Digitalisasi di Antara Manisnya Susu Pangalengan

Selasa, 02 Oktober 2018 - 14:19 WIB
Digitalisasi di Antara Manisnya Susu Pangalengan
Pengumpulan susu perah oleh KPBS Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Koperasi yang menaungi 3.400 peternak sapi ini telah menikmati hasil dari digitalisasi yang diterapkan beberapa tahun lalu. Foto/Istimewa
A A A
BANDUNG - Telah menjadi rahasia umum, banyak koperasi di Indonesia mati suri di tengah gempuran ekonomi global. Walaupun koperasi sering disebut sebagai soko guru ekonomi, kenyataannya hanya sedikit koperasi yang mampu bersaing.

Pada 2016, Indonesia menjadi negara dengan jumlah koperasi terbesar di dunia, mencapai 209.000. Sayangnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, hanya 148.220 koperasi yang berstatus aktif. Sisanya, hidup enggan, mati pun tak mau.

Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (KUMKM) Provinsi Jawa Barat mendata, ada sekitar 25.000 koperasi skala kecil, sedang, dan besar. Dari jumlah itu, 6.000 di antaranya mati suri dan tak pernah melakukan rapat akhir tahun (RAT).

"Koperasi selama ini banyak dikenal anak-anak sekolah sebagai penjual kebutuhan baju atau perlengkapan sekolah saja. Padahal, koperasi lebih luas dari itu, koperasi adalah sebuah konsep ekonomi kerakyatan yang masuk ke semua sistem ekonomi dan kehidupan masyarakat," kata Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Dudi Abdurachim.

Mundurnya koperasi, tak hanya dipengaruhi paradigma masyarakat, tetapi juga eksistensinya yang makin meredup di tengah gempuran kekuatan ekonomi berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Tidak sedikit koperasi yang enggan membuka diri atas keterbukaan akses teknologi informasi.

Kondisi itu juga yang terjadi pada Koperasi Peternak Bandung Selatan (KPBS) di Pangalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat, beberapa tahun lalu. Koperasi yang berdiri sejak 1969 itu nyaris lekang dimakan zaman. Kebocoran di lini produksi dan distribusi menyebabkan perkembangan koperasi tersendat.

Hingga akhirnya, Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Barat menawarkan konsep Enterprise Resource Planning (ERP) untuk KPBS. Sebuah sistem yang mengintegrasikan planning, programming, dan financing bagi KPBS. Sistem yang baru berjalan dua tahun itu terbukti mampu menekan kebocoran, mendorong efisiensi, dan meningkatkan kinerja koperasi.

"Konsep itu bermula dari minimnya anak-anak peternak susu sapi yang enggan melanjutkan usaha orang tuanya. Ketika lulus perguruan tinggi, mereka memilih mencari pekerjaan lain. Kami berpikir, bagaimana agar pertanian dan peternakan di Pangalengan dikelola secara keren, memanfaatkan ICT (information and communication technology)," jelas Dudi.

Digitalisasi KPBS, kata dia, menciptakan cara kerja yang efisien dan terbuka. Semua transaksi penjualan susu dari peternak dapat dipantau kedua belah pihak secara online. Bahkan, penerapan milk collection point (MCP) yang mengadopsi peternakan susu di Belanda, membawa KPBS meraih penghargaan Satyalancana Wirakarya dari Presiden Republik Indonesia Joko Widodo pada 2017.

Menurut Dudi, digitalisasi telah menyelamatkan ribuan peternak sapi perah. Koperasi KPBS juga mampu bertahan, bahkan semakin berkembang di tengah persaingan bisnis internasional yang semakin ketat. KPBS, kini tak lagi hanya koperasi susu, tetapi bergerak menjadi holding bank perkreditan rakyat (BPR), perusahaan olahan, rumah sakit, dan rumah makan.

Ketua Umum KPBS Aun Gunawan mengatakan, digitalisasi KPBS Pangalengan mengintegrasikan semua elemen kerja perusahaan. Semua kegiatan KPBS direkam dalam satu server, mulai dari kegiatan penerimaan susu, pembayaran, pengambilan barang, penggunaan kendaraan, simpanan, penjualan.

"Semua terpadu dalam satu sistem. Transaksi dan kegiatan koperasi tercatat dan terekam tanpa ada manipulasi. Digitalisasi ini membawa kami lebih terbuka, data lebih cepat masuk, lebih efisiensi, dan meminimalisir oknum nakal," jelas dia.

Sebelum penggunaan TIK di KPBS Pangalengan, setiap hari koperasinya harus menanggung kebocoran lebih dari 200 liter susu perah, akibat ulah oknum nakal. Saat ini, dengan pengelolaan hingga 85 ton susu perah, kebocoran mampu ditekan antara 5 hingga 10 liter.

Dia mengakui, banyak manfaat yang bisa dinikmati dari digitalisasi koperasi, terutama bagi anggota. Digitalisasi memberi keleluasaan kepada anggota untuk memantau perkembangan organisasi. Keterbukaan itu pun meningkatkan kepercayaan anggota kepada pengurus.

"Kami memberanikan diri menjadi koperasi yang berbasis digital. Memang ini tidak mudah, karena mengubah kebiasaan lama, dari terbatas dan cenderung tertutup menjadi terbuka. Tetapi ini justru memberi dampak positif bagi kemajuan koperasi," beber Aun.

Menurut dia, digitalisasi adalah keniscayaan. Koperasi sebesar apapun bisa tergerus zaman bila tak memanfaatkan TIK. Digitalisasi bisa mempertahankan eksistensi organisasi sehingga mampu bersaing lebih kuat. Dia pun menyinggung, banyak koperasi yang enggan memanfaatkan TIK, karena ketakutannya akan keterbukaan informasi organisasi.
Digitalisasi di Antara Manisnya Susu Pangalengan

Keterbukaan informasi yang digagas KPBS melalui digitalisasi telah memodernisasi sekitar 3.400 peternak di Kabupaten Bandung. Mereka bisa mengakses informasi koperasi hingga mengukur penghasilan harian melalui smartphone. Seorang petani rata-rata mampu mendapat pemasukan Rp60.000 dari 12-15 liter susu perah per harinya.

Aun menjelaskan, naiknya kepercayaan anggota kepada organisasi telah membawa kemajuan luar biasa bagi KPBS Pangalengan. Baru-baru ini, koperasinya telah memiliki mayoritas saham atas Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Bandung Kidul, sebuah lembaga perbankan yang dikelola secara profesional.

"Kami juga akan membentuk unit usaha berbentuk PT (perusahaan terbatas) untuk mengolah sekitar 15 ton susu perah menjadi produk jadi. Ini akan meningkatkan daya saing susu kami dan membuka lapangan kerja," ujar dia.

Selain itu, KPBS Pangalengan juga akan memanfaatkan kantor yang cukup luas, menjadi rumah sakit bagi warga sekitar. Dia berharap, rumah sakit yang rencananya melayani pasien BPJS Kesehatan itu bisa beroperasi 2019.

"Digitalisasi telah membawa kami memiliki tenaga kerja yang relatif efisien, sehingga kantor kami yang besar ini akan kami gunakan untuk rumah sakit. Serapan tenaga kerja nantinya akan lebih besar dilakukan unit usaha dengan pengelolaan yang profesional," pungkasnya.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.5475 seconds (0.1#10.140)