SMAN 1 Cikalongwetan Percontohan Program Nutrition International

Selasa, 11 Desember 2018 - 18:49 WIB
SMAN 1 Cikalongwetan Percontohan Program Nutrition International
Ratusan pelajar melakukan gerakan meminum tablet penambah darah secara serempak dalam advokasi pencegahan anemia pada remaja putri di SMAN 1 Cikalongwetan, KBB, Selasa (11/12/2018). Foto/SINDOnews/Adi Haryanto
A A A
BANDUNG - Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) berkomitmen mempertahankan program nasional pencegahan Anemia Defisiensi Besi di kalangan pelajar terutama remaja putri yang rentan terkena penyakit ini.

Program tersebut mendapatkan dukungan dari Nutrition International (NI) dengan menggelar percontohan pemberian suplemen tablet tambah darah mingguan atau Weekly Iron Folid Acid (WIFA) ke sekolah-sekolah.

"Dari 17 SMA negeri di KBB, sekolah kami ditunjuk menjadi percontohan program pemberian nutrisi dan itu suatu kebanggaan. Semoga dengan adanya program ini bisa menjadikan remaja putri di SMAN 1 Cikalongwetan menjadi sehat dan berprestasi secara akademik," kata Kepala SMAN 1 Cikalongwetan KBB Setia Pahlawan saat advokasi pencegahan anemia pada remaja putri di KBB, Selasa (11/12/2018).

Menurut dia, sebanyak 200 pelajar perempuan yang ikut dalam advokasi pemberian nutrisi ini, terdiri dari 100 pelajar dari SMAN 1 Cikalongwetan dan 100 lainnya pelajar dari SMA lain yang berada di Kecamatan Cikalongwetan.

Dia menilai pemberian nutrisi menjadi penting khususnya bagi pelajar putri, sebab mereka adalah generasi penerus sekaligus calon ibu. Sehingga advokasi ini menjadi pelengkap dari pemahaman kesehatan yang selalu disampaikan puskesmas.

Staf Bidang Gizi Dinas Kesehatan KBB Yani Heryani mengatakan, berdasarkan data rekapitulasi dari tahun 2013 di KBB ini masih banyak yang stunting (kerdil). Salah satu penyebabnya adalah karena asupan nutrisi pada ibu saat hamil tidak mencukupi.

Pemberian tablet penambah darah juga dirasa masih kurang padahal itu bisa mencegah anemia yang jika tidak dihindari bisa berdampak kepada bayi yang dilahirkan.

Berdasarkan data di KBB tercatat ada sekitar 33% ibu penderita anemia, lalu sekitar 22,7% penderita perempuan yang berusia di atas 15 tahun, dan laki-laki sebanyak 16%.

Penderita kekurangan darah biasanya akan terlihat lemah, letih, lesu, yang berdampak kepada konsentrasi menjadi kurang. Jika terjadi pada pelajar atau anak yang masih duduk dibangku sekolah maka imbasnya kepada konsentrasi, kecerdasan, dan kesehatan.

"Oleh sebab itu nutrisi penambah darah ini harus diberikan sejak remaja agar daya tahan tubuh menjadi kuat," ujar Yani.

Salah seorang siswa Kelas 10 IPS 5, Siti Putry Dwi Yanty menungkapkan, selama ini pengetahuannya soal anemia masih terbatas. Padahal dirinya menderita penyakit itu.

Dengan advokasi ini membuat dia mengetahui pengobatan dan pencegahan anemia agar bisa meminimalisasi dampak dari penyakit tersebut. "Saya harap advokasi seperti ini bisa kontinyu agar remaja putri seperti kami bisa tahu dampak positif dan negatif anemia," ungkap Sitia.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.1435 seconds (0.1#10.140)