Perbarindo Gagas Transformasi Layanan dari Konvensional ke Digital

Minggu, 17 Februari 2019 - 20:39 WIB
Perbarindo Gagas Transformasi Layanan dari Konvensional ke Digital
Ketua Umum DPP Perbarindo Joko Suyanto dan jajaran pengurus meresmikan Rumah Perbarindo Jawa Barat di Kompleks Senam Indah, Kota Bandung, Minggu (17/2/2019). Foto/SINDOnews/Arif Budianto
A A A
BANDUNG - Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) menggagas perubahan pelayanan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dari konvensional ke digital.

Perubahan layanan tersebut dilakukan untuk menjawab kebutuhan pelayanan perbankan yang kian cepat.

Ketua Umum DPP Perbarindo Joko Suyanto mengatakan, Perbarindo mengantisipasi banyak hal, terutama daya saing untuk perubahan bisnis ke depan di era digital dengan menggagas Program Transformasi BPR atau BPR is Now.

“Kami mentransformasikan menjadi BPR yang mampu berjalan sesuai perubahan bisnis yang saat ini berkembang. Kami sedang kolaborasi, bagaimana mengubah pelayanan dari konvensional ke digital,” kata Joko seusai peresmian Rumah Perbarindo Jabar di Kompleks Senam Indah, Kota Bandung, Minggu (17/2/2019).

Transformasi ke bisnis digital, ujar dia, diharapkan mampu memenuhi permintaan masyarakat. Di mana pelayanan dilakukan secara digital, cepat, dan mudah. Masyarakat juga semakin mudah mengakses layanan perbankan BPR.

Dia mengemukakan, kehadiran Rumah Perbarindo di Jabar diharapkan menjadi rumah perjuangan anggota yang merupakan BPR di Jabar. Rumah tersebut agar BPR punya kontribusi ekonomi ke Jabar.

“Bagaimana ini menjadi tempat untuk menginisiasi bisnis atau tingkatkan service level ke masyarakat. Terutama masyarakat kecil. Mereka bisa dilayani perbankan (BPR) secara lebih baik, mudah, dan sederhana. Sehingga secara ekonomi semakin efisien dan meningkat,” ujar dia.

Joko berharap, market share BPR di Jawa Barat dan nasional bisa semakin besar. Sehingga kontribusi terhadap ekonomi nasional semakin meningkat. Langkah itu bisa dilakukan dengan melakukan kolaborasi dengan pemerintah daerah dan institusi lokal.

“BPR tidak mungkin bisa berdiri sendiri. Tetapi harus kolaborasi dengan pemda dan lain. Bagaimana BPR masuk ke program perekonomian daerah, masuk ke sumber keuangan daerah, baik untuk pembiayaan atau simpanan dana,” tutur Joko.

Saat ini, ungkap dia, peran BPR sudah sangat luas di Indonesia. Ada 15 juta rekening yang dilayani. Mayoritas adalah pelaku UMKM. Secara jumlah, jaringan BPR di Indonesia mencapai 6.600.

“Artinya, kita harus bisa buktikan bahwa peran BPR ada. Kami punya fungsi edukasi ke masyarakat kecil. Mereka jadi kenal bank dan bisa melayani masyarakat secara luas,” pungkas dia.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.9482 seconds (0.1#10.140)