Emil Luncurkan Program Satu Pesantren Satu Produk

Rabu, 12 Desember 2018 - 23:24 WIB
Emil Luncurkan Program Satu Pesantren Satu Produk
Gubernur Jabar Ridwan Kamil meluncurkan program One Pesantren One Product (OPOP), Rabu (12/12/2018). Foto: Istimewa
A A A
BANDUNG - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meluncurkan program Satu Pesantren Satu Produk atau One Pesantren One Product (OPOP) di Pondok Pesantren Al Ittifaq, Ciwidey, Kabupaten Bandung, Rabu (12/12/2018).

Lewat program tersebut, kata Gubernur, para pengelola pesantren dituntut lebih inovatif. Tidak hanya bergerak dalam bidang keilmuan agama saja, namun lembaga pendidikan ini pun diharapkan mampu berinovasi di bidang ekonomi.

Gubernur yang akrab disapa Emil itu menyatakan, melalui OPOP, Pemprov Jabar mendorong pemberdayaan pesantren agar setiap ponpes memiliki produk unggulan bernilai ekonomi.

Saat ini, ujar Emil, provinsi yang dipimpinnya tengah menghadapi ketimpangan ekonomi cukup tinggi. Karena itu, pihaknya ingin meningkatkan pembangunan di semua lapisan, sehingga ketimpangan ekonomi bisa ditekan.

"Program ini mengusung 17 program, salah satunya kemandirian pesantren. Jadi pesantren sekarang harus segala bisa, ya ilmu agamanya, ya ilmu bisnisnya," kata Emil.

Dia menjelaskan, setiap pondok pesantren akan memproduksi produk yang berbeda-beda, sesuai dengan potensi dan kekhasan daerahnya masing-masing. Selanjutnya, Pemprov Jabar menyiapkan pasar dan menjalin kerja sama dengan pihak-pihak yang akan membeli produk tersebut. "Kami akan carikan pembelinya. Tidak akan membiarkan pesantren membikin produk tanpa tahu akan dijual ke mana," ujar dia.

Emil menuturkan, saat ini, sudah ada 10 pesantren di Jabar yang dinilai siap memproduksi produk unggulan yang berbeda-beda. "Ada 10 pesantren yang kita anggap hijau, yang sudah bisa. Ada yang merah, belum melakukan kegiatan ekonomi sama sekali. Ada yang kuning, yang sudah melakukan kegiatan ekonomi, tapi belum luar biasa," tutur Emil.

Selain menyesuaikan dengan potensinya masing-masing, tambah Emil, pihaknya juga bisa saja meminta pesantren membuat produk sesuai permintaan pasar. "Saya sudah deal dengan Bulog (Badan Urusan Logistik). Bulog akan menyerap jagung. Jadi nanti menanam jagung, dibeli," ungkap dia.

Emil mencontohkan, pemberdayaan ekonomi di Pondok Pesantren Al Ittifaq, Ciwidey, Kabupaten Bandung sudah berhasil. Dengan mengandalkan sektor pertanian, pesantren ini mampu meraup omzet Rp300 juta per bulannya.

"Kalau Ponpes Al Ittifaq bisa dapat income Rp300 juta per bulan, kenapa enggak yang lain juga. Ini membuat ekonomi santri dan warga berdaya," tandas Emil.

Selain memberdayakan ekonomi, Emil pun memastikan pihaknya akan memerhatikan pesantren dari aspek lainnya, seperti berbagai bantuan dan insentif untuk para kyai, digitalisasi kitab kuning, manajemen pengelolaan pesantren modern, standarisasi kurikulum, pesantren tahfidz quran, dan beasiswa hingga S3.

Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Jabar Dudi Sudrajat menambahkan, program OPOP menjadi cara dalam membangun umat di era baru. Selain untuk pendidikan agama, pihaknya ingin pembangunan ekonomi tumbuh di pesantren. "Nanti akan dibentuk tim, untuk melatih dan mendampingi," kata Dudi.

Sementara itu, CEO Koperasi Pondok Pesantren Al Ittifaq, Ciwidey, Kabupaten Bandung Setia Irawan, mengaku, pihaknya memilih sektor pertanian karena sesuai dengan potensi yang ada. "Ciwidey ini berada 1.200 meter di atas permukaan laut. Jadi fokus pada pertanian sayuran karena tidak akan tumbuh buah-buahan," kata Setia.

Dalam menjalankan kegiatan bisnisnya, kata Setia, pihaknya memberdayakan seluruh santri, termasuk para alumni. Mereka jumlahnya 270 orang ini terbagi ke dalam sembilan kelompok dan menggarap lahan seluas 130 hektare.

"Kami menanam 126 item pertanian. 60 jenis sayuran, seperti jagung kupas, jagung kulit, dan tomat. Hasil produksi pertanian itu sudah dipasarkan ke sejumlah supermarket di Bandung," pungkas dia.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.8999 seconds (0.1#10.140)