Yusron Wafat, Yusril Berjuang Bertahan Hidup dan Butuh Bantuan Pengobatan

Senin, 10 Februari 2020 - 22:26 WIB
Yusron Wafat, Yusril Berjuang Bertahan Hidup dan Butuh Bantuan Pengobatan
Makam satu dari dua bayi kembar yang dilahirkan prematur di Kampung Cibacang, Desa Cipeundeuy, Kecamatan Padalarang, KBB, Senin (10/2/2020) pagi. Foto/SINDOnews/Adi Haryanto
A A A
BANDUNG BARAT - Satu dari dua bayi kembar yang dilahirkan prematur, warga Kampung Cibacang, Desa Cipeundeuy, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), meninggal dunia, Senin (10/2/2020).

Sementara itu kembarannya hingga kini masih dalam kondisi kritis dan masih terus berjuang bertahan hidup di ruang IGD Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung karena mengalami kelainan paru-paru.

Bayi kembar yang diberi nama Yusron Nahlan Syauqi dan Yusril Nahlan Syauqi itu lahir dalam kondisi kandungan 7 bulan 2 minggu di RS Kharisma, Cimareme.

Yang meninggal dunia adalah sang kakak, Yusron dan telah dimakamkan di pemakaman umum dekat rumah orangtuanya, di Kampung Cibacang, Desa Cipeundeuy, Kecamatan Padalarang, KBB, Senin (10/2/2020) sekitar pukul 11.00 WIB

"Yusron meninggal tadi pagi dan langsung dimakamkan siang harinya, saya yang pertama tahu," kata pasangan suami istri Nurdiana (23) dan Iis Apriani (21) saat ditemui Senin, (10/2/2020).

Nurdiana menyebutkan, sejak jam lima pagi dirinya melihat mulut anaknya mengeluarkan busa. Kemudian sekitar sejam berikutnya ada darah yang keluar dari hidung, namun menurut dokter itu kondisi normal karena pernafasannya tidak baik.

Sebelum akhirnya diketahui sudah meninggal dunia. Sementara sang adik, Yusril, dalam kondisi kritis dan masih di ruang IGD karena harus disuplai alat bantu pernapasan.

Seharusnya saat ini Yusril sudah dimasukkan ke ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU). Namun ruang NICU di RSHS hingga saat ini tidak tersedia. Bahkan harusnya bernapas juga memakai CPAP, tapi karena tidak ada, jadi pakai oksigen biasa.

Padahal menurut dokter hal tersebut kurang optimal. Opsinya bisa dirawat di ruanh NICU tapi harus di rumah sakit swasta yang masih tersedia.

"Di NICU rumah sakit swasta itu sehari Rp5 juta, uang darimana saya. Untuk biaya sesar kemarin juga hanya sanggup bayar Rp6 juta dari total Rp12 juta karena ada bantuan dari pihak lain," kata Nurdiana yang sehari-hari bekerja sebagai sopir pribadi ini.

Menurut Nurdiana, saat lahir anak kembarnya hanya memiliki berat badan 1,3 kilogram dengan panjang 50 sentimeter. Keduanya berada dalam posisi sungsang sebelum lahir melalui proses sesar.

Akan tetapi dengan biaya besar yang harus dikeluarkan untuk pengobatan Yusril, dirinya mengaku bingung harus meminta bantuan kemana karena untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dirinya juga kerepotan.

"Saya berharap ada bantuan untuk biaya perawatan medis Yusril, karena sampai saat ini belum ada bantuan untuk perawatan dan baru ada sumbangan untuk melunasi biaya sesar kemarin," ujarnya.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 5.2416 seconds (0.1#10.140)