Menag Sebut Kehidupan Umat Beragama Mendapat Ancaman Serius

Sabtu, 08 Desember 2018 - 19:00 WIB
Menag Sebut Kehidupan Umat Beragama Mendapat Ancaman Serius
Menag Lukman Hakim Saifuddin. Foto/SINDOnews/Agung Bakti Sarasa
A A A
BANDUNG - Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin mengemukakan, kehidupan umat beragama di Indonesia kini mendapat ancaman serius seiring datangnya era disrupsi dalam segala bidang.

Saat informasi sudah bergerak cepat tanpa batas teritorial, kata Menag, pengaruh transnasionalisasi Islam membawa dampak negatif bagi kehidupan beragama dan bernegara.

"Era disrupsi teknologi telah menyeret umat beragama pada perilaku berlebihan dengan dua kutub ekstrem, yaitu konservatisme dan liberalisme. Keduanya menciptakan ancaman, tidak hanya bagi keberagamaan, tetapi juga keindonesiaan," paparnya di Bandung, Jawa Barat, Sabtu (8/12/2018).

Banyak fenomena aktual, seperti maraknya dakwah dengan cara marah, kontroversi bendera tauhid, dan isu-isu keislaman politis meluncur ke hadapan publik tanpa tinjauan akademis yang mencerahkan.

"Mengapa tak pernah ada studi yang mendalam tentang ini? Ini current issues yang umat menunggu-nunggu," tegas Menag seraya mengatakan, persoalan aktual yang terjadi seharusnya direspons dengan pendekatan akademik yang kaya basis ilmiah.

Menag pun mengkritik para guru besar yang kurang sensitif terhadap fenomena yang terjadi di sekitarnya itu. Menurut dia, peran guru besar tidak hanya seputar pengajaran, riset, kajian ilmiah, dan pekerjaan akademis, namun yang tidak kalah penting adalah pelayanan masyarakat.

"Kalau pendidikan hanya dimaknai transformasi ilmu pengetahuan, maka gadget berperan lebih baik. Dalam genggaman tangan, gawai jauh lebih cepat memenuhi kebutuhan pengetahuan dan informasi, melebihi dosen dan guru besar," tandasnya.

Sementara itu, pakar studi Islam yang juga dosen tetap di Monash University Australia Nadirsyah Hosen yang hadir menjadi narasumber pada pertemuan membenarkan bahwa Indonesia tengah menghadapi ancaman serius pengaruh transnasionalisasi Islam yang membawa dampak negatif bagi kehidupan beragama dan bernegara.

Salah satu yang dia khawatirkan adalah angin politik Arab Springs yang membuat negara-negara Islam bergejolak. Dia khawatir, Arab Spring juga berdampak terhadap Indonesia dengan cara meniupkan radikalisme dan konservatisme yang merusak keberagamaan Indonesia yang pluralis.

Dia menyebutkan, Amerika Serikat yang budaya literasinya sudah bagus ternyata dapat ditembus juga oleh propaganda negatif melalui medsos, apalagi Indonesia yang budaya literasinya masih tergolong lemah. Dia menegaskan, ketika hoaks menjadi panglima dalam mengambil keputusan, maka masa depan bangsa ini dalam bahaya besar.

"Sekarang banyak influencer medsos yang bicara tanpa latar belakang ilmu, ini investasi kerusakan jangka panjang. Maka guru besar harus merebut kembali wacana publik untuk masa depan agama dan negara," tandasnya.

Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama Kamaruddin Amin menambahkan, IHEP merupakan upaya Kementerian Agama (Kemenag) untuk melibatkan guru besar secara lebih mendalam dalam memecahkan persoalan fundamental, agar situasi beragama dan bernegara yang kondusif tetap terjaga di tengah pengaruh global yang mengarah pada radikalisme.

Pada pertemuan yang mengambil tema 'Membingkai Agama dan Kebangsaan' ini, Kemenag mendorong para guru besar melahirkan rumusan strategis sebagai solusi terhadap persoalan konservatisme di berbagai level sosial di Tanah Air.

"Dedikasi para guru besar sangat fundamental dalam merespons munculnya konservatisme beragama," tandasnya.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.9611 seconds (0.1#10.140)