Merajut Ekonomi Bangsa dari Sang Juru Antar

Minggu, 07 Oktober 2018 - 12:44 WIB
Merajut Ekonomi Bangsa dari Sang Juru Antar
Petugas JNE melayani masyarakat yang melakukan pengiriman barang. JNE mencatat pertumbuhan kiriman antara 20% hingga 30% per tahun dan diprediksi terus meningkat seiring berkembangnya bisnis e-commerce. Foto: Istimewa
A A A
BANDUNG - Puluhan tahun silam, tak terpikirkan bagaimana Indonesia mampu memecahkan kebuntuan distribusi di antara kondisi geografis yang berpulau. Namun derasnya arus ekspektasi masyarakat justru menguatkan para penyedia jasa logistik merajut tantangan itu menjadi ekosistem ekonomi yang berkontribusi terhadap bangsa dan negara.

Kini, kecanggungan pengiriman antarpulau telah terpecahkan. Tak ada lagi batasan waktu dan lokasi dalam memindahkan barang dari satu pintu ke pintu rumah lainnya. Gugusan kepulauan justru menciptakan peluang ekonomi baru.

Para 'pengantar kebahagiaan'perusahaan logistik telah berkontribusi nyata bagi kemajuan ekonomi nasional. Riset iDEA dan Taylor Nelson Sofres, perdagangan dalam jaringan atau e-commerce di Indonesia mencapai USS130 miliar pada 2017. Nilainya meningkat 5,7 kali lipat dari 2016 sebesar USS22,6 miliar.

Vice President of Marketing JNE Eri Palgunadi menyebut, bila diasumsikan sekitar 13% transaksi e-commerce digunakan untuk belanja kiriman, logistik, pos, dan ekspres, sektor ini mencatat transaksi sekitar USS16,9 miliar atau sekitar Rp219,7 triliun. Andil ekonomi yang cukup besar dari perusahaan logistik.

Kontribusi penyelenggara logistik diperkirakan akan terus naik, seiring berkembangnya bisnis e-commerce. Nilai pasar industri logistik pada 2017 misalnya, tercatat mencapai Rp210 triliun dengan pertumbuhan 14,7%. Padahal, pertumbuhan itu hanya ditopang kiriman 800 juta paket.

Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Rudiantara mengatakan, dalam laporan berjudul The Digital Archipelago, McKinsey memperkirakan evolusi perdagangan online di Indonesia saat ini menyerupai Tiongkok pada periode 2010 lalu. Bisnis kiriman di Tiongkok awalnya tumbuh 3%, kini menjadi 16%.

“Sangat mungkin pasar e-commerce Indonesia tumbuh dengan kecepatan yang sama, atau lebih cepat. Sebab, masyarakat Indonesia sangat gemar menggunakan smartphone, termasuk media sosial,” jelas Rudiantara.

Ekonomi digital di Indonesia diperkirakan akan mencapai Rp1.831 triliun pada 2020. Artinya, dua tahun ke depan, ekonomi digital akan berkontribusi sekitar 11% terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia.

Kontribusi e-commerce terhadap PDB tak bisa dilepaskan dari keberadaan marketplace seperti Bukalapak, Tokopedia, Lazada, dan lainnya. Platform bisnis online itu menjadikan penyedia jasa logistik sebagai tulang punggung distribusi barang. Konektivitas antara usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dengan konsumen mampu terpecahkan walaupun tersekat ribuan kilometer laut dan daratan.

“Tokopedia, Bukalapak, dan market place lainnya, adakah bukti bahwa digitalisasi bisa diarahkan untuk pemberdayaan tenaga kerja melalui cara-cara baru. Tokopedia dan Bukalapak telah memberdayakan lebih dari satu juta usaha kecil. Jumlah transaksi masing-masing marketplace telah menyentuh angka 300.000-an per hari,” imbuh dia.

Menurut Rudiantara, selain menyerap tenaga kerja secara langsung, marketplace juga memberi multiplier effect bagi sektor layanan pelanggan, pengiriman, dan lainnya. Ribuan kurir dari pelosok negeri telah terlibat pada pekerjaan sektor ini.

JNE misalnya, sejak berdiri pada 1990, telah membangun 6.000 outlet di Indonesia dan bisa melayani kiriman internasional ke 250 negara di semua benua. Tak kurang dari 40.000 tenaga kerja telah menggantungkan hidup kepada perusahaan ini.

“Ke depan, JNE akan terus melakukan pengembangan kapabilitas dan kolaborasi dengan seluruh pihak untuk mendukung ekosistem e-commerce secara keseluruhan. Termasuk menyediakan jasa pengiriman yang terjangkau, aman, dan cepat,” kata Eri Palgunadi.

JNE, kata dia, terus melakukan modernisasi teknologi untuk memudahkan distribusi barang. Pada 2019, JNE akan menggunakan mesin sorting center berteknologi canggih Mega Hub. Mega Hub akan mempercepat proses mobilitas paket kiriman.

Kawasan ini dibangun dekat Bandara Internasional Soekarno-Hatta, di atas tanah seluas 39.000 meter persegi. Teknologi ini nantinya mampu menangani sekitar 30 juta paket per bulan atau 48.000 paket per jam.

Sebelum mengoperasikan Mega Hub, JNE juga menjadi salah satu perusahaan ekspedisi yang cukup berhasil. Saat ini, jumlah pengiriman JNE sekitar 19 juta paket per bulan. Perusahaan ini mencatat rata-rata pertumbuhan kiriman sekitar 20-30% per tahun.

Merajut Ekonomi Bangsa dari Sang Juru Antar


Berkat kontribusinya terhadap bangsa dan negara, tak sedikit penghargaan yang telah diraih JNE. Terakhir, Direktur utama ‘connecting happiness’ ini, M Feriadi dianugerahi Satya Lencana Pembangunan di Hari Bhakti Postel ke-73 pada September 2018 lalu. Feriadi juga pernah mendapat tanda kehormatan Satya Lencana Wira Karya pada tahun 2010.

Penghargaan kepada direksi JNE diberikan atas dedikasinya membangun jaringan fisik dan virtual secara nasional. Perusahaan ini dinilai mampu menjadi backbone bagi pelaku e-commerce Indonesia dan terlibat aktif melakukan pengembangan UMKM.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.7195 seconds (0.1#10.140)