Tanggap Darurat Banjir dan Longsor Tasik Sampai 20 November

Kamis, 08 November 2018 - 23:39 WIB
Tanggap Darurat Banjir dan Longsor Tasik Sampai 20 November
Warga mengevakuasi sepeda motornya dari banjir. Foto: Pos SAR Tasikmalaya
A A A
TASIKMALAYA - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tasikmalaya menetapkan masa tanggap darurat bencana banjir dan longsor selama 14 hari, dari 6 hingga 20 November 2018. Surat keputusan penetapan masa tanggap darurat itu ditandatangani oleh Wakil Bupati Tasikmalaya Ade Sugianto.

Banjir bandang akibat meluapnya Sungai Cipatujah dan sejumlah anak sungainya pada Selasa 6 November 2018 dini hari lalu, telah menyebabkan sejumlah kerusakan. Sejumlah rumah warga rusak berat, jalanan tergerus, dan Jembatan Cipatujah yang menghubungkan Tasikmalaya dengan Garut itu, putus total.

Tak hanya itu, enam warga meninggal dunia akibat terseret banjir dan tertimbun longsor. Keenam korban antara lain, Elas (8) warga Desa Desa Cikuya Kecamatan Culamega; Mardin (52) warga Desa Cikuya, Culamega; Sapiin (40), warga Desa Cikuya; Aning (52) warga Desa Cikuya, Kecamatna Culamega, Odin (43), warga Desa Kujang, Kecamatna Karangnunggal.

Korban terakhir, Fazar Fain (10), warga Desa Sindangjaya, Kecamatan Cikalong. Bocah SD ini tewas setelah terseret arus air saat berenang di sungai. Korban sempat hilang selama dua hari dan baru ditemukan sekitar pukul 10.30 WIB, Kamis 8 November 2018 di kawasan Sindangjaya, Kecamatan Cikalong.

Berdasarkan data melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tasikmalaya, banjir dan longsor yang melanda disebabkan oleh tingginya curah hujan pada Selasa 6 November 2018 dini hari. Pantauan di POS Hujan Sodonghilir Tasikmalaya, curah hujan mencapai 107 milimeter (mm), POS Hujan Cipatujah Tasikmalaya 48 mm, dan POS Hujan Karangnunggal Tasikmalaya 400 mm.

"Hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi itu menyebabkan Sungai Cipatujah yang melintasi tiga kecamatan yakni, Karangnunggal, Culamega, dan
Cipatujah meluap. Air Cipatujah melimpas dan menerjang beberapa kawasan," Kepala Pelaksana BPBD Kabupatan Tasikmalaya Wawan Ridwan Efendi dalam laporan tertulis BPBD Kabupaten Tasikmalaya, Kamis (8/11/2018).

Kawasan terdampak banjir dan longsor, di Kecamatan Cipatujah, beberapa desa digenangi air bercampur lumpur. Air menggenangi pesawahan, perkebunan dan pemukiman warga. Di Kampung Kaum, Desa Bantarkalong tiga unit rumah rusak berat dan 27 unit rumah terendam air. Di Kampung Jajaway, 50 unit rumah terendam. Jembatan Cipatujah, penghubung antara Kabupaten Tasikmalaya dengan Garut terputus.

"Kondisi terkini air sudah surut, keadaan kondusif masing-masing warga berangsur-angsur melakukan pembersihan sisa-sisa material lumpur yang terbawa banjir. Jembatan bailey dalam proses pengerjaan. Bantuan kebutuhan dasar telah didistribusikan," ujar Wawan.

Di Kecamatan Karangnunggal, tutur dia, beberapa desa di Kecamatan Karangnunggal digenangi air bercampur lumpur. Air menggenangi pesawahan, perkebunan dan pemukiman warga. Pascadiguyur hujan lebat, mengakibatkan longsor di beberapa titik. "Material longsoran menutup jalan Desa Cikapinis, Cidadap, Desa Sarimukti. Kemudian, jalan kampung Datarpeer, Desa Cikupa nyaris putus," tutur dia.

Kemudian di Kecamatan Culamega, selain merendam rumah warga, banjir juga menyebabkan jalan penghubung kampung Wangun-Cibatear terputus tepatnya di Kampung Sukajaya, Desa Bojongsari. "Kondisi terkini, dalam proses pembukaan beberapa akses jalan yang masih tertutup matrial longsor. Bantuan logistik masih dalam pengupayaan untuk sampai ke lokasi
terdampak, karena akses jalan masih terputus. Beberapa warga masih di pengungsian," ungkap Wawan.

Pendataan yang dilakukan BPBD mencatat, total rumah warga yang terendam 173 unit dan tujuh rusak berat. Sebanyak 213 kepala keluarga (KK) atau 656 jiwa warga Kampung Cikondang dan Babakan Situ, Desa Bojongsari, Kecamatan Culamega mengungsi ke Bumi Perkemahan Cibinong.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.6964 seconds (0.1#10.140)