Satu Dekade MSB, Setitik Warna bagi Menghidupi Sastra Tanah Air

Jum'at, 25 Januari 2019 - 22:36 WIB
Satu Dekade MSB, Setitik Warna bagi Menghidupi Sastra Tanah Air
Musisi Ganjar Noor berduet dengan Yustia membawakan lagu-lagu puitis dalam acara Satu Dekade MSB di GIM, Jalan Perintis Kemerdekaan. Foto/SINDOnews/Agus Warsudi
A A A
BANDUNG - Usia 10 tahun bagi seorang manusia, dia masih terbilang kanak-kanak. Meski telah banyak mengerti, namun belum memahami. Masih perlu banyak belajar lagi agar matang, dewasa, dan mampu menaklukkan dunia.

Begitupun Majelis Sastra Bandung (MSB) yang pada 25 Januari 2019 genap berusia 10 tahun. Di hari jadi yang ke-10 itu, MSB menggelar acara sederhana namun khidmat di Gedung Indonesia Menggugat (GIM), Jalan Perintis Kemerdekaan, Kota Bandung, Jumat (25/1/2019).

Acara dihadiri oleh sejumlah seniman Kota Bandung, termasuk dari Kabupaten Garut dan Cikampek, Karawang. Tampak hadir seniman dan dosen Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Institut Teknologi Bandung (ITB) Tisna Sanjaya dan seniman Dedi Koral.

Adew Aksa membuka acara dengan musikalisasi puisi. Dengan petikan gitar dan suaranya yang mantap, Adew menghiptonis undangan yang hadir. Suasana yang semula riuh dengan obrolan para undangan menjadi hening, lalu diisi oleh petikan gitar Adew.

Tiga lagu mengalun lembut, nyaris khidmat. Seusai Adew membuka acara dengan lagu-lagu puisinya, disambung oleh Miranti yang membacakan puisi berjudul Batu karya Sutardji Calzoum Bachri.

Giliran Rois A'am Majelis Sastra Bandung Matdon sang pemilik hajat menyampaikan sepatah dua patah kata sambutan. Setelah sambutan singkat yang diselingi canda, Matdon memotong tumpeng dan diberikan kepada Dedi Koral. Setelah 'ritual' potong tumpeng, acara dilanjutkan pembacaan puisi oleh Dian Harun dan Zulfa.

Satu Dekade MSB, Setitik Warna bagi Menghidupi Sastra Tanah Air


Selanjutnya, panggung dikuasai oleh Ganjar Noor yang membawakan lagu-lagu puitis. Di lagu terakhir, Ganjar Noor berduet dengan Yustia. Kemudian, Ovik pun tampil memusikalisasi puisi. Di akhir acara, panggung dimeriahkan oleh penampilan Mukti-mukti.

Rois A'am MSB Matdon mengatakan, mengurus sastra di Kota Bandung ini memang susah dibanding mengurus selingkuhan. "Itu karena masing-masing orang, pegiat sastra memiliki pemikiran berbeda. Makanya agak sulit. Beda dengan selingkuhan, ukur (hanya) cukup dengan berbohong. Hehehe," kata Matdon tersenyum.

Matdon mengemukakan, perayaan ultah ke-10 ini tak seramai tahun-tahun lalu. Sebab, para pegiat MSB yang telah berpencar ke beberapa daerah. Mereka telah sibuk dengan rutinitas masing-masing. Meski begitu, dia optimistis, MSB akan tetap eksis sebagai pengajian (diskusi) sastra yang akan mewarnai dunia kesusastraan Tanah Air.

"Sekarang saya hanya mohon doa diberi kesehatan walaupun sendirian menghidupkan MSB. Ke depan, MSB akan kembali rutin menggelar pengajian sastra setiap bulan," kata Matdon.

Menurut Matdon, selama tujuh tahun awal kelahirannya, MSB rajin menggelar diskusi atau pengajian sastra, baik musikalisasi puisi, film, puisi, teater, dan lain sebagainya dalam bingkai sastra. Dari situ, MSB banyak melahirkan penyair dan penulis.

Dari 2016, setelah dirinya sakit, kata Matrdon, kegiatan pengajian sastra berkurang. Sampai 2018 lalu, hanya lima pengajian sasta yang digelar. Seharusnya, setiap tahun ada 12 kali pengajian sastra.

Artinya, ujar Matdon, sudah sangat berkurang, meskipun minat orang untuk bersastra itu banyak, tetapi tenaga sudah tidak ada. Sampai untuk acara ulang tahun ini saja, Matdon mengurusnya sendiri. Dari membuat sepanduk, menyediakan konsumsi, hingga mencari dana.

"Pokona ku sorangan we. Tetapi saya punya harapan, sastra masih tetap hidup dan bergairah sepanjang itu ada diskusi. Sebab, hidupnya sastra itu dengan diskusi dan ngariung," kata Matdon.

Sastra memang karya individu, ujar Matdon, tetapi ngariung (berkumpul) itu untuk mendiskusikan karya-karya. Rencananya, MSB akan menggelar pengajian sastra pada Maret 2019 mendatang.

"Harapan saya ke depan, lebih banyak lagi anak muda yang kasengsem, kabita, ingin bersastra, menulis puisi, dan sebagainya," ujar Matdon yang juga mantan wartawan ini.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.1372 seconds (0.1#10.140)