Ketika Para Tukang Sampah Berjibaku di Tengah Badai Virus Corona

Selasa, 31 Maret 2020 - 19:05 WIB
Ketika Para Tukang Sampah Berjibaku di Tengah Badai Virus Corona
Di saat sebagian orang libur atau bekerja di rumah, para tukang sampah tetap bekerja mengangkut sampah dari rumah dan pembuangan sementara walaupun virus corona sedang mengintai mereka. Foto/SINDOnews/Adi Haryanto B
A A A
BANDUNG BARAT - Wabah COVID-19 atau dikenal dengan nama virus corona datang tiba-tiba dengan membawa terompet kematian. Dia bisa hinggap di tubuh siapa saja, tak mengenal kasta apalagi harta. Lelaki atau perempuan, tua maupun muda semua bisa terpapar.

Corona juga tak punya rasa sungkan pada latar bekalang profesi seseorang. Bahkan sudah beberapa dokter menjadi korban keganasan virus yang berasal dari China itu. Dokter, perawat, dan tenaga medis lain merupakan salah satu profesi yang sangat rentan karena berada di garda terdepan penanganan corona.

Akan tetapi, jangan dilupakan para tukang sampah yang juga ada pada barisan terdepan di tengah pandemi. Setiap hari mereka harus turun ke lapangan mengambil dan mengangkut tumpukan sampah tanpa alat satu pun alat yang melindungi mereka dari risiko terpapar. Padahal, jasa mereka itulah yang menjaga lingkungan tetap bersih serta tidak menjadi sumber penyakit.

”Kami kan tidak bisa seperti orang lain yang bisa kerja dari rumah (Work From Home). Sudah menjadi pekerjaan kami bergelut dengan sampah yang kotor, bau, dan bahkan membawa kuman sumber penyakit,” kata petugas pengangkut sampah di Bandung Barat kepada SINDOnews, Selasa (31/3/2020). (Baca : Lagi, 300 Orang Jabar Terindikasi Corona, Terbanyak di Kota Sukabumi)

Lelaki yang meminta namanya tidak disebutkan ini mengaku khawatir dengan merebaknya wabah corona. Pasalnya, tidak ada jaminan sampah yang diangkut dan dibuangnya ke TPA Sarimukti terbebas dari virus, kuman, dan bakteri.

Hatinya sesekali gundah, jangan-jangan dia sudah terpapar corona tanpa disadarinya. Kalau benar begitu, bagaimana dengan anak dan istrinya? Tentu mereka juga rentan tertular virus darinya.

”Sebagai manusia jelas kami juga takut, kan virusnya mematikan. Tapi mau bagaimana lagi? Kalau kami tidak angkut, sampah bisa menumpuk,” katanya sembari berharap pemerintah memberikan perhatian lebih kepada pasukan pengangkut sampah.

Koordinator Wilayah Satu Padalarang, UPT Kebersihan di Dinas Lingkungan Hidup KBB, Rudi Huntadi mengakui, di tengah pendemi corona petugas pengangkut sampah harus tetap bekerja.

Sebagai pekerja lapangan di paling hilir untuk urusan sampah, mereka juga rentan terpapar. Apalagi, di tempat pembuangan akhir (TPA) banyak sopir dan kernet dari daerah lain. Tidak menutup kemungkinan mereka saling berinteraksi.

"Hingga kini petugas pengangkut sampah kami terus bekerja normal. Cuma sekarang bagi sopir yang berjumlah 42 dan kernet sebanyak 80 orang, sesuai arahan bupati kami berikan sarung tangan, masker, dan alat pelindung untuk meminimalisir terpapar Corona," ucapnya. (Baca : Tiba dari Jakarta, Mayat Telantar 7 Jam di Depan Puskesmas)

Di tengah pandemik corona, beban pekerjaan petugas sampah justru lebih berat. Sebab volume sampah meningkat jika dibandingkan hari-hari biasa, akibat banyaknya orang yang diam di rumah.

”Ya kan anak sekolah, mahasiswa libur, pekerja juga banyak kerja dari rumah. Biasanya kebiasaan ngemil dan makan juga lebih intens, makanya sampah rumah tangga jadi meningkat" ujarnya.

Sayangnya, sejauh ini belum ada perhatian dari pemerintah entah dalam bentuk reward atau tambahan penghasilan sebagaimana diterima tenaga medis, sekelumit harapan dari para pahlawan jalanan.
(muh)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.0230 seconds (0.1#10.140)