Beranda
Nasional
Internasional
Metro
Daerah
Lifestyle
Sports
Ekonomi Bisnis
Teknologi
Sains
Otomotif
Edukasi
Kalam
GenSINDO
Infografis
Video
Foto
Indeks
Kadinsos: Cara Membongkar Prostitusi Online Perlu Energi Tinggi
Salah seorang gadis yang diamankan Satreskrim Polrestabes Bandung. Gadis ditawarkan ke pria hidung belang secara online melalui grup medsos. Foto/SINDOnews/Agus Warsudi
A
A
A
BANDUNG - Belum lama ini Polrestabes Bandung mengungkap praktik prostitusi online yang dikendalikan seorang mucikari melalui media sosial Twitter, Wichat, dan Whatsapp.
Polisi mengamankan empat perempuan, yakni IA (51), NA (33), SR (21), dan FI (22). Namun hanya dua yang ditetapkan sebagai tersangka, IA dan NA karena diduga berperan sebagai admin grup prostitusi online sekaligus mucikari. Sedangkan SR dan FI hanya saksi.
Fakta ini mengindikasikan bahwa prostitusi online juga terjadi di Kota Bandung, seperti di Surabaya, Jakarta, dan kota-kota besar lain di Indonesia. Kepala Dinas Sosial Kota Bandung Tono Rudiantono tak menampik fakta tersebut.
Tono juga menduga praktik prostitusi online marak terjadi Bandung. Walaupun untuk memastikan hal itu, perlu penelitian dan investigasi lebih lanjut.
“Di Bandung diduga juga ada. Cuman cara bongkarnya perlu energi tinggi. Tidak mudah. Harus konsisten dari atas sampai bawah,” kata Tono di Bandung, Minggu (13/1/2019).
Menurut Tono, setelah lokalisasi Saritem dibubarkan, banyak pekerja seks komersial (PSK) melakukan praktik prostitusi di jalanan. Hanya sedikit dari mereka yang terawasi.
Dia pun menduga, di Saritem praktik prostitusi masih terjadi, tetapi secara diam-diam. “Sebenarnya di Saritem dan sekitarnya mungkin masih ada. Tetapi itu harus dicari tahu lebih lanjut. Tidak bisa berprasangka,” ujar Tono.
Dinsos Kota Bandung, tutur dia, sering melakukan razia pekerja seks komersial (PSK). Namun kegiatan PSK bisa ditindak untuk yang melakukan tindakan secara mencolok di jalanan. Misalnya di kawasan Jalan Stasiun Selatan, Stasiun Timur, Otto Iskandardinata dan lainnya.
Polisi mengamankan empat perempuan, yakni IA (51), NA (33), SR (21), dan FI (22). Namun hanya dua yang ditetapkan sebagai tersangka, IA dan NA karena diduga berperan sebagai admin grup prostitusi online sekaligus mucikari. Sedangkan SR dan FI hanya saksi.
Fakta ini mengindikasikan bahwa prostitusi online juga terjadi di Kota Bandung, seperti di Surabaya, Jakarta, dan kota-kota besar lain di Indonesia. Kepala Dinas Sosial Kota Bandung Tono Rudiantono tak menampik fakta tersebut.
Tono juga menduga praktik prostitusi online marak terjadi Bandung. Walaupun untuk memastikan hal itu, perlu penelitian dan investigasi lebih lanjut.
“Di Bandung diduga juga ada. Cuman cara bongkarnya perlu energi tinggi. Tidak mudah. Harus konsisten dari atas sampai bawah,” kata Tono di Bandung, Minggu (13/1/2019).
Menurut Tono, setelah lokalisasi Saritem dibubarkan, banyak pekerja seks komersial (PSK) melakukan praktik prostitusi di jalanan. Hanya sedikit dari mereka yang terawasi.
Dia pun menduga, di Saritem praktik prostitusi masih terjadi, tetapi secara diam-diam. “Sebenarnya di Saritem dan sekitarnya mungkin masih ada. Tetapi itu harus dicari tahu lebih lanjut. Tidak bisa berprasangka,” ujar Tono.
Dinsos Kota Bandung, tutur dia, sering melakukan razia pekerja seks komersial (PSK). Namun kegiatan PSK bisa ditindak untuk yang melakukan tindakan secara mencolok di jalanan. Misalnya di kawasan Jalan Stasiun Selatan, Stasiun Timur, Otto Iskandardinata dan lainnya.
(awd)
Explore More