Penyakit DBD Serang 2.461 Warga di Jabar, 18 Meninggal Dunia

Jum'at, 08 Februari 2019 - 20:29 WIB
Penyakit DBD Serang 2.461 Warga di Jabar, 18 Meninggal Dunia
Sekretaris Dinkes Jabar Uus Sukmara (kanan) didampingi Ketua Tim Penggerak PKK Jabar Atalia Praratya (tengah) memaparkan penyebaran penyakit DBD di Jabar, Jumat (7/2/2019). Foto/Istimewa
A A A
BANDUNG - Pemprov Jawa Barat mengajak seluruh warga Jabar aktif memberantas penyebaran penyakit demam berdarah dengue (DBD) yang telah menyerang 2.461 warga dimana 18 orang di antaranya meninggal dunia.

Jumlah warga yang terjangkit DBD tersebut tercatat sejak akhir 2018 hingga Januari 2019 lalu. Peran serta masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk dinilai penting, agar perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti sebagai penyebab DBD bisa ditekan.

"Korban yang meninggal akibat DBD disebabkan keterlambatan dalam diagnosa. Jadi, ketika dibawa ke rumah sakit, korban sudah shock," ungkap Sekretaris Dinas Kesehatan (Dinkes) Jabar Uus Sukmara dalam kegiatan Jabar Punya Berita (Japri) di Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Jumat (7/2/2019).

Menurut Uus, jumlah kasus DBD di Jabar setiap tahunnya berubah. Pada 2016, tercatat 36.569 kasus dimana 276 orang di antaranya meninggal dunia. Pada 2017 terdapat 11.422 kasus dengan 56 orang meninggal, dan pada 2018 kembali naik menjadi 11.458 kasus dimana 57 orang di antaranya meninggal dunia.

"Tahun ini, kasus DBD terjadi di lima daerah, yakni Kota Depok 319 kasus, Kabupaten Bandung 236 kasus, Kota Bandung 224 kasus, Kabupaten Bandung Barat 277 kasus, dan Kota Cimahi 200 kasus," paparnya.

Sementara 18 orang korban yang meninggal dunia akibat DBD berasal dari Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi, Kabupaten Cianjur, Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Depok, dan Kota Bandung.

"Yang lebih dari dua orang (meninggal dunia) itu berasal dari Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, dan Kota Bogor akibat keterlambatan diagnosa," terang Uus.

Uus menambahkan, pihaknya juga telah menyampaikan surat edaran berisi imbauan bagi seluruh daerah untuk meningkatkan pemantauan dan menganalisa potensi berkembangnya kasus DBD di setiap daerah.

"Kita imbau melalui surat gubernur, melakukan pemantuan secara berkala dan melakukan analisis untuk menetapkan daerah mana saja yang betul-betul tinggi karena satu kabupaten itu bukan berarti merata," tandasnya.

Masih di tempat yang sama, Ketua Tim Penggerak Pemberdaya Kesejahteraan Keluarga (PKK) Jabar Atalia Praratya meminta seluruh kader PKK di Jabar turut aktif menekan penularan DBD dengan menjadi juru pemantau jentik (jumantik) sukarela dan bertugas memantau keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di lingkungannya masing-masing.

"Kalau dari data, kader PKK se-Jabar itu mencapai 800.000 orang. Yang bisa kami lakukan adalah menyebarkan informasi ini kepada mereka, supaya menjadi jumantik-jumantik di wilayahnya masing-masing," katanya.

Istri Gubernur Jabar Ridwan Kamil itu pun berharap, program Satu Rumah Satu Jumantik yang digalakkan oleh pemerintah pusat bisa diaplikasikan secara maksimal di Jagar. Sehingga, setiap keluarga mampu memantau langsung lingkungannya masing-masing.

Pihaknya juga telah bekerja sama dengan Pusat Kesahatan Masyarakat (Puskesmas) untuk memberantas jentik-jentik nyamuk Aedes aegypti, salah satunya kerja sama dalam penyebarlusan bubuk Abate sebagai pembasmi jentik nyamuk.

Dalam kesempatan itu, Atalia juga mengimbau masyarakat untuk menghindari kebiasaan yang bisa memicu perkembangbiakan nyamuk, seperti menggantung pakaian bekas. Sebab, pakaian bekas menjadi tempat yang nyaman bagi nyamuk karena nyamuk pun sangat menyukai bau keringat manusia.

"Selain itu, masyarakat bisa menanam tanaman yang tidak disukai nyamuk, seperti serai, lavender, hingga jahe di sekitar rumah. Bisa juga memelihara ikan yang suka memakan jentik nyamuk, seperti ikan cupang, nila merah atau ikan mas," pungkasnya.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 3.6620 seconds (0.1#10.140)