Kondisi di Sekitar Sasak Gantung Anjun Mengkhawatirkan

Jum'at, 15 Februari 2019 - 12:59 WIB
Kondisi di Sekitar Sasak Gantung Anjun Mengkhawatirkan
Seorang warga melintas di Sasak Gantung, dari arah Anjun menuju Kelewih. Di bagian Kelewih, tampak jelas sisa-sia abrasi yang terjadi di dekat bantalan sasak. Foto/SINDOnews/Inin Nastain
A A A
MAJALENGKA - Keputusan mengecat Sasak Gantung yang menghubungkan Blok Kelewih-Anjun, Desa/Kecamatan Jatitujuh, Majalengka , Jawa Barat, yang dilakukan oleh komunitas Hujan Keruh bersama masyarakat sekitar berbuah manis. Hal itu terlihat dari banyaknya masyarakat yang datang ke lokasi untuk menikmati daya tarik Sasak, sembari berswafoto ria.

Adanya aksesori pelengkap, seperti bangku bambu, umbul-umbul, dan lainnya, membuat masyarakat semakin betah untuk nongkrong di sekitar jembatan yang memiliki panjang sekitar 35 meter itu. Tidak hanya masyarakat Jatitujuh, beberapa warga yang datang ke tempat instagramble baru itu pun mengaku berasal dari Kabupaten Indramayu. (Baca Juga: Sasak Gantung di Majalengka Ini Sangat Instagramable
Namun sayang. Setelah Sasak Gantung itu menjelma menjadi tempat buruan pencinta swafoto, kini muncul masalah baru. Permasalahan bukan bersumber dari sasaknya, melainkan kondisi di sekitar sasak itu berada.

Seiring semakin seringnya turun hujan, berdampak terhadap terancamnya kondisi tanah di sekitar bantalan Sasak Gantung. Dalam beberapa hari terakhir, pelan tapi pasti, tanah di sana mulai mengalami abrasi.

"Persis di dekat bantalan sasak, yang di daerah Kelewih kondisinya cukup mengkhawatirkan. Memang tidak langsung gede, tetapi terus-terusan. Sekarang aja, kan bisa kelihatan ada (tanah) yang longsor," kata ketua Sanggar Hukan Keruh Sarpoed, Jumat (15/2/2019).

Jika abrasi tersebut berlanjut dan menyebabkan Sasak Gantung putus, berdampak terhadap warga sekitar. "Ini jadi jalan yang digunakan teman-teman masyarakat Anjun dalam beraktivitas, baik ke pasar, sekolah atau kegiatan lainnya. Begitu juga sebaliknya, tidak sedikit masyatakat Kelewih dan Jatitujuh pada umumnya yang beraktivitas di Anjun," jelas dia.
Kondisi di Sekitar Sasak Gantung Anjun Mengkhawatirkan

Selain Sasak Gantung, sejatinya masih ada akses lain untuk menuju ke Blok Anjun dan sebaliknya. Namun, mengingat jarak yang lumayan jauh dan kondisi jalan yang juga tidak baik, masyarakat lebih memilih untuk menggunakan Sasak Gantung. Apalagi, jalan lain itu pun di beberapa titik sudah terjadi abrasi, karena memang jalan itu merupakan gawir (tebing) sungai.

"Harapannya mudahan-mudahan BBWS bisa segera melakukan tindakan. Ini kan anak Sungai Cimanuk, yang menjadi pembuangan air dari saluran Cipelang ( Bendung Rentang )," jelas dia.

"Jangan sampai kejadian beberapa tahun lalu kembali terjadi, ketika ada beberapa rumah warga yang tergerus abrasi. Sebelum ada korban dan kerugian, alangkah baiknya ada penanganan, entah disender atau apa pun lah, untuk menahana abrasi itu," lanjut Sarpoed.

Meskipun hanya terdiri dari 1 RW dan 1 RT, jumlah penduduk di Blok Anjun terbilang cukup besar. Hingga saat ini tercatat tidak kurang dari 90 KK. "Untuk jumlah warga sendiri sekitar 300 orang," kata Kaur Umum Desa Jatitujuh Eman Sulaeman.

Sepengengetahuannya, hingga saat ini belum pernah ada pengerjaan yang dilakukan untuk mencegah abrasi di daerah itu.

"Sebelumnya jarak antara Kelewih dan Anjun ini sekitar 15 meter. Sekarang sudah sekitar 30 meter, karena abrasi itu. Selama ini belum pernah ada pengerjaan penyenderan, baik oleh BBWS, apalagi instansi lainnya. Secara kewenangan ini masuknya ke BBWS," jelasnya.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.8186 seconds (0.1#10.140)