Kurangi Impor, Menteri BUMN Tekankan Pentingnya Sinergi BUMN
A
A
A
BANDUNG - Menteri BUMN Rini Sumarno menekankan pentingnya sinergi antar Badan Usaha Milik Negara (BUMN) agar tercipta produk dalam negeri yang andal. Kemampuan BUMN membuat produk sendiri akan mengurangi importasi Indonesia.
Hal itu disampaikan Rini dalam acara "Excelen: Inovasi untuk Negeri" di PT Ken Industri, Jalan Soekarno-Hatta, Kota Bandung, Rabu (31/10/2018). Dia berharap, sinergi BUMN bisa dilakukan antara PT Len Industri, Pindad, Dahana, dan BUMN lain.
“Kunci dari kemandirian produk kita salah satunya alat pertahanan adalah sinergiitas. Sinergi diharapkan meningkatkan ekspor Indonesia di tengah tekanan asing atas mata uang kita. Sementara impor kita masih tinggi,” kata Rini.
Sinergitas antar-BUMN dan lembaga lain, juga akan menghasilkan produk unggul. Dia mencontohkan, sinergi antara Pindad dan TNI telah menghasilkan senjata laras panjang yang diakui dunia internasional. Contoh lainnya adalah sinergi antara Len Industri dan Inka yang menghasilkan LRT di Palembang.
“Dulu produk Pindad dicibir. Tetapi sekarang, produknya sudah 11 kali menang lomba di Australia yang pesertanya negara-negara besar. Bahkan, kini amunisi Pindad sudah ekspor ke AS. Artinya ada pengakuan internasional atas produk kita,” ujar dia.
Rini pun mengapresiasi sinergi tiga BUMN, PT Pindad, Bio Farma, dan Dahana yang melakukan ekspor produk senilai USD5,2 juta. Nilai ekspor yang cukup besar dengan kemampuan memberdayakan tenaga kerja mencapai 3.000 orang lebih.
“Kalau dikonversi, nilai ekspor produk USD5,2 juta, setara dengan 74 ton batubara. Tetapi kalau batubara mungkin hanya dikerjakan ratusan orang. Tetapi untuk ekspor BUMN iNi, ada lebih dari 3.000 tenaga kerja yang terlibat. Artinya, kita memang harus melakukan hilirisasi produk,” tutur Rini.
Sementara itu, Direktur Utama PT Len Industri Zakky Gamal Yasin mengakui, saat ini Len masih melakukan penguatan produk di dalam negeri. Nilai ekspor Len masih sekitar Rp20 miliar. Namun, tahun depan pihaknya berkomitmen meningkatkan ekspor, seiring promosi produk Len ke beberapa negara di Asia.
“Ekspor kami tahun ini baru menggarap proyek persinyalan di Bangladesh. Karena memang kami targetkan dulu di dalam negeri, misalnya persinyalan LRT. Dari sana, kami berharap ada kepercayaan pasar yang bisa terbangun, sehingga diharapkan banyak negara akan melirik kemampuan kami,” kata Zakky yang mengklaim Len menjadi salah satu industri persinyalan tercanggih di dunia.
Hal itu disampaikan Rini dalam acara "Excelen: Inovasi untuk Negeri" di PT Ken Industri, Jalan Soekarno-Hatta, Kota Bandung, Rabu (31/10/2018). Dia berharap, sinergi BUMN bisa dilakukan antara PT Len Industri, Pindad, Dahana, dan BUMN lain.
“Kunci dari kemandirian produk kita salah satunya alat pertahanan adalah sinergiitas. Sinergi diharapkan meningkatkan ekspor Indonesia di tengah tekanan asing atas mata uang kita. Sementara impor kita masih tinggi,” kata Rini.
Sinergitas antar-BUMN dan lembaga lain, juga akan menghasilkan produk unggul. Dia mencontohkan, sinergi antara Pindad dan TNI telah menghasilkan senjata laras panjang yang diakui dunia internasional. Contoh lainnya adalah sinergi antara Len Industri dan Inka yang menghasilkan LRT di Palembang.
“Dulu produk Pindad dicibir. Tetapi sekarang, produknya sudah 11 kali menang lomba di Australia yang pesertanya negara-negara besar. Bahkan, kini amunisi Pindad sudah ekspor ke AS. Artinya ada pengakuan internasional atas produk kita,” ujar dia.
Rini pun mengapresiasi sinergi tiga BUMN, PT Pindad, Bio Farma, dan Dahana yang melakukan ekspor produk senilai USD5,2 juta. Nilai ekspor yang cukup besar dengan kemampuan memberdayakan tenaga kerja mencapai 3.000 orang lebih.
“Kalau dikonversi, nilai ekspor produk USD5,2 juta, setara dengan 74 ton batubara. Tetapi kalau batubara mungkin hanya dikerjakan ratusan orang. Tetapi untuk ekspor BUMN iNi, ada lebih dari 3.000 tenaga kerja yang terlibat. Artinya, kita memang harus melakukan hilirisasi produk,” tutur Rini.
Sementara itu, Direktur Utama PT Len Industri Zakky Gamal Yasin mengakui, saat ini Len masih melakukan penguatan produk di dalam negeri. Nilai ekspor Len masih sekitar Rp20 miliar. Namun, tahun depan pihaknya berkomitmen meningkatkan ekspor, seiring promosi produk Len ke beberapa negara di Asia.
“Ekspor kami tahun ini baru menggarap proyek persinyalan di Bangladesh. Karena memang kami targetkan dulu di dalam negeri, misalnya persinyalan LRT. Dari sana, kami berharap ada kepercayaan pasar yang bisa terbangun, sehingga diharapkan banyak negara akan melirik kemampuan kami,” kata Zakky yang mengklaim Len menjadi salah satu industri persinyalan tercanggih di dunia.
(awd)