Belajar Salat dan Mengaji Alquran, Calvin Belum Berani Dikhitan

Kamis, 17 Januari 2019 - 00:53 WIB
Belajar Salat dan Mengaji Alquran, Calvin Belum Berani Dikhitan
Calvin Indriya (paling tengah) berpenampilan sama dengan santri lain di Ponpes KH Zainal Mustofa Sukamanah, Rabu (16/1/2019). Foto/SINDOnews/Jani Noor
A A A
TASIKMALAYA - Minggu 13 Januari 2019 sore, hari bersejarah bagi anak seusia 12 tahun, Calvin Indriya asal Bulak Kapal, Kecamatan Bekasi Timur, Kota Bekasi, yang mengambil keputusan besar pindah agama.

Calvin yang kini bernama Isham Mustafa Najih ini mengucapkan dua kalimat syahadat di hadapan santri dan kiai di Pondok Pesantren KH Zainal Mustafa Sukamanah, Kabupaten Tasikmalaya.

Praktik salat dan bacaannya sedang dia pelajari. Namun dalam mengucapkan salam, Calvin telah fasih termasuk dengan adab berjabat di lingkungan pesantren. Calvin tak sungkan menundukkan kepala mencium tangan para santri di atas usianya, terlebih kepada para kiai.

Belajar Salat dan Mengaji Alquran, Calvin Belum Berani Dikhitan


Assalamualaikum, alhamdulillah, subhanallah, la Ilaaha Illalah, Allahu akbar, dan A Ba T Tsa Ja Ha Kha Dal Dza (huruf hijaiyah), telah fasih diucapkan Calvin dalam waktu tiga hari saja.

Kiai Atam Rustam salah seorang pengurus pondok pesantren yang dikenal sebagai pesantren Pahlawan Nasional KH Zainal Mustofa ini, tak henti-hentinya mengusap kepala Calvin kalau bertemu.

Ketika salat tiba dan jadwal pengajian masuk, selalu menanyakan Calvin. "Isham mana, Isham mana," kata Kiai Atam menyebut nama baru Calvin.

Naluri anak yang masih gandrung dengan permainan game di telepon seluler (ponsel) Android lah yang membuat Kiai Atam terus memantau perkembangan Calvin. Pasalnya anak yang baru masuk Islam itu terlihat hiperaktif dan supel dalam bergaul dengan santri lain.

Calvin juga tak terlihat canggung ketika diwawancara SINDOnews di Ruang Dewan Santri KH Zainal Mustofa, Rabu 16 Januari 2019. Dia begitu terbuka, bicara jujur apa adanya bahwa niatan masuk Islam telah terbersit sejak kelas tiga sekolah dasar (SD).

Bahkan bukan Islam saja, tapi ingin mencoba masuk agama lain yang bukan hanya Budha (agama semula Calvin) tapi Kristen Protestan, Katolik, dan Hindu. "Tapi cukup Islam saja karena papah menyarankan Islam serta tinggal di pesantren agar bisa berdisiplin," kata Calvin.

Tiga hari di Ponpes KH Zainal Mustofa, Calvin mulai bisa meninggalkan ponsel androi yang menjadi teman bermain selama di Bekasi. Bocah ini pun tak mempermasalahkan karena di pesantren Calvin lebih fokus belajar agama.

"Jujur ada kebiasaan terkekang seperti kalau di rumah main game saja kalau di sini belajar agama dan praktik solat. Tapi gak apa-apa, bagus jadi disiplin," ujar dia.

Kopiah putih, dan koko putih yang terlihat longgar dengan sarung yang belum begitu biasa dipakai Calvin pun menjadi pakaian sehari-hari. Calvin mengaku mulai terbiasa karena di lingkungan pesantren diwajibkan berpakaian demikian. Termasuk biasa tidur dikasur empuk, kini hanya dikasur tipis beralas tikar.

Meski demikian, rasa rindu terhadap orang tua dan teman sepermainan diutarakan juga kepada SINDOnews. Tapi, Calvin harus menahan rasa rindu itu karena dunia pesantren dengan Agama Islam yang sedang dipelajari harus dilakoni sampai nanti dewasa.

"Ya sekolah juga pindah ke sini. Sedih sih tapi sebelum ke sini sudah kirim surat ke teman-teman agar memaafkan jika ada salah selama di sekolah dan tetap sahabat selamanya," ungkap Calvin.

Ada pesan yang disampaikan anak yang ditahun ini juga masuk MTs Negeri Sukamanah ini, bahwa meminta Papah Mamahnya untuk rajin makan, banyak istirahat dan tidak terlalu banyak kerja.

"Nah kalau disunat (khitan) belum siap," tutur Calvin sambil melirik kepada Kiai Atam.

"Nggak-nggak sakit kok Isham. Nanti juga biasa," kata Kiai Atam sambil tertawa.

Menurut Kiai Atam, sebelumnya juga pernah ada yang masuk Islam di pesantren ini dari Jepang. Namun saat itu karena dia akan menikah dengan orang Tasikmalaya sehingga sekarang sudah berangkat ke Jepang lagi.

Sekarang, ada Calvin yang masih anak-anak menjadi kebahagiaan tersendiri bagi Pondok Pesantren KH Zainal Mustofa Sukamanah.

"Waktu itu saya kedatangan tamu bahwa akan ada yang ingin masuk Islam dari Bekasi. Kirain orang yang sudah dewasa tapi ternyata masih anak kecil. Saya kaget juga karena orang tuanya sendiri yang mengantar Calvin meski sampai sekarang mereka masih beragama Budha," tutur Atam.

Kiai Atam pun menyampaikan sehari tiga kali Calvin ikut belajar Agama Islam yang dimulai dari praktik salat dan bacaannya dibimbing para Dewan Santri.

Belajar Salat dan Mengaji Alquran, Calvin Belum Berani Dikhitan
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 2.1753 seconds (0.1#10.140)