Gubernur: Ini Tiga Syarat Indonesia Jadi Negara Adidaya

Jum'at, 15 Februari 2019 - 21:13 WIB
Gubernur: Ini Tiga Syarat Indonesia Jadi Negara Adidaya
Gubernur Jabar Ridwan Kamil. Foto/SINDONews/Agus warsudi
A A A
BANDUNG - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian berbicara mengenai prediksi Indonesia menjadi negara adidaya pada 2045.

Ridwan Kamil mengatakan, Indonesia bisa bersaing dengan negara maju seperti Rusia, Amerika Serikat, bahkan China. Berdasarkan studi ilmiah, ada beberapa syarat sebuah negara bisa menjadi negara adidaya.

Semua faktor pendukung, kata Gubernur yang akrab disapa Emil ini, dimilik oleh Indonesia. Indonesia memiliki penduduk yang banyak. Potensi ini, membuat Indonesia kaya akan sumber daya manusia (SDM) atau angkatan kerja. Kemudian wilayah luas dan sumber daya alam (SDA) yang kaya.

"Sumber daya yang diperlukan untuk mewujudkannya (jadi negara adidaya) sudah dimiliki Indonesia," kata Emil saat memberikan sambutan dalam acara peresmian Masjid Al Amman Mapolda Jabar, Jalan Soekarno-Hatta, Kota Bandung, Jumat (15/2/2019).

Meski begitu, ujar Gubernur, terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi. Dalam konteks Jawa Barat, Ridwan Kamil menyatakan bahwa provinsi ini memiliki peran vital dalam kemajuan Indonesia secara keseluruhan.

Hal itu didasarkan pada fakta bahwa 20% penduduk Indonesia berada di Provinsi Jawa Barat. Artinya, ada tugas berat yang harus diatasi terkait jaminan di provinsi yang dia pimpin.

"Kalau kami bisa mengurusi ini minimal 20 persen penduduk Indonesia ini bisa diselesaikan dengan baik di Provinsi Jawa Barat. Provinsi kami juga adalah provinsi paling dekat dengan ibu kota. Kalau kami kondusif, Jakarta tenang. Tapi, kalau kami bergolak atau tak kondusif, ibu kota akan terkena imbasnya," ujar Emil.

Menurut dia, ada sebuah prediksi dan kajian bahwa tahun 2045 atau setelah 100 tahun berstatus negara merdeka, Indonesia bakal jadi negara adidaya ketiga di dunia.

Semua itu bisa terwujud jika semua syarat terpenuhi. Syarat yang pertama adalah pertumbuhan ekonomi terus berjalan baik minimal di angka 5%.

Lalu, kedua kualitas bonus demografi atau anak-anak mudanya kompetitif dan punya keahlian digital. Syarat terakhir, ketiga, adalah kondusivitas negara, terutama pergantian pemimpin amandan terjaga dengan baik.

Emil menyatakan, banyak negara yang terpuruk karena berada dalam situasi peperangan. Dia mencontohkan negara Suriah yang sebagian besar penduduknya tidak merasakan keaman dan kenyamanan.

"Contoh lain negara negara Afganistan. Selama 40 tahun tak berhenti berperang. Padahal suku bangsanya hanya tujuh, Indonesia 400 lebih (suku bangsa). Para ulama berijtihad (bersepakat) dengan pendiri bangsa menjadikan Pancasila sebagai ijab kabul, sebagai kesepakatan akad. Kalau akad itu diganggu, kami tak yakin NKRI ini bisa bertahan," tutur Emil.

Begitu juga dengan negara Yugoslavia. Akibat perang, negara Yugoslavia yang pernah dipimpin oleh Bros Tito, kini terpecah menjadi negara-negara kecil, Bosnia Herzegovina, Serbia, dan lain-lain.

Sementara itu, Tito Karnavian menyatakan bahwa prediksi bahwa Indonesia bakal menjadi adidaya yang disampaikan Ridwan Kamil sudah disurvei dan dianalisa oleh lembaga kelas dunia, seperti Bloomberg, Gelf International hingga World Bank.

Urutan negara yang masuk dalam prediksi itu adalah China, India, Amerika Serikat, dan Indonesia. Negara yang dilabeli super power indikatornya memiliki kemampuan pengelolaan dan sumber daya yang menunjang pertumbuhan ekonomi.

"Negara yang punya ekonomi, produksi besar, itu akan menjadi superpower. Dalam berbagai analisis dsampaikan, ini masuk akal rasional," kata Tito.

Indikator berupa jumlah penduduk besar, ujar Tito, menjadi salah satu syarat. Karena, penduduk adalah penunjang bergulirnya mesin produksi besar.

Selain itu, sebuah negara superpower harus memiliki sumber daya alam melimpah dan memiliki bentangan wilayah luas, untuk mengakomodir mesin produksi besar tersbeut.

"Russia mungkin nomor satu, India, China, AS, Brazil, dan Afsel (Afrika Selatan). Dari 193 negara PBB, hanya lebih kurang tujuh yang memenuhi kriteria itu, salah satunya adalah Indonesia," ujar Tito.

Menurut Tito, Singapura tidak akan pernah menjadi negara superpower, meski pun negara kaya. Karena jumlah penduduknya kecil. Di sana hanya 5 juta. "Kecil, gak punya SDA. Luas wilayah Singapura, kata Habibi, itu dalam peta hanya titik kecil merah di atas Indonesia," tutur Kapolri.

Sedangkan Australia, ungkap Tito, meski memiliki bentangan wilayah yang luas dan kekayaan alamnya banyak, namun, tetap tidak bisa jadi superpower, karena jumlah penduduknya dan angkatan kerjanya pun tak lebih besar dari Jawa barat.

"Penduduk Australia hanya 25 juta. Setengah dari Jawa Barat. Karena itu, Australia tak memenuhi syarat menjadi negara superpower," ungkap Tito.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 4.6750 seconds (0.1#10.140)