China Didera Virus Corona, Indonesia Berpeluang Tingkatkan Volume Ekspor

Kamis, 06 Februari 2020 - 22:39 WIB
China Didera Virus Corona, Indonesia Berpeluang Tingkatkan Volume Ekspor
Peserta Munaslub GPEI foto bersama di sela Munaslub GPEI di Hotel Swiss Bell Resort, Jalan Cigadung, Kota Bandung, Kamis (6/2/2020). Foto/SINDOnews/Agung Bakti Sarasa
A A A
BANDUNG - Wabah virus Corona (2019-nCoV) yang melanda China telah berdampak besar terhadap sendi-sendi kehidupan di Negeri Tirai Bambu itu. Di balik musibah tersebut, Indonesia berpeluang besar untuk meningkatkan volume ekspor.

Hal tersebut diungkapkan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Toto Dirgantoro di sela-sela Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) GPII yang digelar di Hotel Swiss Bell Resort, Jalan Cigadung, Kota Bandung, Kamis (6/2/2020).

Dalam kesempatan tersebut, Toto mengakui, wabah virus corona di China memang berdampak terhadap kegiatan perdagangan antara Indonesia dan China. Menurutnya, dampak besar dirasakan eksportir Indonesia yang selama ini sangat bergantung pada impor bahan baku dari China.

Meski belum memiliki data pasti terkait dampak tersebut karena masih dalam tahap perhitungan pascawabah virus corona mencuat, namun menurutnya, jika wabah virus corona belum bisa dikendalikan, kegiatan ekspor produk Indonesia berbahan baku dari China dipastikan terpuruk.

"Dengan adanya pembatasan impor, tentu berdampak karena bahan baku kan dari sana (China) semua," ungkap Toto.

Meski begitu, Toto mengatakan, Indonesia sebenarnya berpeluang besar meningkatkan volume ekspor dengan memanfaatkan situasi yang tengah terjadi di China tersebut, khususnya ekspor produk-produk makanan dan minuman.

"Kondisi ini bisa dimanfaatkan industri kita, khususnya untuk makanan dan minuman karena mereka (warga China) butuh," ujarnya.

Dia menjelaskan, di tengah kerepotan menghadapi wabah virus corona, China kini kesulitan melakukan produksi, khususnya makanan dan minuman dan tentunya mereka membutuhkan produk makanan dan minuman dari negara lain.

"Nah ini UKM kita bisa ambil peluang, agar ekspor kita meningkat, khususnya makanan dan minuman," sebutnya.

Sehingga, lanjut Toto, mewabahnya virus corona di China meninggalkan dampak negatif dan positif bagi aktivitas perdagangan antara Indonesia dan China. Di satu sisi bakal ada eksportir yang terpuruk, di sisi lain bakal ada eksportir yang berpeluang meningkatkan volume ekspornya.

"Sekarang dampaknya belum bisa dihitung, nanti kerasa setelah (wabah virus corona) lewat sebulan. Nanti akan ketahuan, mana industri yang mulai mengeluh dan mana yang meningkat," katanya.

Munaslub Amandemen AD/ART GPEI
Lebih lanjut Toto mengatakan, agenda Munaslub GPEI kali ini, yakni melakukan amandemen anggaran dasar/anggaran rumah tangga (AD/ART) GPEI. Menurut dia, amandemen dilakukan sebagai upaya penyempurnaan AD/ART yang belum pernah dilakukan sejak GPEI berdiri.

"Agenda Munaslub GPEI kali ini untuk membahas dan mengesahkan penyempurnaan dan atau perubahan AD/ART GPEI yang belum pernah ada perubahan sejak GPEI didirikan," katanya.

Toto menerangkan, GPEI didirikan oleh Menteri Perdagangan RI berdasarkan SK Menteri Perdagangan RI Nomor 784/M tanggal 21 Februari 1961 tentang Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia Sementara (GPEIS) dan SK Menteri
Perdagangan RI Nomor 167/SK/XI/66 tanggal 29 November 1966 tentang Peningkatan nama dari GPEIS menjadi GPEI (Indonesia Exporters Association).

Toto juga mengatakan, penyempurnaan AD/ART GPEI ini merupakan realisasi amanat dari Musyawarah Nasional (Munas) VIII GPEI yang telah dilaksanakan pada Kamis, 7 November 2019 lalu.

Munaslub yang dihadiri Ketua Umum DPP GPEI, Benny Soetrisno, jajaran pengurus DPP, serta para ketua DPD GPEI seluruh Indonesia ini juga merupakan wujud penyesuaian GPEI terhadap perkembangan zaman saat ini.

"Amandemen AD/ART ini nantinya menjadi haluan bagi organisasi dalam rangka meningkatkan kinerja ekspor Indonesia," tandasnya.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.8322 seconds (0.1#10.140)