Dolar Perkasa, Pakar Ekonomi: Optimalisasi Industri Hilir Solusinya

Kamis, 25 Oktober 2018 - 23:48 WIB
Dolar Perkasa, Pakar Ekonomi: Optimalisasi Industri Hilir Solusinya
Pakar Ekonomi Unpad Aldrin Herwany. Foto: Istimewa
A A A
BANDUNG - Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) yang dialami Indonesia saat ini dinilai sebagai momentum tepat untuk mengoptimalkan potensi industri hilir di berbagai daerah.

Pengembangan industri hilir (hilirisasi) diyakini mampu menjadi solusi dari berbagai persoalan ekonomi yang dihadapi bangsa ini, termasuk pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar. Dengan dorongan berupa insentif dari pemerintah, hilirisasi diyakini bakal berkembang pesat.

"Sekarang merupakan saat yang tepat untuk menggenjot hilirisasi," ungkap pakar ekonomi Universitas Padjadjaran (Unpad) Aldrin Herwany di Bandung, Kamis (25/10/2018).

Menurut dia, beberapa persoalan ekonomi yang dihadapi Indonesia, di antaranya ketidakberdayaan dalam menghadapi volatilitas kurs, daya beli masyarakat yang tidak kunjung menguat dalam beberapa tahun terakhir, hingga angka pengangguran yang terus naik.

Aldrin yang juga Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi (ISEI) Jawa Barat itu menjelaskan, hilirisasi pada dasarnya merupakan penambahan rantai nilai dari industri yang sudah ada.

Dengan membangun industri pengolahan lanjutan, industri akan menjadi relatif lebih tahan terhadap volatilitas kurs. Pasalnya, yang menjadi target hilirisasi adalah industri yang berkaitan dengan alam, seperti pertambangan dan pertanian yang kandungan impornya relatif sangat minim.

"JIka industri pengolahan bisa bertumbuh secara massif di berbagai daerah, sudah pasti akan membuka berbagai lapangan pekerjaan baru. Dan kalau para pengangguran bekerja, daya beli masyarakat juga pasti akan menguat," jelasnya.

Terkait dorongan insentif dari pemerintah, Aldrin menyebut, di antaranya bisa berupa pengurangan pajak atau bahkan dibebaskan dari pajak selama beberapa waktu (grass period), kemudahan perijinan, hingga insentif infrastruktur.

"Saat ini (insentif) baru diberikan di sektor mineral, batubara. Nah, sektor pertanian, produk hutan, hasil laut, dan lainnya sama sekali belum ada pengaturan," sebutnya.

Sementara untuk menemukan produk-produk turunan dalam pengembangan industri pengolahan, Aldrin menyebut, hal itu bisa diperoleh dari hasil penelitian universitas dan lembaga penelitian lainnya. Salah satu calon rektor Unpad itu mencontohkan, produk turunan dari kelapa hasil penelitian yang dilakukan Unpad.

Selama ini, kata Aldrin, orang hanya mengenal santan sebagai produk turunan kelapa. Namun, setelah dilakukan penelitian, ternyata kelapa dapat menghasilkan berbagai produk turunan lainnya, seperti tepung kelapa yang bisa menjadi komoditas ekspor.

"Jadi pemerintah, masyarakat, dan kampus harus memiliki sinergitas yang kuat, agar hilirisasi bisa menjadi jalan keluar yang efektif untuk permasalahan tadi. Dan saya kira sinergi ini bukan hal yang sulit-sulit amat karena saat ini semua menyadari bahwa hilirisasi merupakan salah satu pilihan terbaik yang kita punya," tandas Aldrin
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.8281 seconds (0.1#10.140)