Resmikan Masjid Al Amman, Kapolri: Ibadah Cegah Penyalahgunaan Wewenang

Sabtu, 16 Februari 2019 - 00:58 WIB
Resmikan Masjid Al Amman, Kapolri: Ibadah Cegah Penyalahgunaan Wewenang
Kapolri Jenderal Pol M Tito Karnavian menggunting pita rankaian bunga saat meresmikan Masjid Al Amman Mapolda Jabar, Jumat (15/2/2019). Foto/SINDOnews/Agus Warsudi
A A A
BANDUNG - Kapolri Jenderal M Tito Karnavian meresmikan Masjid Al Amman di Kompleks Mapolda Jabar, Jalan Soekarno-Hatta, Kota Bandung, Jumat (15/2/2019).

Dalam sambutannya, Tito mengatakan, dirinya telah diundang oleh Kapolda Jabar Irjen Pol Agung Budi Maryoto untuk meresmikan masjid Polda Jabar ini sejak satu bulan lalu.

"Saya pikir, apapun di tengah-tengah kesibukan, saya upayakan hadir karena ini menyangkut hal yang sangat penting, yaitu pembangunan rumah ibadah. Mudah-mudahan saya dapat pahala juga meresmikan masjid ini, insyal Allah," kata Tito.

Resmikan Masjid Al Amman, Kapolri: Ibadah Cegah Penyalahgunaan Wewenang


Tito mengemukakan, tempat ibadah penting bagi jajaran Polri dan masyarakat secara umum. Sebab, memang banyak ahli yang menjelaskan bahwa, manusia harus memiliki paling tidak tiga kemampuan atau kecerdasan utama.

Yakni, ujar dia, kecerdasan di bidang intelektual atau Intelectual Quotient (IQ). Kedua, kecerdasan emosi atau Emotional Quotient (EQ). Kecerdasan ini berkaitan dengan kemampuan seseorang berinteraksi sosial, hubungan antarmanusia, dan mengendalikan emosi.

Bahkan kecerdasan emosional dianggap lebih penting dibanding IQ. Orang yang lebih mampu berinteraksi meskipun intelektualnya mungkin levelnya lebih rendah dibanding yang lain, belum tentu yang IQ-nya lebih baik itu lebih sukses daripada yang kemampuan EQ-nya lebih menonjol.

Faktor ketiga yaitu, kecerdasan spiritual atau Spiritual Quotient (SQ). "Jadi untuk menjadi manusia yang baik, harus memiliki kemampuan intelektual yang bagus, cerdas. Kemudian bisa berinteraksi mengendalikan emosi, sehingga bisa diterima semua pihak. Yang ketiga adalah, memiliki keimanan kuat yaitu Spiritual Quotient," ujar Kapolri.

Bagi Polri, tutur Tito, peresmian masjid ini memiliki nilai tambah dibanding peresmian masjid di tempat lain. Sebab, Polri adalah institusi yang memiliki power atau kewenangan, kekuatan, dan kekuasan yang diberikan oleh rakyat serta negara.

Menurut Tito, Polri adalah institusi unik. Kaki kanannya di eksekutif, di bawah Presiden, kaki kirinya di bagian yudikatif, dalam konteks penegakan hukum. Polri memiliki power, senjata dalam arti sebenarnya, dan senjata legal atau hukum.

"Power yang sedemikian besar, baik persenjataan, anggota terlatih, dan kewenangan hukum,ini harus dijaga. Karena kewenangan, seperti dinyatakan politisi asal Inggris, Lord Acton,'Power tends to corrupt and absolute power corrupts absolutely'," tutur Tito.

Artinya, ungkap Kapolri asal Palembang ini, kewenangan itu cenderung untuk menyimpangdankewenangan yang terlalu absolut pasti akan menyimpang. Karena itu, kewenangan yang dimiliki Polri, harus dijaga jangan sampai terjadi abused of power atau penyalahgunaan kewenangan.

"Jika itu terjadi, akan berbahaya. Alih-alih jadi pelindung dan pengayom masyarakat, bisa menjadi pengganggu masyarakat karena menyalahgunaan kewenangan," ungkap dia.

Tito menyatakan, karena itu ada perimeter atau batasan yang dibuat agar jangan sampai terjadi penyalahgunaan wewenang oleh anggota Polri. Mulai dari mekanisme internal, ada kode etik Polri, anggota Polri yang salah masuk peradilan umum, maupun lembaga eksternal Kompolnas, media, DPR, Ombudsman, dan lain-lain.

"Tapi dari semua perimeter untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan wewenang, yang paling penting adalah mekanisme pertahanan dari dalam diri sendiri. Internal defence. Jadi (pertahanan) dari dalam diri pribadi tiap-tiap individu (anggota Polri). Kadiv Propam ada di sini, tapi anggota masih bisa mengelak untuk menyalahgunakan kewenangan. Ada kapolda, kapolres, tapi gak bisa mengawasi 24 jam," kata Tito.

Karena itu, ujar dia, siapa yang bisa mengendalikannya? Diri sendiri. Tetapi diri sendiri itu harus dibuat dan dibangun dengan kesadaran sendiri dan dibuatkan sarana prasaran serta sistemnya. Salah satunya adalah unsur keagamaan, keimanan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.

"Itulah mengapa saya menganggap pembangunan masjid ini begitu penting di dalam lingkungan polda ini. Karena ini (masjid) bisa menjadi sarana anggota kita, Polri, memperkokoh SQ-nya, keimanannya. Sehingga anggota bisa menahan dan mengendalikan diri agar kewenangan dan senjata tidak disalahgunakan untuk menjadi pengganggu masyarakat," ujar Tito.

Dengan keimanan yang kokoh, tutur Kapolri, anggota Polri kembali ke jiwa Pancasila, doktrin Tribrata, dan Catur Prasetya. "Mengabdi kepada rakyat. Pelindung dan pengayom masyarakat," tutur Kapolri.

Sekadar untuk diketahui, Masjid Al Amman Mapolda Jabar berdiri di atas lahan cukup luas. Masjid ini mampu menampung ratusan jamaah. Masjid Al Amman yang dilengkapi satu menara dan taman ini diinisiasi oleh Komjen Pol Mohammad Iriawan saat menjabat Kapolda Jabar pada periode 2013-2015.

Pembangunan masjid rancangan Ridwan Kamil tersebut kemudian dilanjutkan oleh mantan Kapolda Jabar Irjen Pol (Purn) Anton Charliyan periode 2016-2017. Selanjutnya, estafet pembangunan Masjid Al Amman sampai selesai dilaksanakan oleh Kapolda Jabar saat ini Irjen Pol Agung Budi Maryoto.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 4.5671 seconds (0.1#10.140)