Menangkan Jokowi-KMA, NU Struktural-Kultural Harus Bersatu

Jum'at, 16 November 2018 - 22:49 WIB
Menangkan Jokowi-KMA, NU Struktural-Kultural Harus Bersatu
Penggagas JKSN Khofifah Indar Parawansa dalam acara silaturahmi dengan ratusan kiai se-Pantura di Pondok Pesantren Asshidiqiyyah 3, Kerawang, Jumat (16/11/2018). Foto/SINDOnews/Abdul Rochim
A A A
KARAWANG - Majunya KH Ma'ruf Amin (KMA) sebagai calon wakil presiden (cawapres) mendampingi Joko Widodo (Jokowi) dipastikan akan menyolidkan kekuatan jaringan Nahdlatul Ulama (NU).

Meski secara organisasi NU netral, namun kader-kader NU berpotensi memberikan sumbangan suara besar untuk pasangan Jokowi-KMA.

Bergeraknya Jaringan Kiai Santri Nasional (JKSN) yang lahirnya diprakarsai Ketua Umum Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa bersama para kiai untuk kepentingan Pilgub Jatim 2018 dan berlanjut untuk mendukung pasangan Jokowi-Kiai Ma'ruf Amin pada Pilpres 2019, menunjukkan bahwa jaringan NU struktural dan kultural bergerak bersama.

Ketua PWNU Jawa Barat KH Hasan Nuri Hidayatullah mengatakan, belajar dari Pilgub Jabar 2018 lalu yang memenangkan pasangan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum, ketika partai politik (parpol) yang memiliki basis massa mayoritas NU, yakni Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) berkoalisi, kekuatan dukungan basis suara nahdliyin terbukti utuh.

"Berdasarkan pengalaman prototipe Pilkada Jabar, kami kan perpaduan PPP dan PKB, atas izin Allah berjalan smooth, NU juga tenang. Atas izin Allah (pasangan Ridwan Kamil-Uu menang) dan prototipe ini yang kami bawa ke kancah nasional (pilpres)," kata Gus Hasan di sela silaturahmi dengan Ketua Umum PP Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa, Ketua Umum Persatuan Guru NU KH Asep Syaifuddin Chalim, dan ratusan kiai se-Pantura di Pondok Pesantren Asshidiqiyyah 3, Kerawang, Jawa Barat, kemarin.

Gus Hasan yang juga Pengasuh Ponpes Asshidiqiyyah 3, menuturkan, para kiai dan kader NU memiliki tanggungjawab moral untuk memenangkan pasangan Jokowi-Kiai Ma'ruf. Sebab, Kiai Ma'ruf adalah mantan pimpinan tertinggi NU, Rais Aam PBNU.

"Pokoknya bismillah, berjuang dengan cara kita untuk memenangkan orang tua kita (Kiai Ma'ruf Amin). Ketika kita berjuang maka kita harus yakin. NU solid karena parpol di bawah NU yang dominan adalah PPP dan PKB," ujar Gus Hasan.

Karena itu, dalam menghadapi Pilpres 2019, para kiai NU baik yang kultural maupun struktural akan solid mendukung pasangan Jokowi-Kiai Ma'ruf Amin.

Sementara itu, KH Asep Syaifuddi Chalim yang juga Dewan Pembina JKSN menuturkan, di wilayah Jawa Barat ada beberapa poros yang menjadi perhatian dalam mengamankan suara warga nahdliyin untuk memenangkan pasangan Jokowi-Kiai Ma'ruf. Yakni poros Bandung Raya, Cirebon Raya, Priangan, Karawang, dan wilayah Bogor. Selain itu juga Depok, Bekasi, Ciajur, dan Sukabumi.

"Kami akan rekatkan para kiai NU struktual dan kultural. Itu tidak berlebihan, sebab di JKSN ada Ibu Khofifah, Muslimat NU kan se-Indonesia, dan ada Pergunu di mana saya menjadi ketua umumnya sehingga mereka (kader) vertikal apa yang kami ucapkan ya itu (mengikuti)," tutur dia.

Kiai Asep yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Mojokerto dan Surabaya, Jawa Timur, ini mengatakan, dalam beberapa kali pengalaman, kontestasi baik pilkada maupun pilpres, sering kali kader yang didukung NU struktural kalah.

Seperti ketika KH Hasyim Muzadi maju sebagai cawapres mendampingi Megawati Soekarnoputri, atau ketika Saifullah Yusuf (Gus Ipul) maju sebagai cagub Jatim.

"Di Pilgub Jatim saya berkali-kali bilang ke PKB jangan usung Gus Ipul karena jangan sampai NU menampilkan pemimpin tak berkualitas, tetapi masih saja. Usulan itu tidak mereka terima, akhirnya saya bismillah bersama ulama di sana (Jatim) mendukung Khofifah. Ternyata Gus Ipul yang didukung kekuatan parpol begitu kuatnya (PDIP, PKB, PKS, Gerindra), ternyata kalah dari Bu Khofifah dengan selisih suara signifikan. Bu Khofifah merupakan gubernur yang mendapatkan dukungan suara terbanyak di Indonesia 11 juta, urutan berikutnya Ganjar (Gubernur Jateng) 9 juta, dan Ridwan Kamil (Gubernur Jabar) 7 juta," ungkap Kiai Asep.

Kiai Asep mengatakan, dalam pertemuan dirinya dengan Kiai Ma'ruf Amin, beberapa waktu lalu di Ponpes Amanatul Ummah, Mojokerto, Kiai Ma'ruf Amin menyatakan bahwa kali ini kader NU memang hanya bisa menjadi cawapres.

"Beliau menyampaikan kenapa sih saya harus mau menjadi cawapres, ya karena memang itulah capaian saat ini. Kalau yang secara maksimal tak didapatkan, jangan sampai meninggalkan seluruhnya. Lima tahun ke depan, NU bisa mengusung capres, yaitu Bu Khofifah, kader terbaik NU saat ini. Bahkan Pak Jokowi juga pernah betkomentar, 'saat ini saya jadi presiden, tetapi insyaallah nanti olimpiade selanjutnya, Bu Khofifah jadi presidennya," tutur Kiai Asep menirukan pernyataan Kiai Ma'ruf dan Jokowi.

Kiai Asep menuturkan, hidup adalah pemenangan, perebutan idealisme. Salah satu yang harus diperebutkan adalah ke depan kader NU harus menjadi presiden.

"Salah satu langkahnya adalah pasangan Pak Jokowi-Kiai Ma'ruf harus menang. Bayangkan kalau Pak Jokowi kalah dan Pak Prabowo jadi presidennnya, maka pasti menteri agamanya dari PKS. Bayangkan akan seperti apa NU," ujar dia.

Karena itu, menurut Kiai Asep, tidak ada kata lain selain berjuang memenangkan pasangan capres-cawapres nomor urut 01. "Jangan sampai mereka (Prabowo-Sandi) menang maka kita harus berani karena itu adalah kunci kemenangan," tandas Kiai Asep.

Dia juga menyinggung soal pada Pilpres 2014 lalu, pasangan Prabowo-Hatta menang di Jabar. "Kalau di Jabar dulu (Prabowo) menang karena ada Aher (Ahmad Heryawan, Gubernur Jabar saat itu). Dulu saya rasakan mencekam sekali. Pondok-pondok di Cianjur tak bisa berkutik karena terancam tak dapat bantuan. Rasional kalau Prabowo menang. Sekarang gubernurnya (Ridwan Kamil-Uu), NU didukung PKB dan PPP maka ketercekaman itu tak boleh ada," tegas dia.

Karena itu, pihaknya optimistis pasangan Jokowi-Kiai Ma'ruf bisa menang dengan suara mutlak. Kiai Asep, banyak alasan mengapa harus memenangkan Jokowi-Kiai Ma'ruf.

"Jokowi merupakan presiden yang berhasil perjuangkan Freeport demi harga diri bangsa. Ini adalah sarana awal mewujudkan kesejahteraan. Jokowi punya kepedulian terhadap santri dengan menetapkan Hari Santri setiap 22 Oktober yang menandakan Resolusi Jihad. Karena itu, pembelaan kita harus totalitas," pungkas Kiai Asep.

Menangkan Jokowi-KMA, NU Struktural-Kultural Harus Bersatu


Sementara itu, penggagas JKSN Khofifah Indar Parawansa mengatakan, JKSN adalah jaringan kiai-kiai kultural. "Mereka adalah daily life NU. Nah, kita kan butuh ada yang merajut dan mengomunikasikan bagaimana kultur pesantren itu menjadi sesuatu yang bisa lebih strategis. JKSN tidak hanya saat pilpres. Kita kan membangun jejaring untuk bisa membawa Islam yang rahmatan lil alamin," kata mantan Menteri Sosial ini.

Sebelumnya, Pergunu dan Muslimat NU juga menggelar silaturahmi dengan para kiai dan dai muda se-Priangan di Ponpes KH Zainal Musthafa, Sukamanah, Tasikmakaya pada Kamis (15/11/2018) malam.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 2.5059 seconds (0.1#10.140)