Ricuh, Warga Berebut Air Bekas Pencucian Pusaka di Keraton Kasepuhan

Kamis, 15 November 2018 - 17:53 WIB
Ricuh, Warga Berebut Air Bekas Pencucian Pusaka di Keraton Kasepuhan
Ratusan warga berebut air bekas pencucian benda-benda pusaka di Keraton Kasepuhan Cirebon. Foto-foto: Toiskandar
A A A
CIREBON - Ratusan warga terlibat kericuhan di Keraton Kasepuhan, Kota Cirebon. Mereka berebut air bekas pencucian pusaka seusai upacara Siraman Panjang Jimat yang digelar di Keraton Kasepuhan, Kamis (15/11/2018) siang.

Seusai ritual, ratusan warga berebut air bekas cucian itu. Mereka percaya, air bekas pencucian benda-benda pusaka itu keramat dan membawa berkah untuk segala macam kebutuhan, kesehatan maupun keselamatan. Selain ingin dibawa pulang, warga juga berebut mendapatkan air sekadar untuk membasuh wajah dan diminum.

Ritual pencucian benda pusaka rutin digelar Keraton Kasepuhan, Kota Cirebon, setiap tahun. Tradisi ini dilaksanakan untuk mengawali rangkaian peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW.

Seluruh benda pusaka, peninggalan Sunan Gunung Jati, berupa 7 piring panjang, 40 piring pengiring, dua guci, dan dua gelas kristal mawar dicuci dengan air dan bata merah. Pencucian ini merupaka simbol penyucian diri menyambut Maulud Nabi Muhammad.

Prosesi pencucian pusaka dipimpin oleh Sultan Sepuh XIV Kesultanan Kasepuhan Cirebon Pangeran Raja Adipati Arief Natadiningrat. Sebelum pencucian, Sultan memimpin doa. Setelah itu, satu per satu benda pusaka itu dicuci dengan air dari sumur kejayaan dan sumur agung di kompleks Keraton Kasepuhan.

Setelah dicuci bersih dengan air kejayaan, benda-benda pusaka tersebut kemudian dibungkus dengan kain putih dan dibawa oleh abdi dalem untuk disimpan khusus.

Ricuh, Warga Berebut Air Bekas Pencucian Pusaka di Keraton Kasepuhan


Sultan Sepuh XIV Keraton Kasepuhan PRA Arief Natadiningrat mengatakan, benda-benda pusaka itu nanti akan digunakan pada puncak peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW atau upacara Panjang Jimat pada 12 Mulud nanti.

“Piring tapsi atau panjang, merupakan tempat nasi jimat. Sedangkan 40 piring pengiring, wadah buah-buahan dan kue. Sementara, dua guci akan diisi air serbat dan dua gelas untuk air mawar yang akan disirampkan pada panjang jimat atau puncak mulud,” kata Sultan Sepuh PRA Arief.

Cartini, warga Kabupaten Indramayu mengaku, sengaja datang ke Keraton Kasepuhan Cirebon sejak pagi sekadar untuk mendapatkan air bekas pencucian benda-benda pusaka karena dianggap memiliki tuah dan berkah. “Air bekas cucian pusaka kan membawa berkah,” ujar dia.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.9838 seconds (0.1#10.140)