Kurangi Impor, Jabar Gagas Kawasan Industri Telekomunikasi

Minggu, 18 November 2018 - 16:13 WIB
Kurangi Impor, Jabar Gagas Kawasan Industri Telekomunikasi
Ketua Komite Korea Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kota Bandung yang juga CEO PT Borsya Cipta Communica, Boris Syaifullah menilai potensi pasar produk telekomunikasi di Indonesia masih cukup cemerlang. Foto/SINDOnews/Arif Budianto
A A A
BANDUNG - Jawa Barat berpeluang memiliki kawasan industri telekomunikasi, untuk memenuhi tingginya permintaan perangkat telekomunikasi berteknologi tinggi seperti fiber optic. Saat ini, kebutuhan perangkat tersebut mayoritas masih impor.

Ketua Komite Korea Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kota Bandung yang juga CEO PT Borsya Cipta Communica, Boris Syaifullah memandang perlunya Jawa Barat memiliki kawasan industri telekomunikasi. Gagasan itu muncul melihat peluang penyediaan produk telekomunikasi yang saat ini masih mengandalkan impor.

“Kami ingin di Jabar ada kawasan industri l yang berbasis telekomunikasi. Karena di Indonesia belum ada. Karena peluang untuk mengisi produk itu sangat besar. Peluangnya sampai 40 tahun kedepan masih ada,” kata Boris di sela HUT ke-3 PT Borsya Cipta Communica di kawasan Biz Park, Kopo, Bandung, Sabtu (17/11/2018).

Menurut dia, perusahannya setidaknya telah memulai sebagai cikal bakal lahirnya industri telekomunikasi di Jabar. Selain itu, pihaknya juga sudah menjalin komunikasi dengan pengusaha Oman dan China untuk merealisasikan rencana tersebut.

“Produk telekomunikasi kita ini kan sementara ini banyak impor. Walaupun sebenarnya itu tidak perlu impor. Karena dari produk A sampai Z bisa dibuat semua di Bandung, Jawa Barat. Tinggal mau enggak pengusahanya menyisihkan untuk perusahaan telekomunikasi ini,” ujar dia.

Dia mencontohkan, PT Borsya Cipta Communica (BCC) di bawah kekuasannya telah mencatat pertumbuhan kinerja cukup pesat dalam waktu tiga tahun. Pesatnya perkembangan perusahannya tak lepas dari komposisi tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) produk fiber optik yang mencapai 45%.

Diakui dia, saat ini ada 18 mitra Telkom Akses yang bekerja sama dengan PT Telekomunikasi Indonesia untuk penyediaan produk fiber optic pasif. Tetapi karena produknya dibuat di Indonesia, sehingga paling banyak mendapat order proyek.

“Alhamdulillah BCC yang target awal Rp19 miliar per tahun. Kini kinerjanya sampai Rp50 miliar untuk penjualan barang. Targetnya, tahun depan jadi Rp50 miliar per bulan. Kami targetnya sebenarnya bukan sekarang, tapi nanti setelah Indonesia full fiber optic, nanti kami bekerja di servicenya,” tutur Boris.

Ketua Kadin Kota Bandung Iwa Kartiwa mengatakan, teknologi optic ke depan adalah kebutuhan. Pangsa pasar ini adalah sebuah peluang besar yang cukup bagus untuk dikembangkan di Indonesia. “Hampir semua sekarang menggunakan teknologi komunikasi. Ini peluang besar,” tandas dia.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 3.9426 seconds (0.1#10.140)