Dinsos Jabar Bangun Pusat Data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial

Senin, 21 Januari 2019 - 16:10 WIB
Dinsos Jabar Bangun Pusat Data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
Kepala Dinsos Jabar Dodo Suhendar. Foto/SINDOnews/Agung Bakti Sarasa
A A A
BANDUNG - Dinas Sosial (Dinsos) Jawa Barat membangun pusat data penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) dan potensi sumber kesejahteraan sosial (PSKS) dalam penanganan masalah kesejahteraan sosial di Provinsi Jabar.

Pusat data tersebut akan dikembangkan lewat sistem informasi manajemen dinas sosial (SIM-Dinsos) yang terkoneksi dengan seluruh pusat data serupa di 27 kabupaten/kota di Jabar. Kehadiran pusat data tersebut diharapkan membuat penanganan masalah kesejahteraan sosial di Jabar akan lebih efisien dan efektif.

"Kami akan mengembangkan sistem data informasi penyandang masalah kesejahteraan sosial. Jadi, di setiap kabupaten/kota kita punya pusat data informasi para penyandang masalah kesejahteraan sosial," jelas Kepala Dinsos Jabar Dodo Suhendar di Bandung, Senin (21/1/2019).

Dodo yang baru menjabat kepala Dinsos Jabar itu menyatakan bakal melakukan konsolidasi dan menyamakan persepsi dalam menjalankan visi misi Gubernur Jabar Ridwan Kamil dan Wakil Gubernur Jabar Uu Ruzhanul Ulum, yakni mewujudkan Jabar Juara Lahir Batin.

Menurut Dodo, kehadiran pusat data tersebut juga diharapkan membuat data terkait PSKS lebih tertata. Sehingga, pembinaan masyarakat terkait kesejahteraan sosial bisa lebih efektif dan terarah, seperti potensi panti atau lembaga kesejahtaraan sosial yang memang tak melulu dimiliki oleh pemerintah.

"Panti-panti itu kan ada milik pemerintah, swasta, bahkan ormas (organisasi masyarakat). Itu kan harus kita bina, kita dorong, supaya anak-anak panti bukan hanya numpang makan dan tidur, tapi bagaimana nanti supaya pembinaan berkualitas," jelasnya.

Dodo yang juga Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Jabar ini mengakui, pihaknya sebenarnya sudah memiliki sistem informasi penyandang kesejahteraan sosial. Namun, sistem tersebut perlu lebih dikembangkan hingga dapat menyasar permasalahan kesejahteraan di kabupaten/kota, Kecamatan, bahkan desa.

"Kalau kita punya data permasalahan, tinggal bagaimana kita membaca potensi lembaga kesejahteraan tadi," ujarnya.

Untuk merealisasikan pusat data informasi tersebut, pihaknya membutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang ahli pada bidang sosial dan kesejahteraan. Selain itu, SDM Dinsos Jabar yang ada saat ini pun harus mampu meningkatkan kualitasnya, seperti kemampuan pembinaan hingga penguasaan teknologi informasi dan komunikasi.

Dodo menegaskan, seluruh SDM Dinsos Jabar juga harus lebih memahami peta permasalahan sosial di Jabar. Dengan begitu, setiap program yang digagas berfungsi optimal dan permasalahan kesejahteraan sosial di Jabar dapat ditekan. "Kita akan melakukan integrasi di internal kemudian ke luar kita kolaborasi, agar lebih efektif dan bermanfaat," tegas Dodo.

Dodo mengatakan, pihaknya tengah melakukan konsolidasi dan merampungkan rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) di bidang kesejahteraan sosial untuk periode 2018-2023.

Selain itu, pihaknya pun berencana memberikan pendampingan terhadap beberapa program pemerintah provinsi maupun pusat, misalnya penyaluran dana program keluarga harapan (PKH) agar lebih tepat sasaran, termasuk bantuan pangan non-tunai (BPNT) seperti penyaluran beras sejahtera (Rastra).

"Jadi jangan sampai ada sasaran yang terlewat atau nanti sasaran itu ketika dapat bantuan salah penggunaan. Misalnya, harusnya beli buku, baju seragam anaknya sekolah, tapi dipakai beli rokok sama orang tuanya," ujarnya.

Dodo menambahkan, untuk penyelesaian permasalahan sosial lainnya, pihaknya akan meningkatkan pembinaan ke berbagai elemen masyarakat, seperti anak telantar dan anak putus sekolah agar memiliki kemampuan dan menjadi lebih produktif.

"Tak terkecuali meningkatkan potensi kaum disabilitas dan PSK (pekerja seks komersial), sehingga mereka nantinya memiliki keterampilan agar dapat menjalani kehidupan dengan lebih baik. Kemudian lansia (lanjut usia). Kalau anak-anaknya tidak berhasil, lansia ini kan biasanya telantar. Mereka juga harus dibina," pungkasnya.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 4.1977 seconds (0.1#10.140)