Unpad Budidayakan Stevia, Perhutani Siapkan 1 Hektare Lahan

Senin, 03 Desember 2018 - 16:37 WIB
Unpad Budidayakan Stevia, Perhutani Siapkan 1 Hektare Lahan
Administratur (Adm) Perhutani KPH Bandung Utara, Komarudin. Foto/SINDOnews/Adi Haryanto
A A A
BANDUNG BARAT - Administratur (Adm) Perhutani KPH Bandung Utara Komarudin mendukung penuh tim riset Universitas Padjajaran (Unpad) dalam mengembangkan tanaman stevia di wilayah Bandung Utara. Sebab, keberadaan tanaman yang dapat menjadi bahan baku pengganti gula rendah kalori ini bisa menekan pertumbuhan gulma yang seringkali membuat tanaman kopi menurun produktivitasnya.

"Kami mengapresiasi dan mendukung penuh riset dan pembudidayaan stevia. Sebab sebagian besar kawasan di KPH Bandung Utara adalah hutan lindung sehingga pemanfaatannya masih terbatas dan yang diperbolehkan adalah dari hasil hutan bukan kayu," jelasnya di sela-sela penanaman, Senin (3/12/2018).

Dia mengakui, selama ini telah membuat program pelibatan masyarakat dengan penanaman di bawah tegakan dengan jenis pohon kopi. Tapi, kendala panennya satu tahun sekali, sehingga di antara masa panen dan penanaman harus ada hasil jangka pendek yang menguntungkan secara ekonomi bagi masyarakat. Diharapkan hasil riset soal pemanfaatan tanaman stevia ini bisa menjadi solusi peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan.

Curah hujan tinggi dan kontur tanah yang relatif subur di kawasan Bandung Utara diyakini bisa membuat stevia tumbuh dengan baik. Di sisi lain, pertumbuhan gulma di bawah kopi juga sangat cepat sehingga mengganggu produktivitas kopi dan butuh tenaga dari petani untuk pemeliharaan dan pembersihan gulma.

Kehadiran Stevia sebagai tanaman bawah selain tanaman pokok kehutanan dan kopi sebagai tanaman perdu bisa membuat petani bersemangat dalam menjaga lahan.

"Stevia nilai ekonomisnya bagus, menjanjikan, produknya ada, dan industri pengolahnya juga ada. Jadi ketika menanam stevia otomatis petani juga menjaga tanaman kopi dari serangan gulma. Apalagi memanen stevia adalah dengan memotong daun sekitar 10 cm di atas tanah, jadi tidak merusak kontur tanah," sebutnya.

Menurutnya, jika uji coba ini berhasil maka pihaknya siap menyiapkan lahan seluas 1 hektare dengan kontur tanah yang lebih datar. Perawatan stevia juga relatif mudah karena tidak ada pengolahan tanah intensif beda dengan tanaman sayuran. Sistem mulsa juga tidak memakai plastik, tapi memanfaatkan bahan di alam sepeti dari dedaunan, sehingga ketika dedaunannya membusuk bisa menjadi pupuk organik dan membuat tanah lebih subur.

"Ini wujud menjaga kelestarian hutan sekaligus mengoptimalkan manfaat ekonominya. Ini juga sebagai solusi bagi pemerintah akan kebutuhan gula, karena stevia untuk pemanis buatan yang berbahan organik maka akan lebih sehat dari gula rafinasi," kata Komarudin.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.1886 seconds (0.1#10.140)