Ada Spot Foto hingga Kedai Kopi, Kesan Angker di Gedung Sate Sirna

Minggu, 16 Februari 2020 - 10:01 WIB
Ada Spot Foto hingga Kedai Kopi, Kesan Angker di Gedung Sate Sirna
Gubernur Jabar Ridwan Kamil saat meresmikan Taman Gedung Sate di halaman depan Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, akhir Desember 2019 lalu. Foto/Humas Pemprov Jabar
A A A
BANDUNG - Sabtu, 15 Februari 2020 kemarin, Gedung Sate resmi dibuka untuk umum pascarevitalisasi tahap pertama rampung. Pengunjung pun dapat menikmati suasana dan sejumlah fasilitas baru di gedung bersejarah (heritage) itu.

Revitalisasi Gedung Sate yang menyedot anggaran hingga total Rp18 miliar itu menjadi salah satu program strategis Gubernur Jabar, Ridwan Kamil yang ingin mengubah wajah Gedung Sate yang menurutnya selama ini terkesan angker.

Selain itu, setelah direvitalisasi besar-besaran, Gedung Sate diharapkan melengkapi sejumlah objek wisata unggulan lainnya di Jabar. Hal itu sejalan dengan misi Pemprov Jabar yang menjadikan sektor pariwisata sebagai lokomotif perekonomian Jabar.

Pasarevitalisasi, gedung yang juga menjadi kantor pusat Pemprov Jabar itu memang terlihat lebih menawan. Pagar tinggi yang sebelumnya mengelilingi Gedung Sate pun telah dibongkar dan diganti dengan konsep ruang terbuka, sehingga lebih nyaman dipandang

Gaya arsitektur Indo-Eropa yang melekat pada gedung yang tahun ini genap berusia 100 tahun itu kini berpadu dengan gaya kontemporer yang menjadi ciri khas gaya arsitektur Ridwan Kamil. Diketahui, selain menjabat Gubernur Jabar, Ridwan Kamil pun dikenal sebagai arsitek ulung.

Tidak hanya tampilan luar saja, Gedung Sate pun kini dilengkapi berbagai fasilitas baru. Di halaman depan, terdapat taman dan ruang terbuka cukup luas bagi masyarakat untuk berfoto dengan latar belakang gedung karya arsitek J Gerber, Eh De Roo G, dan Hendriks itu.

Halaman belakang pun ditata lebih apik dimana pengunjung dapat menginjakkan kakinya langsung. Selain tidak lagi di pagar, taman belakang Gedung Sate kini juga dilengkapi akses yang tersambung langsung dengan jalan raya.

Fasilitas lainnya, Gedung Sate pun memiliki museum yang menyajikan berbagai pengetahuan, khususnya terkait Gedung Sate. Museum yang dibangun dengan konsep modern itu kini hampir tiap hari dikunjungi siswa sekolah dasar (SD) dan wisatawan yang ingin mengetahui seluk beluk tentang Gedung Sate.

Tak jauh dari pintu museum, terdapat sebuah kedai kopi (coffee shop) yang menyajikan kopi dari biji kopi khas Jabar yang diolah langsung. Sambil menikmati segelas kopi di bangku-bangku yang disiapkan di taman, pengunjung pun bisa merasakan segarnya udara halaman Gedung Sate yang memang banyak ditumbuhi pohon rindang.

Soal keamanan, pengunjung tak perlu khawatir karena banyak petugas satuan pengamanan (satpam) yang disiagakan dan sejumlah CCTV yang dipasang di sejumlah titik.

Harapan Ridwan Kamil yang ingin menghilangkan kesan angker pun tampaknya mulai membuahkan hasil. Gaya kontemporer dengan konsep ruang terbuka menjadikan Gedung Sate kini tampil beda.

Dari sekian banyak fasilitas yang tersedia, Pemprov Jabar bakal fokus mengoptimalkan keberadaan halaman belakang yang telah dilengkapi panggung berukuran cukup besar itu. Keberadaan panggung untuk mengakomodasi berbagai kegiatan positif yang digelar masyarakat.

"Di taman belakang kita buat panggung terbuka yang besar dengan ukuran 12x120 meter. Jadi, apabila ada tenda atau booth pameran di sana sudah sangat memungkinkan, termasuk juga untuk event-event besar bisa dilaksanakan di taman belakang," jelas Kepala Biro Umum Setda Provinsi Jabar Iip Hidajat

"Dulu kalau ada event besar, kami biasa menutup Jalan Dipenogoro, tapi malah menimbulkan kemacetan luar biasa. Kalau di belakang kan ada dua jalur, jadi relatif lebih kondusif kalau ditutup satu jalurnya," sambungnya.

Iip juga mengatakan, meski pagar tinggi yang sebelumnya mengelilingi Gedung Sate telah dibongkar, namun pihaknya tetap menyediakan pagar dengan sistem knock down (bongkar pasang).

"Untuk Taman Depan Gedung Sate, akan tetap ada pagar, tapi pagarnya knock down atau portable. Jadi, misalkan diperlukan ditutup, akan ditutup. Tapi kalau tidak, tetap dibuka. Contohnya kalau ada demo kan tidak bisa diprediksi dan polisi juga menginginkan ada pagar untuk demarkasi," kata Iip.

Iip meyakinkan, revitalisasi Gedung Sate telah didahului konsultasi dan kerja sama tim revitalisasi dengan tim ahli cagar budaya Kota Bandung dan Balai Pelestarian Cagar Budaya Banten, serta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia (RI) untuk mendapatkan rekomendasi, sehingga fungsi dan bangunan utama tidak terganggu.

Sebelumnya, Gubernur Gubernur Jabar, Ridwan Kamil mengungkapkan keinginannya agar Gedung Sate lebih ramah bagi masyarakat umum hingga wisatawan. Menurut dia, selama ini, Gedung Sate terkesan angker.

"Saya punya mata sebagai arsitek. Banyak ruang mubazir yang lebih baik dimanfaatkan untuk masyarakat. Gedung Sate jangan angker atau terkesan formal kayak istana. Ini kan rumah rakyat, selama (masyarakat) tidak masuk ke ruang yang privat, masyarakat bisa berinteraksi ga masalah," ungkapnya.

(abs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.0272 seconds (0.1#10.140)