Axa Indonesia Bidik Generasi Milenial

Senin, 12 November 2018 - 13:51 WIB
Axa Indonesia Bidik Generasi Milenial
Jajaran manajemen Axa Indonesia dan Axa Mandiri saat memberikan simbolis asuransi kepada rektorat Unikom pada acara Pekan Cerdik di Kampus Unikom, Jalan Dipatiukur, Kota Bandung, Senin (12/11/2018). Foto/SINDOnews/Arif Budianto
A A A
BANDUNG - Axa Indonesia membidik generasi milenial khususnya kalangan perguruan tinggi untuk mengakses asuransi. Rendahnya literasi asuransi di Indonesia membuat Axa Indonesia terus melakukan edukasi kepada mahasiswa.

Chief Corporate Affairs Officer Axa Indonesia Benny Waworuntu mengatakan, generasi milenial adalah aset potensial. Jumlahnya yang cukup besar, mencapai sepertiga penduduk Indonesia yang sekitar 260 juta orang. Sesuai riset, tujuh tahun ke depan 70% generasi milenial bakal memimpin Indonesia dalam berbagai bidang.

"Mahasiswa adalah bagian dari generasi milenial, kami sasar mereka. Kami bidik generasi milenial, karena memang 80% milenial terkoneksi internet. 40% punya akun di Instagram," kata Benny pada acara Pekan Cerdik di Kampus Unikom, Jalan Dipatiukur, Kota Bandung, Senin (12/11/2018).

Dalam upaya mengikuti kebutuhan generasi milenial, bisnis yang dijalankan Axa Indonesia juga berbasis digital. Tak hanya pemasaran, pelayanan juga dilakukan secara digital. Produk yang dekat dengan milenial misalnya produk reksadana dan asuransi traveling yang diakses secara mobile.

Menurut dia, edukasi penting dilakukan secara berkelanjutan kepada generasi milenial. Acara Cerdik Digital yang digelar di empat kampus di Bandung adalah upaya mengajak mahasiswa melakukan perencanaan keuangan ke depan serta memberikan pelatihan kewirausahaan digital.

Acara Cerdik Digital digelar di Unikom, Universitas Kristen Maranatha, serta Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (Stikom). Acara yang digelar selama dua hari, membidik sekitar 400 mahasiswa. Acara ini adalah program CSR Axa Indonesia.

Direktur Mandiri Axa General Insurance Eddy Alfian mengatakan, jumlah asuransi umum di Indonesia sekitar 76 perusahaan. Namun, mayoritas bergerak di sektor properti dan kendaraan. Itu pun karena terkait perbankan.

"Melalui edukasi ini, harapan kami asuransi bisa menjadi kebutuhan utama rakyat Indonesia, karena asuransi memindahkan risiko ke kami," ujarnya.

Direktur Lembaga Jasa Keuangan 2 dan Manajemen Strategis OJK Jabar Lasdini Purwanti mengatakan, inklusi keuangan di Indonesia saat ini masih kecil, sekitar 67,8%. Apalagi untuk asuransi, angkanya 17%. Sehingga, perlu upaya semua pihak agar asuransi bisa semakin dikenal masyarakat luas.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.7088 seconds (0.1#10.140)