Dinkes Minta Warga Segera Laporkan Jika Ada Efek Samping Vaksin

Kamis, 29 November 2018 - 18:44 WIB
Dinkes Minta Warga Segera Laporkan Jika Ada Efek Samping Vaksin
Kepala Puskesmas Batujajar dr Enung Masruroh (kedua dari kanan) menjelaskan kondisi dan kronologi mengapa tubuh Tiara Citra mengalami bintik-bintik dan melepuh seusai disuntik vaksin, Kamis (29/11/2018). Foto/SINDOnews/Adi Haryanto
A A A
BANDUNG BARAT - Munculnya kasus Tiara Citra (11) warga Seketando, Desa Cangkorah, Kecamatan Batujajar, Kabupaten Bandung Barat (KBB), yang kulitnya mengalami bintik-bintik dan melepuh seusai disuntik vaksin, mendapat perhatian serius Dinas Kesehatan, KBB.

Bahkan Dinas Kesehatan melalui petugas Puskesmas Batujajar, langsung menerjunkan tim dokter untuk memeriksa dan memastikan kondisi dari siswi SD Mekarjaya kelas VI SD tersebut, Kamis (29/11/2018).

"Petugas kami tadi sudah ke rumah pasien (Tiara) bahkan membujuk agar dia mau dirujuk ke rumah sakit. Tapi yang bersangkutan tidak mau, meski oleh kepala desa sudah disiapkan mobil untuk berangkat," kata Kepala Puskesmas Batujajar dr Enung Masruroh saat ditemui di Kantor Dinkes KBB, Kamis (29/11/2018).

Dia mengemukakan, kronologi Tiara divaksin yakni pada 6 Maret 2018. Saat itu memang sedang dilakukan vaksinasi secara serentak di SD tempat dia sekolah. Namun, waktu itu pemberian program vaksin untuk ORI Difteri karena untuk Vaksin Rubella sudah dilakukan tahun lalu.

Sasaran vaksin ORI Difteri ini adalah mereka yang berusia 1-19 tahun di mana pelaksanaannya bisa dilakukan di sekolah, posyandu, kantor RW, dan lain-lain.

Dari pemeriksaan yang telah dilakukannya, Tiara tidak terjangkit virus Rubella tapi terkena suspect atau terdug epidermolisis bulosa. Yakni sebuah penyakit dimana timbul bintik-bintik di kulit, disertai kulit melepuh pada membran dasarnya seperti bekas luka bakar.

Kondisi itu bisa terjadi akibat ada kecacatan pada gen di sel tubuh Tiara yang memproduksi kolagen. "Baru suspect atau diduga epidermolisis bulosa bukan Rubella. Karena, saat itu vaksin yang diberikan pun dalam program imunisasi massal ORI Difteri," ujar Enung yang didampingi petugas Program Imunisasi Puskesmas Batujajar Dewi Suryani.

Dia menuturkan, kejadian atau laporan seperti yang dialami oleh Tiara setelah pemberian vaksin cukup banyak dan itu biasa terjadi. Hanya saja dampak Kejadian Inputan Pasca Imunisasi (KIPI) itu normalnya dalam batas waktu maksimal 40 hari.

Seperti timbulnya demam, bintik-bintik di kulit, atau pembengkakan di bagian tangan yang disuntik, tapi sebagian besar kasus tidak berlanjut parah seperti yang dialami Tiara.

Sehingga pihaknya menduga ada faktor lain yang membuat kulit di sekujur tubuh Tiara muncul bintik-bintik dan melepuh. Apalagi dari catatan sejak diberi vaksin pada Maret 2018 lalu, baru ada laporan yang kulitnya muncul bintik-bintik pada Juli.

Kondisi Tiara dilaporkan bertambah parah pada pertengahan November 2018. Program vaksin ORI Difteri di wilayah Batujajar dilakukan selama dua kali, yakni periode Februari-Maret dengan sasaran 30.000 anak dan periode Agustus-September sebanyak 27.000 anak.

"Saat sosialisasi sebelum pemberian vaksin kami selalu ingatkan kalau ada apa-apa kepada anak setelah divaksin segera laporkan ke petugas. Laporannya memang banyak tapi hanya efek samping ringan tidak seperti Tiara ini," tutur dia.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.0942 seconds (0.1#10.140)