Kasus HIV di Jabar 32.210, Hetero Seksual Paling Berisiko

Minggu, 04 November 2018 - 14:23 WIB
Kasus HIV di Jabar 32.210, Hetero Seksual Paling Berisiko
Ilustrasi/SINDOnews/Dok
A A A
BANDUNG - Dinas Kesehatan (Dinkes) Jabar mencatat, jumlah kasus Human immunodeficiency virus infection and acquired immune deficiency syndrome (HIV/AIDS) di Jawa Barat sejak 1989 hingga 2017 mencapai 32.210 orang.

Dari jumlah itu, 9.217 orang positifmengidap AIDS. Ternyata, tingginya kasus HIV/AIDS tak bisa dilepaskan dari kalangan hetero seksual. Bahkan kalangan heteroseksual lebih berisiko.

Kepala Sekretarian Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Jawa Barat Iman Tedjarachmana mengatakan, jika dilihat dari kelompok risiko, kelompok hetero seksual merupakan faktor risiko terbesar dengan 46% berisiko tertular HIV. Diikuti pengguna napza suntik dengan 36,40%, biseks dan homoseksual dengan 9,9%, perinatal atau anak 4% dan tidak diketahui 3,3%.

“Data Klinik HIV/AIDS menunjukkan bahwa dalam beberapa tahun terakhir penularan HIV telah bergeser dari penggunaan jarum suntik ke hubungan seksual berisiko. Pada kasus ini, pencegahannya jauh lebih sulit dan rumit,” kata Iman, Minggu (4/11/2018).

Menurut dia, Plperilaku berisiko adalah perilaku yang menyebabkan seseorang menjadi lebih rentan untuk tertular HIV. Asesmen perilaku berisiko dapat dilakukan dengan menggunakan skrining dan inventory atau imaging otak atau elektro ensephalografi.

Mencegah perilaku berisiko pada remaja, kata dia, dilakukan melalui parenting dan edukasi yang baik. Sedangkan untuk merubah, bisa dengan psikoterapi, dialectical behavioral therapy. Seluruh kegiatan harus dilakukan secara komprehensif dan efektif mencegah dan merubah perilaku berisiko.

“Mengendalikan infeksi HIV/AIDS di masyarakat tidak mungkin akan berhasil bila tidak dilakukan menyeluruh dan terintegrasi. Mulai dari promosi, prevensi, kurasi dan rehabilitasi secara benar dan terukur. Sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan,” beber dia.

Promosi dan prevensi penting dilakukan, terutama fokus mencegah dan merubah perilaku remaja yang berisiko tinggi. Karena, dari 32.210, 41.92 % merupakan kelompok usia 20 29 tahun dan 37,57 % berusia 30 – 39 tahun.

Pada Sabtu 3 November 2018 itu, Komisi Penanggulangan AIDS Jabar, Komunitas Kesehatan Jiwa Masyarakat Jabar, dan RS Melinda 2 terpanggil untuk mencari pemecahan masalah HIV/AIDS. Langkah yang dilakukan melalui pertemuan ilmiah “Assessment and Management High Risk Behavior" yang menghadirkan sejumlah ahli.

Di antaranya, dokter ahli penyakit infeksi (HIV/AIDS), dokter spesialis kedokteran jiwa adiksi, Spesialis Kedokteran Jiwa Anak dan Remaja, ahli Psikoterapi dan DBT, Psikolog ahli Parenting, Dokter Spesialis Kedokteran Nuklir ahli Imaging dan Peneliti LIPI, ahli EEG, serta psikolog ahli Psikometrik dan Modul.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.0256 seconds (0.1#10.140)