Okupansi 37% Per Bulan, Pengusaha Hotel di Lembang Menjerit

Jum'at, 30 November 2018 - 22:57 WIB
Okupansi 37% Per Bulan, Pengusaha Hotel di Lembang Menjerit
Suasana di salah satu hotel di kawasan Lembang, KBB. Dalam empat tahun terakhir, okupansi hotel menurun. Foto/SINDOnews/Adi Haryanto
A A A
BANDUNG BARAT - Okupansi atau tingkat hunian hotel di kawasan wisata Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) dalam beberapa tahun terakhir mengalami penurunan cukup signifikan.

Penurunan okupansi tersebut selain karena semakin menjamurnya hotel-hotel, vila, dan homestay baru yang membuat persaingan kompetitif, faktor kemacetan juga menjadi salah satu faktor yang membuat hunian hotel menjadi turun.

"Berdasarkan data yang masuk, rata-rata perbulan okupansi hotel di wilayah Lembang ini hanya sekitar 37%. Itu sudah berlangsung empat tahun terakhir," kata Wakil Ketua Perhimpunan Hotel & Restoran Indonesia (PHRI) KBB Eko Suprianto, Jumat (30/11/2018).

Dia mengemukakan, ada beberapa faktor yang menyebabkan okupansi hotel mulai memasuki fase titik jenuh. Setelah Tol Cipali dibuka pintu masuk ke Lembang jadi ada dua, dari Kota Bandung dan Subang.

Kondisi itu berdampak kepada lalu lintas di pusat kota Lembang yang menjadi tambah padat. Apalagi saat libur akhir pekan atau libur panjang, kemacetan tak terelakan.

Hal ini menjadikan calon tamu enggan menginap di Lembang karena biasanya mereka habis waktu di Lembang akibat bermacet-macet di dalam kendaraan. Akibatnya, beberapa pengusaha hotel ada yang gulung tikar karena minat wisatawan untuk menginap menurun.

Oleh karena itu dirinya berharap pemerintah daerah segera menghentikan izin pembangunan hotel di kawasan Lembang. "Investor sebaiknya diarahkan untuk membangun hotel di kawasan lain karena Lembang sudah penuh. Pemda juga harus berupaya menciptakan pengembangan kawasan wisata baru sebagai alternatif pilihan selain Lembang," ujar dia.

Meskipun pihak kepolisian telah melakukan rekayasa lalu lintas guna mengurai kemacetan, Eko menilai hal itu tak cukup buat mendongkrak minat wisatawan untuk menginap di Lembang.

Pasalnya, Lembang merupakan destinasi wisata pilihan turis yang datang ke Kota Bandung. Sehingga, daripada mereka terjebak kemacetan di Lembang lebih memilih jalan-jalan di Kota Bandung dan menginap.

"Sebelum kondisi seperti ini, okupansi hotel bisa 60% per bulan, jadi penurunannya itu sangat terasa. Kondisi itu diperparah dengan menjamurnya villa dan homestay di sekitar Lembang yang menerapkan harga murah karena tidak dikenakan pajak," tutur Eko.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 6.3190 seconds (0.1#10.140)