Gaya Hidup Zaman Now, Eris Koleksi 55 Burung Senilai Rp3 Miliar

Sabtu, 28 Juli 2018 - 19:49 WIB
Gaya Hidup Zaman Now, Eris Koleksi 55 Burung Senilai Rp3 Miliar
Eris Alfarisi, 33, warga Kompleks Cipta Graha, Blok B-2, Jalan Gunung Batu, Cimahi, menunjukkan koleksi burung peliharaannya jenis Hyacinth Macaw (warna biru) yang berharga Rp400 juta. Foto/SINDOnews/Adi Haryanto
A A A
CIMAHI - Demi hobi dan kepuasan batin orang bisa berbuat apa saja. Bahkan terkadang melakukan hal-hal di luar nalar oleh sebagian orang. Pasalnya nominal uang sudah bukan lagi menjadi batasan untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan.

Mobil sekelas Pajero Sport, Kijang Inova, atau motor trail sekalipun rela untuk ditukarkan demi memuaskan sahwat hobi seseorang. Meskipun itu hanya demi seekor burung yang bagi kebanyakan orang tentu sangatlah tidak rasional. Jangan kaget, karena faktanya memang benar-benar terjadi.

Eris Alfarisi, 33, warga Kompleks Cipta Graha, Blok B-2, Jalan Gunung Batu, perbatasan antara Kota Cimahi dan Kota Bandung ini, salah satu contohnya. Mengaku menyukai burung sejak kecil, kini dia menjadi pemilik dari 55 jenis ekor burung yang habitat aslinya berada di Hutan Amazon, Brazil.

Beragam jenis burung itu diimpor secara resmi dari Eropa, khususnya Belanda. Sebab di sanalah hasil penangkaran burung-burung ini kualitasnya sangat baik. Beberapa jenis burung yang dimiliki Eris, adalah Hyacinth Macaw, Blue and Gold, Green Wing, Scarlet, Mochi, Harley Queen, Shamrock Macaw, Militery, Milli Gold, dan Katalina Macau.

"Burung di sini dari mulai harga Rp30 juta sampai Rp400 juta," kata Eris saat ditemui SINDONews.com di kediamannya, Sabtu (28/7/2018).

Yang menjadi primadona dari sekian banyak burung di kediamannya, yakni dua jenis Hyacinth Macaw bernama Meta dan Dexa. Harga satu burung itu senilai Rp400 juta yang diimpor dari Belanda dan kini berusia 8 bulan. Keistimewaan dari burung ini, selain langka adalah rangka tubuhnya kokoh, skil trick, mampu free flight, dan dapat mengenali pemiliknya. Di Indonesia saja, pemilik burung jenis ini bisa dihitung dengan jari, seperti di Jakarta, Bandung, dan Malang.

Burung ini ketika terbang lalu dipanggil namanya, dia akan menghampiri pemiliknya. Namun ketika dalam radius ketinggian yang suara tidak bisa terdengar, yang dikenali burung langka ini, pertama adalah warna. Jika sedari kecil dia dilatih warna merah, maka akan memiliki insting kuat terhadap warna itu.

"Kepuasannya adalah saya bisa berinteraksi dengannya, enak dipandang, bisa diajak main di alam bebas, dilatih, dan ketika terbang sangat cantik," tutur pria yang tergabung dalam komunitas burung Alfa Brother Bandung ini.

Bukan hanya sebagai kolektor, ketika ada yang menginginkan burung peliharaan dan harganya cocok Eris pun kerap melepasnya. Misalnya burung jenis Blue and Gold dihargai Rp30-40 juta, Green Wing Rp55-75 juta, Scarlet Rp90-120 juta, Harley Queen Rp55-75 juta. Kemudian jenis Shamrock Macaw Rp85-100 juta, Militery Rp55-80 juta, Milli Gold Rp85-100 juta, dan Katalina Macau Rp65-85 juta.

Alhasil dengan 55 koleksi burungnya, Eria mengaku sudah menginvestasikan uangnya setara dengan Rp3 miliar. Ketika burung yang dimilikinya terus dilatih dan memiliki skill khusus maka harga jualnya pun bisa lebih tinggi lagi. Disinggung mengenai apakah ada kekhawatiran burung koleksinya disita BKSDA, Eris mengaku tidak khawatir. Ini dikarenakan dia membeli burung itu dengan resmi dan dilengkapi surat-surat termasuk mengikuti prosedur yang berlaku.

Gaya Hidup Zaman Now, Eris Koleksi 55 Burung Senilai Rp3 Miliar


Salah seorang pehobi burung jenis ini, Pendi Dot Setiawan, 26, menyebutkan usia burung-burung ini bisa mencapai 100 tahun. Pemeliharaannya pun tidak ribet karena untuk kebutuhan pakan seperti buah, biji-bijian, dan vitamin paling sekitar Rp550.000/bulannya. Sekarang burung ini sedang booming yang biasanya dulu hanya hiasan rumah, tapi kini berkembang ke kemampuan skill free flight-nya.

"Tak heran jika ada pembeli yang datang rela menukarkan Pajero Sportnya untuk membawa pulang seekor burung jenis ini," ujar dia
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.5941 seconds (0.1#10.140)