de Braga by ARTOTEL Gelar Pameran Seni The Other Hemisphere

Senin, 15 Oktober 2018 - 23:17 WIB
de Braga by ARTOTEL Gelar Pameran Seni The Other Hemisphere
Seniman Restu Taufik Akbar (kiri) saat pembukaan pameran di Hotel de Braga by ARTOTEL Bandung. Foto: ISTIMEWA
A A A
BANDUNG - de Braga by ARTOTEL, hotel pertama berkategori curated collections yang dioperasikan oleh ARTOTEL Group menggelar pameran seni perdana berjudul "The Other Hemisphere" selama 14 hari dari 10 hingga 28 Oktober.

Pameran yang bekerja sama dengan seniman lokal Kota Bandung, Restu Taufik Akbar itu berlokasi di Artspace lantai 2 de Braga by ARTOTEL, Jalan Braga Nomor 10, Kota Bandung. Dalam event tersebut dipamerkan sejumlah lukisan karya seniman Restu Taufik Akbar.

Restu merupakan seniman kelahiran Bandung, alumnus jurusan Seni Lukis, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan predikat summa cumlaude. Bentuk lukisannya adalah kombinasi pengalaman berinteraksi dengan alam, terutama hutan, melalui pemahaman batin, dan eksplorasi materi artistik.

General Manager de Braga by ARTOTEL Anton Susanto mengatakan, de Braga by ARTOTEL hadir sebagai hotel yang memadukan seni kontemporer dan terinspirasi oleh karakter botani khas perkebunan teh di Bandung, akan mendukung setiap kegiatan seni, pelaku seni, dan berkomitmen untuk memberikan pengalaman unik untuk tamu.

"de Braga by ARTOTEL dengan bangga mempersembahkan pameran seni "The Other Hemisphere" untuk para pecinta seni, terutama bagi tamu hotel agar menjadi pengalaman tak terlupakan selama menginap di kawasan legendaris Braga," kata Anton.

Kurator Zusfa Roihan menulis pengantar bagia pameran “The Other Hemisphere”. Zusfa mengatakan, lukisan karya Restu mengingatkan kepada pemandangan semak-semak dengan beberapa tanaman dan dedaunan. Lukisan pemandangan merupakan bentuk dokumentasi dari suatu tempat. Tanaman menjadi faktor utama dan hutan menjadi subyek penting.

"Dalam masyarakat kota saat ini, isu lingkungan menjadi signifikan. Karya seni bertema lingkungan bisa menjadi penyeimbang ketika masyarakat bergerak dinamis menuju kosmopolitan," kata Zusfa.

Lukisan karya Restu, tutur dia, memberikan suatu proses ‘pencarian’ menarik. Untuk Restu mungkin proses ini bisa menjadi pedang bermata dua. Pertama, proses tersebut memberikan kemungkinan yang tidak berhingga. Kedua, mungkin terjebak dalam rutinitas pembuatan bentuk semata.

"Melihat karya-karya Restu ibarat gerbang untuk memasuki sebuah pengalaman baru dengan mencoba melakukan hal paling sederhana dalam menikmati lukisan, yaitu melihat untuk merasakan, lalu mengalaminya," tutur dia.

Lukisan Restu, ungkap Zusfa, tidak memberikan gambaran spesifik tentang suatu tempat, tetapi identitas lokasi tersebut menjadi universal. Warna-warna artificial pada lukisannya tidak bisa dikaitkan dengan warna di alam.

"Justru di situ menunjukkan bagaimana Restu mencoba mengkonstruksi realitas. Warna-warna ini tidak ingin sebagai penanda yang merujuk ke sebuah informasi bentuk tetapi sebagai satu kesatuan yang membangun suatu nuansa," ungkap Zusfa.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.1999 seconds (0.1#10.140)