Pengamat Pendidikan: Guru Harus Ingatkan Siswa soal Bahaya Skull Breaker Challenge

Sabtu, 15 Februari 2020 - 19:08 WIB
Pengamat Pendidikan: Guru Harus Ingatkan Siswa soal Bahaya Skull Breaker Challenge
Salah satu cuplikan video skull breaker challenge di mana salah seorang pelakunya pingsan setelah kepala bagian belakangnya membentur lantai. Foto/Medsos
A A A
BANDUNG - Media sosial (mensos) belakangan diramaikan dengan kemunculan video remaja yang melakukan prank bernama skull breaker challenge. Tantangan baru tersebut dinilai sangat berbahaya dan bisa berakibat fatal hingga berujung kematian.

Menanggapi viralnya video yang banyak diunggah di medsos Tik Tok itu, pengamat pendidikan dari Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung Dan Satriana juga menilai prank tantangan tersebut sangat berbahaya. Dia berharap, skull breaker challege yang banyak dilakukan remaja di luar negeri tidak diikuti siswa di Tanah Air. (BACA JUGA: Permainan Berbahaya, Sosiolog: Guru-Orang Tua Harus Tegas Melarang )

Untuk mengantisipasi hal itu, Dan mengatakan, para guru di sekolah harus ikut mengingatkan siswanya bahwa skull breaker challenge sangat berbahaya dan bisa mengakibatkan kematian. Selain itu, para guru pun harus mendidik siswanya menjadi pengguna medsos yang baik.

"Sekolah harus membiasakan dan mendidik mereka menjadi pengguna medsos yang baik, termasuk tidak menggunakan medsos untuk perbuatan perundungan seperti di video itu (skull breaker challenge)," tutur Dan melalui sambungan telepon selularnya, Sabtu (15/2/2020).

Meski begitu, mantan ketua Komisi Informasi Publik (KIP) Jabar itu menilai, medsos seperti aplikasi Tik Tok yang kerap digunakan untuk menampilkan video skull breaker challenge merupakan dampak dari perkembangan teknologi informasi yang tak bisa dihindari serta sudah menjadi bagian dari kehidupan siswa saat ini dan di masa depan.

Dia tak sependapat dengan aturan larangan membawa handphone ke sekolah atau melarang penggunaan Tik Tok sebagai salah satu cara yang bisa dilakukan untuk menekan prank tantangan yang berbahaya, seperti skull breaker challenge. Pasalnya, hal itu menurutnya tidak bijaksana.

"Tiktoknya sendiri sebagai aplikasi adalah konsekuensi dari perkembangan teknologi informatika, tentu dengan dampak positif dan negatifnya. Menjauhkan mereka dari perkembangan teknologi ini tidaklah bijaksana," katanya.

Sebaliknya, lanjut Dan, sekolah justru harus menjadi tempat yang tepat untuk mengenalkan penggunaan medsos dengan baik kepada para siswa ketimbang melarang siswa membawa handphone atau menggunakan Tik Tok.

"Sekolah harus mengenalkan penggunaan medsos yang baik, manfaatkan medsos dan internet untuk mendorong penugasan yang mendorong kreativitas dan penggalian informasi sebagai bahan ajar," jelasnya.

Dengan bimbingan dan arahan guru yang baik, Dan yakin, para siswa pun akan paham cara menggunakan medsos dengan baik dan tidak menggunakannya untuk hal-hal yang berbahaya, seperti skull breaker challenge.

"Dengan berlatif seperti itu, maka siswa akan terlatih menggunakan medsos dan memahami etikanya," tandasnya.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 2.6492 seconds (0.1#10.140)