Dedi: Janji Kampanye-Hoax Ratna Sarumpaet Tak Bisa Diperbandingkan

Minggu, 07 Oktober 2018 - 11:36 WIB
Dedi: Janji Kampanye-Hoax Ratna Sarumpaet Tak Bisa Diperbandingkan
Ketua TKD Jokowi-Maruf Jabar Dedi Mulyadi. Foto: ISTIMEWA
A A A
BANDUNG - Ketua Tim Kampanye Daerah (TKD) Jokowi-Ma’ruf Jawa Barat Dedi Mulyadi mensinyalir ada upaya untuk membangun sentimen negatif terhadap Presiden Jokowi yang mengaitkan antara janji kampanye Jokowi dengan hoaks Ratna Sarumpaet.

Menurut Dedi, janji kampanye Jokowi dan hoaks Ratna Sarumpaet terlalu jauh untuk dibandingkan. Pasalnya, indikator pemenuhan janji kampanye sangat berbeda dengan penyimpangan perilaku yang dilakukan Ratna Sarumpaet.

"Terlalu jauh untuk dibandingkan. Jangankan untuk disamakan, dibandingkan saja gak bisa. Konteks Pak Jokowi itu situasinya belum mencapai target. Sementara Ibu Ratna Sarumpaet jelas sekali menyebarkan kebohongan dan itu diakuinya sendiri," kata Dedi melalui keterangan tertulisnya, Sabtu (6/10/2018).

Meski tidak menafikan target Jokowi belum tercapai, Dedi mengajak semua pihak mengapresiasi capaian calon presiden petahana tersebut. Dia mencontohkan, masifnya pembangunan infrastruktur sebagai investasi jangka panjang bangsa Indonesia.

Kemudian, program pemerataan listrik sampai ke pelosok pedalaman, misalnya di Papua. Selain itu, program sertifikasi tanah sebagai penciptaan kedaulatan agraria dan pengendalian stabilitas harga bahan pokok.

Soal pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang tengah terjadi, menurut Dedi, kondisi itu tidak serta merta melambungkan harga bahan kebutuhan pokok di pasaran. Bahkan, gejolak ekonomi tidak terjadi dan daya beli masyarakat pun tetap baik.

"Faktor pelemahan rupiah kan bukan di Pak Jokowi. Itu karena iklim ekonomi global. Nah, bisa gak Pak Jokowi disebut sedang berbohong? Ya gak bisa karena itu termasuk target yang belum tercapai, bukan bohong," ujar dia.

Mantan Bupati Purwakarta ini mengajak semua pihak merefleksi janji para pejabat publik, termasuk dirinya yang pernah memimpin Purwakarta selama dua periode. Begitu pun dengan janji mantan Gubernur Jabar dua periode Ahmad Heryawan.

Nama pria yang akrab disapa Kang Aher itu sempat muncul di internal PKS sebagai bakal calon wakil presiden pendamping Prabowo Subianto, namun harus kandas di tangan Ijtimak Ulama I yang meloloskan Habib Syegaf Al-Jufri. Nama terakhir itu pun gagal karena Prabowo lebih memilih Sandiaga Uno sebagai pendampingnya.

Dedi membeberkan, Aher pernah menjanjikan pendidikan SMA gratis, penanganan Sungai Citarum, hingga satu juta lapangan kerja. Selama 10 tahun menjabat Gubernur Jabar, kata Dedi, janji itu tidak terealisasi.

"Pada akhir 10 tahun itu tercapai atau tidak? Tidak kan. Kemudian apakah Pak Aher bisa disebut berbohong? Ya tidak juga. Pak Aher hanya bisa disebut belum mencapai apa yang dijanjikan," tutur Dedi.

Dedi menegaskan, kebohongan sepadan dengan istilah nol besar. Sementara, sebuah janji kampanye selalu ada upaya dan ikhtiar nyata, meskipun pada akhirnya ada yang belum mencapai target.

Jika setiap target yang tidak tercapai disebut sebagai kebohongan, Dedi mengatakan, seluruh pejabat publik bisa dikatakan pembohong dan hal tersebut menurutnya sangat tidak relevan. "Target yang tidak tercapai bukan kebohongan. Jadi, mohonlah itu dibedakan," tandas dia.

Bahkan, Dedi pun menyebut, pemimpin sekelas Soeharto yang memimpin Indonesia selama 32 tahun pun tak luput dari kesulitan memenuhi target. Menurut Dedi, Soeharto pernah menjanjikan ekonomi Indonesia akan tinggal landas pada 1998 silam.

Faktanya, di tahun tersebut terjadi krisis ekonomi yang berimbas pada krisis politik. Krisis multidimensi itu akhirnya menjadi penyebab lengsernya mantan mertua Prabowo Subanto itu dari kursi Presiden RI.

"Ternyata bukan tinggal landas kan tetapi kita malah tetap di landasan. Apakah Pak Harto disebut pembohong? Tidak. Sekali lagi, targetnya tidak tercapai," pungkas Dedi.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.3307 seconds (0.1#10.140)