Heboh Macan Kumbang Mati, BBKSDA Jabar Diminta Turun Tangan

Jum'at, 30 November 2018 - 15:32 WIB
Heboh Macan Kumbang Mati, BBKSDA Jabar Diminta Turun Tangan
Walhi saat memberikan keterangan terkait macan mati di Sekretariat Walhi Jabar, Jalan Cikutra Baru, Kota Bandung, Jumat (30/11/2018). Foto/SINDOnews/Arif Budianto
A A A
BANDUNG - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) meminta Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat melakukan tindakan lanjutan, pascainformasi matinya macan kumbang di Soreang, Kabupaten Bandung.

Ketua BP FK3I Jabar Dedi Kurniawan, mengatakan, pihaknya meminta BBKSDA Jabar segera turun tangan menindaklanjuti informasi tersebut. Dalam hal ini, BBKSDA bukan untuk mencari pelakunya, tetapi bagaimana mitigasi dan rencana ke depan agar kasus tersebut tak terulang lagi.

"Kami dorong agar lakukan langkah lanjutan. Bukan mencari pelaku. Tetapi melihat macan yang sudah mati, betul apa enggak. Kemudian mencari tahu dari mana asalnya. Karena ada informasi, macan itu peliharaan. Semua harus ditelusuri," kata dia di Sekretariat Walhi Jabar, Jalan Cikutra Baru, Kota Bandung, Jumat (30/11/2018).

Menurut dia, BBKSDA harus memberikan keterangan yang jelas dan konkret terkait matinya macan kumbang. Sehingga, tidak ada lagi kesimpangsiuran informasi di tengah-tengah masyarakat. Menurut dia, kasus ini adalah kasus penting yang mesti menjadi perhatian serius.

Apalagi, kata dia, hingga saat ini masih ada keresahan di tengah masyarakat. Mereka khawatir akan ada yang ditindak hukum. Sehingga, informasi yang berkembang masih simpang siur. Dinas terkait, kata dia, mesti turun dan memberikan penjelasan kepada masyarakat.

Diketahui, informasi macan kumbang mati ramai diperbincangkan di media sosial. Macan kumbang tersebut diduga mati setelah ditembak warga menggunakan senapan angin. Namun, informasi yang dihimpun Walhi, macan tersebut sempat meresahkan warga dan terlihat di MCK.

Ketua Walhi Jabar Dadan Ramdan mengatakan, pihaknya melihat BBKSDA Jabar tidak serius menangani kasus seperti ini. Hal itu juga terjadi pada kasus sebelumnya. Padahal, itu tugas BBKSDA.

"Penyadaran terhadap masyarakat belum maksimal. Jangan sampai masyarakat sekitar kawasan perlindungan tidak tahu mana satwa dilindungi. Sosialisasi BBKSDA masih lemah,” tegas dia.

Menurut dia, kasus ini mestinya menjadi perhatian, karena menyangkut hak hidup satwa. Jangan sampai wisata, hobi, pertanian, perkebunan, dan lainnya mengganggu mereka. Nanti mereka ke permukiman warga.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.8913 seconds (0.1#10.140)