Pascalongsor Hegarmanah, Titik Km 118 Tol Cipularang Terancam Ambles

Kamis, 13 Februari 2020 - 20:13 WIB
Pascalongsor Hegarmanah, Titik Km 118 Tol Cipularang Terancam Ambles
Titik Km 118+600 jalur B Tol Cipularang. Insert: genangan air yang timbul di seberang longsoran di Kampung Hegarmanah, Desa Sukatani, Kecamatan Ngamprah, KBB. Foto/SINDOnews/Adi Haryanto
A A A
BANDUNG BARAT - Jalan Tol Cikampek-Purwakarta-Padalarang (Cipularang)tempatnya di titikKM 118+600 B yang berada di atas lokasi longsor di Kampung Hegarmanah, Desa Sukatani, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat (KBB), terancam ambles jika tidak segera ditangani dengan benar.

Pasalnya, pascabencana yang terjadi pada Selasa (11/2/2020) malam, selain menimbulkan pergerakan tanah sejauh sekitar 1 km dan merusak permukiman warga, di lokasi juga muncul genangan air yang menyerupai danau.

Genangan air itu berada di seberang lokasi longsor atau sebelah kanan jalur tol arah Jakarta. Kedalamannyadiperkirakan mencapai sekitar 5 meter dan luasnya mencapai 4.000 meter persegi.

Volume air semakin bertambah seiring hujan yang turun dan tersumbatnya gorong-gorong/saluran air. Bahkan adanya genangan air ini disinyalir menjadi penyebab terjadinya longsor dan pergerakan tanah di Kampung Hegarmanah.

Pascalongsor Hegarmanah, Titik Km 118 Tol Cipularang Terancam Ambles


Terkait hal ini Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana (PVMBG) masih melakukan penelusuran untuk memastikan penyebab terjadinya bencana longsor dan pergerakan tanah ini.

Dugaan sementara kejadian itu terjadi karena kontur tanah jenuh atau banyak mengandung air permukaan. Kemiringan tanah juga berpengaruh pada terjadinya longsor, mengingat sebelum jadi jalan tol lokasi berupa tanah urukan.

Penyelidik Bumi, PVMBG, Anjar Heriwaseso melihat kondisi tanah di sekitar lokasi kejadian sangat jenuh sekali. Makanya sehabis longsor muncul kolam-kolam genangan air yang menampung air yang menandakan tanah di lokasi itu jenuh.

Sehingga mitigasi pertama yang harus dilakukan adalah mengeringkan dulu genangan air untuk mengurangi potensi terjadinya longsor susulan.

"Saat ini sudah sedang dilakukan pengenalan area untuk mengecek batuan, hidrologi, dan bagaimana bentuk struktur tanahnya. Kalau melihat kondisinya, titik longsor dengan badan jalan tol kurang dari 10 meter, itu yang harus diwaspadai jangan sampai amblasan tanah semakin mendekati badan jalan," ucapnya, Kamis (13/2/2020).

Pihaknya menyarankan agar pihak Jasa Marga melakukan antisipasi longsor susulan dengan melakukan pengaturan lalu lintas. Kendaraan berat yang mengarah ke Jakarta jangan terlalu ke kiri (pinggir) bahu jalan di sekitar lokasi longsor.

Bahkan jauh lebih baik dilakukan rekayasa lajur kendaraan di KM 118+600 B. Mengingat karena Tol Cipularang adalah jalan tol aktif, maka beban kendaraan dan getaran yang ditimbulkan juga harus dikurangi khususnya di titik yang terjadi longsor.

"Pengaturan lalu lintas juga perlu dilakukan, karena jika tidak nanti akan menambah beban lereng yang sudah tergerus akibat longsor," imbuhnya.

Terkait keberadaan genangan air di seberang titik longsoran, dia menilai kalau genangan di seberang itu lebih tinggi, mungkin pengaruhnya ada terhadap longsor dab pergerakan tanah yang terjadi. Tapi kalau genangan itu lebih rendah maka tidak ada pengaruhnya.

Selain itu perlu juga memperbaiki drainase yang tersumbat, dan pemantauan yang berkelanjutan terhadap retakan yang ada. Setelah itu dilakukan baru ke arah mitigasi struktural lain seperti penahan atau perlandaian lereng.

"Makanya semua genangan air yang ada harus dikeringkan baru bisa dilakukan terasiring ataupun penahan lereng atau bronjong," pungkasnya.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.5937 seconds (0.1#10.140)