APD Penanganan Corona Mahal, Dinkes Jabar Minta Bantuan Pusat

Senin, 09 Maret 2020 - 22:28 WIB
APD Penanganan Corona Mahal, Dinkes Jabar Minta Bantuan Pusat
Dokter mengenakan pakaian khusus saat menangani pasien terpapar Corona. Foto/SINDOnews/Dok
A A A
BANDUNG - Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Barat mengaku memiliki keterbatasan dalam penyediaan alat perlengkapan diri (APD) penanganan pasien terduga virus Corona (Covid-19).

Kepala Dinkes Jabar Berli Hamdani Gelung Sakti mengungkapkan, selain mahal, APD kini sulit diperoleh. Kondisi tersebut mengakibatkan penanganan pasien terduga Corona, khususnya di sejumlah daerah di Jabar kurang maksimal.

"Soal APD itu perlu diketahui warga, untuk merawat pasien dengan dugaan Covid-19 ini memang rumit karena biayanya mahal," ungkap Berli di Bandung, Senin (9/3/2020).

Berli mengemukakan, harga satu set APD lengkap dengan masker, tutup kepala, sampai sepatu tipis mencapai sekitar Rp300.000 untuk sekali pakai untuk satu petugas. Biasanya, kata Berli, APD yang dibutuhkan setiap harinya sekitar 20 set.

"Kalau di situ merawat dua orang, berarti harus 2x20 dikali Rp300.000. Karena keterbatasan dan saat ini ternyata masker juga sudah mulai sulit dicari dan untuk pengadaannya susah, ini jadi permasalahan," ujar dia.

"Tapi, saya sudah rapat dengan Kemenkes RI (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia) dan menyatakan kesiapan untuk menyuplai APD sejumlah yang dibutuhkan RSUD," tutur Berli.

Tidak hanya APD, Berli juga mengakui bahwa rumah sakit (RS) rujukan penanganan pasien terduga Corona di Jabar belum disertai peralatan yang lengkap.

Dari 52 RS rujukan di Jabar, seluruhnya sudah memiliki ruang isolasi. Namun, masih banyak RS yang belum memiliki peralatan lengkap untuk menangani pasien dengan gejala infeksi Corona.

"Rata-rata ruang isolasinya belum memenuhi persyaratan. Ada yang punya ventilator, tapi tidak punya tekanan udara negatif. Ada yang punya tekanan udara negatif, tapi tidak punya alat monitor pasien yang lengkap," ungkap Berli.

Berli mengatakan, dari total 52 RS rujukan di Jabar, baru RS Hasan Sadikin dan RS Paru Rotinsulu saja yang memiliki peralatan lengkap.

Meski begitu, tambah Berli, ruang isolasi RS Hasan Sadikin kini sudah penuh diisi pasien terduga Corona rujukan dari RS lainnya.

"RS Hasan Sadikin sudah menambah 7 kamar isolasi tambahan. Kalau RS swasta, kami belum mendapat konfirmasi ketersediaan memberikan pelayanan kepada pasien Covid-19," ujarnya.

Keterbatasan sarana dan prasarana penanganan pasien terduga Corona di daerah inilah yang menyebabkan rumah-rumah sakit di daerah merujuk pasien terduga Corona-nya ke dua RS yang berlokasi di Kota Bandung itu.

"Seperti Garut, jadi mereka punya ruangan dan peralatan lengkap, tetapi kapasitasnya di situ kurang," katanya.

Lebih lanjut Berli mengatakan, berdasarkan data terakhir penanganan Corona di Jabar, Senin (9/3/2020), jumlah orang dalam pemantauan (ODP) sudah mencapai 533 orang.

Dari jumlah tersebut yang selesai dilakukan pemantauan 216 orang dan masih dalam pemantauan 317. "Pasien dalam status pemantauan berarti mengisolasi diri di rumah," terangnya.

Sementara yang berstatus PDP atau pasien dalam pengawasan, yakni mereka sudah dirawat dan diisolasi di rumah sakit sebanyak 49 orang.

Jumlah pasien yang sudah menyelesaikan perawatan dan diperbolehkan pulang karena negatif Corona 22 orang, sedangkan yang masih dirawat 27 orang.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.9117 seconds (0.1#10.140)