Telan Peluit, Asep Jalani Operasi Pengangkatan di RSHS Bandung

Kamis, 20 Desember 2018 - 14:45 WIB
Telan Peluit, Asep Jalani Operasi Pengangkatan di RSHS Bandung
Asep sedang dibawa ke Ruang Bedah Sentral RSHS Bandung untuk menjalani operasi pengangkatan peluit. Foto-foto/SINDOnews/Agus Warsudi
A A A
BANDUNG - Asep Yaya, bocah kelas lima Sekolah Dasar (SD), menderita selama dua bulan sejak 14 Oktober hingga 18 Desember 2018, menderita saat bernapas.

Pasalnya, sebuah peluit bersarang di tenggorokan Asep. Selain kesulitan bernapas, Asep juga mengeluarkan suara peluit ketika napasnya terengah-engah kecapean.

Kronologi peluit berukuran 2,9 sentimeter (cm) itu, bisa bersarang di tenggorokan bocah asal Kampung Cimalang, Desa Girimukti, Kecamatan Saguling, Kabupaten Bandung Barat ini berawal saat bermain di rumah bibinya.

Ketika itu, Asep memainkan peluit dari sebuah sandal bekas, di mulutnya. Sambil memainkan peluit, sepupu Asep minta digendong. Akibatnya, tanpa sengaja peluit itu tertelan dan sulit dikeluarkan.

"Itu pet-petan (peluit) bekas sandal. Saat anak saya lagi main peluit, saudaranya (sepupu Asep) minta gendong dari belakang? Pas digendong, dia jatuh, peluitnya ketelen," kata Sobandi (49) ayah Asep di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, Kamis (20/12/2018).

Sobandi kemudian membawa Asep ke puskesmas terdekat sebagai penanganan pertama. Namun puskesmas merujuk Asep ke salah satu rumah sakit di daerah Kota Baru Parahyangan, Bandung Barat.

Namun karena terkendala biaya. Sobandi juga belum memiliki BPJS Kesehatan. Maklum, Asep hanya berprofesi sebagai pencari ikan di Waduk Saguling. Akhirnya, selama dua bulan itu, Asep hidup dengan peluit bersarang di dalam saluran pernapasannya.

Setiap bernapas dan kelelahan, Asep mengeluarkan suara peluit. Tak hanya itu, setiap tidur pulas dan batuk-batuk, suara peluit pun kerap terdengar. "Selama dua bulan itu kalau jalan kecapean, terus kalau tidur pulas, itu terdenger bunyi (peluit)," tutur Sobandi.

Gara-gara peluit itu pula, Asep jadi enggan bersekolah. Kepada orang tua, Asep mengaku malu lantaran kerap menjadi ejekan teman-temannya. Bunyi peluit di tenggorokan Asep lah itu yang memicu ejekan tersebut. "Asep udah satu bulan gak sekolah. Kadang sekolah satu minggu dua kali. Dibujuk juga susah. Tapi dia masih mau sekolah," ungkap dia.

Setelah memiliki kartu BPJS, pada Rabu (19/12/2018), Sobandi membawa Asep ke Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Hasan Sadikin Bandung atau RSHS Bandung untuk mengeluarkan peluit tersebut. Hari ini, Kamis (20/12/2018), Asep menjalani operasi pengangkatan peluit di Ruang Bedah Sentral RSHS oleh dokter spesialis telinga, hidung, dan tenggorokan.

"Rasanya lega bisa bawa Asep ke RSHS untuk dioperasi. Semua biaya ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Doakan semoga anak saya selamat," kata Sobandi.

Telan Peluit, Asep Jalani Operasi Pengangkatan di RSHS Bandung


Sementara itu,Kepala KsM Ilmu Kesehatan RSHS Bandung Dr Lina Lasminingrum Sp THT-Kl mengatakan, bahwa Asep tiba di RSHS Bandung pada Rabu (19/12/2018) sekitar pukul 14.00 WIB. Setelah diperiksa, diketahui posisi peluit berada di percabangan utama saluran udara pada sistem pernapasan (Bronchus) kiri Asep.

Untuk mengeluarkannya, dokter perlu melakukan observasi selama satu hari. "Saat dirontgen, peluit itu tidak terlihat karena plastik. Setelah melakukan operasi pengangkatan menggunakan alat khusus atau endoskopi, peluit tersebut berhasil dikeluarkan hanya dalam waktu setengah jam (30 menit). Operasi dilakukan tanpa sayatan," kata Lina.

Saat ini, Asep tengah menjalani penanganan medis. Namun, meski bersarang di saluran pernapasan, peluit itu tidak berdampak kepada kesehatan Asep. "Tidak ada luka, karena peluitnya kecil, jadi tidak menutup pernapasan secara penuh," pungkas Lina.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.9932 seconds (0.1#10.140)