The 2nd IHEP Summit Bahas Topik Agama dan Kebangsaan

Jum'at, 07 Desember 2018 - 16:15 WIB
The 2nd IHEP Summit Bahas Topik Agama dan Kebangsaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Islam (Ditjen Diktis) Kemenag menggelar acara the 2nd Islamic Higher Education Professors (IHEP) Summit 2018 selama tiga hari Jumat-Minggu (7-9 Desember 2018) di Hotel Holiday Inn, Kota Bandung. Foto/SINDOnews/Agus Wa
A A A
BANDUNG - Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Islam (Ditjen Diktis) Kementerian Agama (Kemenag) menggelar acara the 2nd Islamic Higher Education Professors (IHEP) Summit 2018 selama tiga hari Jumat-Minggu (7-9 Desember 2018) di Hotel Holiday Inn, Jalan Dr Djunjunan (Pasteur), Kota Bandung. Kegiatan ini yang dihadiri oleh 100 guru besar pendidikan Islam se-Indonesia ini membahas tema kekinian 'Membingkai Agama dan Kebangsaan'.

Kasubdit Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Direktorat Pendidikan Agama Islam Suwendi sekaligus panitia the 2nd IHEP Summit 2018 mengatakan, kegiatan akan dimulai pada Jumat (7/12/2018) sore. Hadir pada sore ini, Dirjen Pendidikan Islam Prof Dr Phil Kamarudin Amin MA dan Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis) Ditjen Dikis Arskal Salim GP, serta lima direktur lainnya.

"Sore ini acara dimulai dengan sesi diskusi bersama pemateri Muhammad Iman Usman, pendiri ruangguru.com. Iman merupakan anak muda atau generasi milenial berbakat yang mampu menangkap peluang di era digital atau Revolusi Industri 4.0. Dia juga dikenal sebagai Duta Muda ASEAN untuk Indonesia dan pendiri Indonesian Future Leaders, sebuah organisasi nirlaba yang fokus pada pemberdayaan pemuda di Indonesia," kata Suwendi di Bandung, Jumat (7/12/2018).

"Melalui diskusi bersama Iman Usman ini diharapkan wawasan para guru besar pendidikan Islam makin terbuka. Mereka melek dengan perkembangan dunia luar yang semakin cepat lewat teknologi informasi," kata Suwendi.

Dia mengemukakan, IHEP telah dua kali digelar. IHEP pertama berlangsung di Jakarta pada akhir 2015. Saat itu, IHEP Summit 2015 membahas persoalan-persoalan internal, terkait pendidikan keagamaan Islam. IHEP 2015 menghasilkan beberapa rekomendasi.

"Rekomendasi yang dihasilkan di antaranya, peningkatan kapasitas dan akselerasi gubes (guru besar), program untuk meningkatkan kapasitas dosen, dan pengangkatan dosen tetap non PNS," ujar Suwendi.

Sedangkan the 2nd IHEP Summit 2018, tutur dia, membahas persoalan-persoalan eksternal yang berkembang saat ini. Karena itu, IHEP 2018 mengangkat tema 'Membingkai Agama dan Kebangsaan'.

Dalam diskusi juga dibahas soal Revolusi Industri 4.0 terkait disrupsi terhadap pendidikan Islam dan dampak negatif perkembangan teknologi digital.

"Diharapkan, the 2nd IHEP Summit 2018 dapat membuka wawasan para guru besar dan dosen pendidikan tinggi Islam terhadap kondisi kekinian. Dengan teknologi digital itu apakah peran dosen atau guru ini masih perlu? Apa dampak negatifnya, dan lain-lain? Kemudian, apa saja yang bisa disumbangkan pendidikan tinggi Islam untuk menyelesaikan persoalan-persoalan eksternal? Semua itu didiskusikan malam ini," tutur dia.

Sedangkan pada Sabtu (8/12/2018), ungkap Suwendi, the 2nd IHEP Summit 2018 dibuka resmi oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin. Tiga pemateri dari luar Kemenag yang diundang antara lain, Guru Besar dari Monash Universiti Australia Nadirsyah Husen, intelektual dan pelaku bisnis Mizan Grup Haidar Bagir, dan budayawan Radar Panca Dahana.

"Melalui para narasumber dari kalangan profesional di luar Kemenag ini, kami ingin mengetahui perspektif mereka tentang agama dan kebangsaan," ungkap Suwendi.

Setelah para pembicara menyampaikan materinya, kata Suwendi, para peserta akan dibagi dalam tiga panel atau komisi diskusi. Panel pertama membahas tentang keilmuan, transformasi wawasan dan pengetahuan, serta kurikulum terkait agama dan kebangsaan.

Panel kedua, perkembangan agama Islam dalam konteksi agama dan kebangsaan. Dibahas pula isu radikalisme di kampus dan lain-lain. Sedangkan panel ketiga mendiskusikan tentang pendidikan Islam secara keseluruhan dari tingkat perguruan tinggi hingga madrasah dan bagaimana meningkatkan kualitas pendidikan Islam dan lain-lain.

"Hasil dari diskusi panel tersebut dibawa ke pleno untuk disimpulkan dan dibuat rekomendasi atau pernyataan sikap. Tidak tahu apa namanya, bisa Deklarasi Bandung atau Seruan Bandung," kata Suwendi.

Disinggung tentang peserta, Suwendi mengatakan, sebenarnya jumlah guru besar pendidikan tinggi Islam se-Indonesia sebanyak 434 orang. Namun yang diundang hadir di acara the 2nd IHEP Summit 2018 hanya 100 orang. Mereka yang hadir diseleksi dengan wajib membuat esai bertema Agama dan Kebangsaan. Guru besar yang menyerahkan esai sebanyak 70-an orang. Sedangkan 30 guru besar lainnya diundang karena menjabat sebagai rektor dan eselon dua di Kemenag.

"Jadi ini persoalan teknis saja. Mereka yang hadir diseleksi. Sedangkan pada IHEP Summit 2015, seluruh guru besar diundang," pungkas dia.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.6024 seconds (0.1#10.140)