Corona Tewaskan 462 Orang Spanyol Dalam 24 Jam

Selasa, 24 Maret 2020 - 17:20 WIB
Corona Tewaskan 462 Orang Spanyol Dalam 24 Jam
Para petugas Unit Darurat Militer (UME) Spanyol melakukan penyemprotan disinfektan untuk menghentikan penyebaran wabah virus corona baru di Madrid, Spanyol. Foto/REUTERS
A A A
MADRID - Korban meninggal akibat virus corona (Covid-19) di Spanyol melonjak secara dramatis setelah 462 orang meninggal dalam 24 jam. Kementerian Kesehatan setempat mengonfirmasi jumlah kematian baru tersebut pada Senin (23/3/2020) sore.

Jumlah tersebut melengkapi angka kematian di Spanyol akibat virus corona menjadi 2.311 jiwa, naik 27 persen dari angka yang dirilis sehari sebelumnya. Sementara jumlah kasus COVID-19 yang dikonfirmasi juga naik menjadi 35.136. Jumlah kasus itu membuat Spanyol menjadi salah satu negara yang paling terpukul di dunia setelah China dan Italia. (Baca : Ini Cara PPSDM Geominerba Cegah Penyebaran COVID-19)

Apa yang terjadi di Spanyol menunjukkan bahwa kebijakan lockdown nasional yang berlaku sejak 14 Maret belum cukup efektif mencegah korona. Faktanya jumlah kematian dan infeksi terus meningkat di Spanyol. Angka-angka terus bertambah bahkan ketika Negeri Matador itu meningkatkan kapasitas untuk melakukan tes Covid-19.

Lockdown yang semula diberlakukan selama dua pekan akan diperpanjang hingga 11 April. Rencana perpanjangan status lockdown tersebut diajukan Perdana Menteri Pedro Sanchez ke Parlemen pada hari Selasa (24/3/2020).

Meningkatnya jumlah kasus infeksi di negara berpenduduk 46 juta orang ini telah membawa sistem perawatan kesehatan Spanyol ke jurang kehancuran, khususnya di Madrid, daerah yang paling parah dilanda wabah COVID-19. Di kota tersebut telah dilaporkan ada 10.575 kasus dan 1.263 orang telah meninggal. Angka di Madrid ini menyumbang 58 persen dari angka kematian nasional.

Koordinator kedaruratan Kementerian Kesehatan Fernando Simon mengatakan sekitar 3.910 petugas kesehatan telah dinyatakan positif terinfesi COVID-19.

Para pejabat telah berulang kali memperingatkan bahwa jumlah kematian dan infeksi akan terus meningkat minggu ini dan itu bisa berpotensi menjadi yang terburuk.

"Kami belum melihat dampak dari gelombang terkuat, yang paling merusak, yang akan menguji kemampuan material dan moral kami hingga batasnya, serta semangat kami sebagai masyarakat," kata Sanchez, seperti dikutip AFP.
(muh)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 4.3869 seconds (0.1#10.140)