Melihat Budidaya Maggot di Kampung KB Mandiri Magot Ciamis

Rabu, 21 November 2018 - 11:05 WIB
Melihat Budidaya Maggot di Kampung KB Mandiri Magot Ciamis
Pembina Kampung KB Mandiri Magot Elih Sunarli memperlihatkan magot yang dibudidayakannya. Foto/SINDOnews/Agung Bakti Sarasa
A A A
CIAMIS - Mendengar kata belatung pasti membuat bergidik geli karena identik dengan sesuatu yang busuk. Namun, belatung bernama maggot ini berbeda karena mampu memberikan nilai ekonomis.

Belatung inilah yang kini tengah dikembangkan Kampung KB Mandiri Masyarakat Gotong Royong (Magot) di Dusun Pasir Peuteuy, Desa Pawindan, Kecamatan Ciamis, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.

"Maggot ini kaya protein, sehingga dapat digunakan untuk pakan ternak," ungkap Pembina Kampung KB Mandiri Magot Elih Sunarli dalam perbincangan hangat di Kampung KB Mandiri Magot, belum lama ini.

Kampung KB Mandiri Magot bisa dikatakan sebagai pioner dalam budidaya maggot di Kabupaten Ciamis. Ilmu budidaya maggot diperoleh dari pelatihan pengolahan sampah di Kota Depok. Sepulang pelatihan, Elih dibantu beberapa warga memberanikan diri memulai budidaya maggot itu.

"Awalnya dari studi banding soal pengolahan sampah di Depok. Ada 21 desa yang diikutsertakan, tiap desa diwakili dua orang, salah satunya saya. Saat pulang, kami dibekali telur maggot," ungkap Elih seraya mengatakan, dari 21 desa peserta pelatihan, hanya di Kampung KB-nya maggot tersebut berhasil dibudidayakan.

Selain menghasilkan keuntungan ekonomis, lanjut Elih, budidaya maggot juga menguntungkan bagi lingkungan. Sebab, pakan maggot merupakan sampah organik yang dihasilkan rumah tangga, seperti sisa-sisa makanan, kulit buah-buahan, sayur-sayuran, dan lainnya.

"Meski memakan sampah, maggot tidak menimbulkan bau. Sebaliknya, maggot justru menghilangkan bau (sampah) karena mampu mengurai sampah," jelas Elih.

Budidaya maggot juga terbilang mudah dan sederhana. Dimulai dari pengumpulan sampah dapur yang diletakkan dalam wadah. Kemudian, telur-telur maggot disimpan di atas tumpukan sampah tersebut dan setelah dua hari telur-telur itu akan menetas menjadi belatung.

"Setelah menetas, belatung-belatung itu kemudian dibiarkan selama 14 hari untuk memakan sampah hingga belatung tersebut siap panen (untuk pakan)," katanya.

"Sementara untuk pembibitan, belatung-belatung itu dibiarkan memakan sampah selama satu bulan hingga menjadi pupa. Pupa kemudian dimasukkan ke dalam kandang pembibitan hingga berubah menjadi lalat dan kembali bertelur, begitu siklusnya," sambung Elih.

Maggot yang siap panen, lanjut Elih, dapat digunakan untuk pakan ternak, seperti ikan dan unggas. Maggot juga bisa dimanfaatkan sebagai pestisida alami dengan cara digiling dan diambil cairannya. Bahkan, sisa penguraian sampah oleh maggot menjadi pupuk organik berkualitas tinggi.

"Pupa yang siap menetas dijual Rp150.000 per kilogram, sementara telurnya dijual Rp15.000 per gram. Secara ekonomis cukup menjanjikan," ujarnya.

Meski baru sebatas pengembangan, ke depan seluruh masyarakat Kampung KB Mandiri Magot didorong untuk membudidayakan maggot. Terlebih, maggot terbukti mampu memberikan penghasilan tambahan bagi keluarga.

"Mereka yang berbisnis maggot juga awal mulanya belajar di sini, ingin tahu bagaimana cara budidaya maggot untuk pakan ternak. Kami ingin masyarakat di sini mengembangkannya karena menghasilkan," tandasnya.

***
Pembina Kampung KB Mandiri Magot Elih Sunarli memperlihatkan magot yang dibudidayakannya. Foto/SINDOnews/Agung Bakti Sarasa
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.0543 seconds (0.1#10.140)