya jalur kereta api, termasuk barang dari Tasikmalaya seperti minyak kelapa.

Lambat laun, semakin banyaklah etnis Tionghoa di Tasikmalaya. Hal ini terlihat sejak kepemimpinan Bupati Tasikmalaya ke-14 RAA Wiratanuningrat pada tahun 1913 sampai sekarang.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 2.7221 seconds (0.1#10.140)