Ridwan Kamil Gagas Revolusi Pangan di Jabar

Senin, 17 Desember 2018 - 18:43 WIB
Ridwan Kamil Gagas Revolusi Pangan di Jabar
Gubernur Jabar Ridwan Kamil. Foto/SINDOnews/Agung Bakti Sarasa
A A A
BANDUNG - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil bertekad mewujudkan kemandirian pangan di provinsi yang dipimpinnya lewat revolusi pangan.

Gubernur yang akrab disapa Emil itu mengatakan, revolusi pangan akan dimulai Januari 2019 mendatang. Lewat revolusi pangan, Jabar diharapkan tak lagi mengandalkan pangan dari daerah lain.

"Per Januari kami akan melakukan revolusi pangan. Memastikan Jawa Barat mandiri (memenuhi kebutuhan pangan)," kata Emil seusai Membuka Rapat Pleno Dewan Ketahanan Pangan Provinsi Jabar di Hotel Papandayan, Jalan Gatot Subroto, Kota Bandung, Senin (17/12/2018).

Emil menjelaskan, ketahanan pangan merupakan hal yang harus diwujudkannya, agar kebutuhan pangan sekitar 50 juta warganya dapat terpenuhi. Dia optimistis, revolusi pangan tersebut akan terwujud. "Apalagi, lahan-lahan nganggur, lahan-lahan kosong masih banyak di Jabar," ujar dia.

Revolusi pangan akan dimulai dengan pendataan potensi dan permasalahan pangan di 27 kabupaten/kota. Setelah pendataan, Pemprov Jabar akan melakukan pemetaan sentra-sentra produksi pangan.

"Kalau tanpa data kami susah (melakukan revolusi pangan). Jadi data kami tunggu di bulan Januari (2019) dari seluruh daerah untuk mengetahui daerah itu bisa gak memenuhi sendiri? Kalau dia harus impor, harus impor dari kota mana? dari provinsi mana? atau bahkan dari negara mana?" tutur Emil.

Pemetaan sentra-sentra pangan, lanjut Emil, akan ditetapkan sesuai potensi yang dimiliki setiap kabupaten/kota di Jabar, misalnya Kabupaten Indramayu ditetapkan sebagai sentra produksi beras dan daerah lain sebagai sentra produksi pangan lainnya.

"Yang daging sapi kita taruh di mana, yang urusan telor kita taruh di kabupaten mana. Sehingga, kebutuhan Jawa Barat bisa disuplai oleh potensi di Jawa Barat sendiri," ungkap dia.

Meski begitu, Emil belum bisa memastikan anggaran yang diperlukan untuk mewujudkan revolusi pangan di Jabar. Pasalnya, pihaknya kini belum memiliki data base terkait potensi pangan dari setiap daerah di Jabar. "Data base-nya kan gak tahu. Problem ini nanti berujung pada berapa jumlah gudang, agar harga bisa dikendalikan," katanya.

Lebih jauh Emil berharap, para petani dan peternak di Jabar juga bisa menerapkan sistem digital, khususnya dalam memasarkan setiap produknya. Sehingga, setiap produk pertanian atau peternakan nantinya dijual secara online. "Go digital para petani diharapkan bisa terwujud dalam 5 tahun. Ini penting," ujar Emil menegaskan.

Disinggung soal kehadiran tengkulak yang kerap memainkan harga komoditi pertanian dan peternakan, Emil menganggapnya hal itu sebagai dinamika. "Tapi, buktinya yang (produksi) lele di Indramayu tolong cek. Dia jualannya digital dan enggak ada masalah," tandas Emil.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.2875 seconds (0.1#10.140)