Kawan Bukan Lawan, Kritik Sosial dari Band Metal Ujungberung

Selasa, 04 Desember 2018 - 17:44 WIB
Kawan Bukan Lawan, Kritik Sosial dari Band Metal Ujungberung
(kiri-kanan) Personel Nectura, Hinhin, Abo, Owang, Aulia dan Abah Andris, saat konferensi pers di Artifex, Jalan Martanegara, Kota Bandung. Foto/SINDOnews/Arif Budianto
A A A
BANDUNG - Sebuah kritik sosial kembali didengungkan oleh Nectura, salah satu band metal asal Ujungberung, Kota Bandung, melalui single terbaru mereka Kawan Bukan Lawan.

Single Kawan Bukan Lawan merupakan wujud keresahan para personel Nectura atas kondisi terkini, antarmasyarakat saling bertentangan dan menganggap kawan adalah lawan.

Kritik sosialtersebut tak hanya melihat kondisi politik dan kebangsaan terkini, tetapi juga bagi kondisi musik Tanah Air, tak terkecuali pada genre musik metal.

“Ini sebenarnya auto kritik buat kami. Tagline ini cocok untuk pendengar di luar ranah musik juga. Lagu ini adalah ungkapan kegelisahan kami atas kondisi saat ini,” kata gitaris Nectura, Hinhin Daryana.

Layaknya musik cadas, single Kawan Bukan Lawan juga dibuat dengan ritme musik cepat. Dalam video klipnya, Nectura menyuguhkan alur drama mengisahkan tentang seorang warga yang dikejar kerumunan massa gara-gara menumpahkan mangkuk bakso, tetapi berakhir damai.

“Harapannya, lagu ini menjadi trigger buat kita semua, bahwa perpecahan tidak ada manfaatnya. Kita saling mengalah saja, bahwa kita dulur (saudara), kita semua kawan, bukan lawan,” ujar Agung Suwandi, vokalis yang akrab disapa Owang.

Untuk meyakinkan misi persaudaraan dari single Kawan Bukan Lawan, grup band yang terdiri lima personel Agung "Owang" Suwandi (vokalis), Hinhin "Akew" Daryana (gitaris), Irvan "Abe" (gitaris), Aulia Akbar (basis), dan Abdul Kandris (Abah Kandris ex Burgerkill, sebagai drummer) bakal menggelar mini showcase pada 15 Desember 2018.

Pada perhelatan itu, Nektura akan membawakan lagu-lagu terbaru mereka dan beberapa hits dari Album Awake to Decide. Menurut Irvan Abo, bahwa showcase ini juga akan menampilkan perpaduan dari beberapa band-band Ujung Berung lainnya, The Cruel dan Turbidity.

Abo berharap kolaborasi tiga band berbeda genre ini, dapat mengubah cara berpikir penggemar untuk melihat bahwa persaudaraan adalah inti dari keseluruhan praktik sosial yang dilakukan seluruh pelaku musik metal di Indonesia.

Melalui mini showcase itu, Abo mengungkapkan bahwa menggelar sebuah konser dapat menjadi sebuah ajang interaksi antar pelaku musik metal. Berburu pengetahuan, bertukar informasi, dan mendiskusikan visi bermusik bersama rekan-rekan musisi lainnya. Hal itu menjadi kunci dan sekaligus sumbangsih mereka terhadap kontinuitas komunitas ini.

“Dari momen ini pula hari ini kita bisa menemukan karya-karya melegenda dari para pionir musik metal Bandung dan Indonesia. Harapan ini akan mendukung industri musik metal lnl menjadi lebih baik di masa mendatang,” tambah Owang.

Sementara itu, perwakilan Super Music regional Bandung Dikki Dwi Saputra mengatakan, dukungan Super Music terhadap event mini showcase Nectura adalah komitmen mewadahi kreativitas band di Kota Bandung.

“Ini menjadi contoh bagi band lainnya, bahwa kami akan mewadahi dan menampung kreativitas para musisi. Kami percaya musikalitasnya, karena Bandung adalah tempat dimana lahirnya band metal. Kami juga sangat terbuka dengan band yang punya pikiran sejalan dengan Super Music,” jelas Dikki.

Super Music, ujar dia, merangkul semua genre musik. Tak hanya genre metal, tetapi juga aliran musik lainnya. Super Music berkomitmen mendukung dan menampung kreativitas para musisi untuk menyalurkan bakat mereka.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.4179 seconds (0.1#10.140)