Gubernur Tawarkan Bedol Desa kepada Korban Longsor Kabupaten Bogor

Selasa, 28 Januari 2020 - 16:34 WIB
Gubernur Tawarkan Bedol Desa kepada Korban Longsor Kabupaten Bogor
Gubernur Jabar Ridwan Kamil berbincang dengan warga terdampak longsor saat meninjau lokasi longsor di Desa Pasir Madang, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, Selasa (28/1/2020). Foto/Humas Pemprov Jabar
A A A
BANDUNG - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menawarkan opsi bedol desa bagi warga korban longsor di Kabupaten Bogor demi menjamin kelangsungan hidup mereka.

Opsi tersebut ditawarkan Ridwan Kamil saat meninjau lokasi bencana longsor dan berbincang dengan korban di pengungsian di Desa Pasir Madang, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, Selasa (28/1/2020).

Gubernur yang akrab disapa Emil itu mengatakan, pihaknya sudah menyiapkan lahan cukup luas milik PT Perkebunan Nusantara (PTPN) yang akan dikondisikan menjadi perkampungan baru.

Bahkan, Emil pun mengaku sudah meninjau langsung lahan relokasi yang letaknya berada 15 kilometer dari Desa Pasir Madang, tepatnya di Kecamatan Cigudeg.

"Kita sudah ada tempat 15 kilometer dari sini. Ada tanah luas milik PTPN yang akan kita kondisikan sebagai perkampungan baru, jadi bedol desa," ujar Emil.

Menurut dia, terdapat 15 titik lahan relokasi yang tersebar di tiga wilayah, yakni lima titik di lahan milik PTPN VIII Cikasungka seluas 20,48 hektare, delapan titik di lahan perusahaan bukan milik PTPN VIII seluas 59,5 hektare, serta dua titik di lahan milik warga seluas 1,72 hektare. Total kebutuhan lahan relokasi mencapai 81,7 hektare.

"Lalu, bagaimana pekerjaannya? Karena lahannya juga lahan hijau, jadi selain rumah nanti kita bisa sediakan tempat bercocok tanam atau bekerja sama dengan PTPN mengelola tanah pertanian," terangnya.

Selain opsi bedol desa, lanjut Emil, pihaknya pun menawarkan opsi lain, yakni warga tetap bisa tinggal di Desa Pasir Madang dengan syarat ada hasil kajian dari ahli geologi yang menyatakan bahwa desa tersebut aman untuk dihuni.

"Jadi, ada dua opsi hari ini, (pertama) tetap di sini tapi harus dicek dulu oleh ahli (geologi). Opsi kedua, sebenarnya lebih kami sukai karena memindahkan (relokasi) tidak terpencar-pencar, langsung semuanya di lokasi yang sama," katanya.

"Harapan warga memang relokasinya masih ingin di daerah ini, tapi kita harus cek dulu dengan ahli geologi. Kalau ternyata tidak ditemukan lahan yang datar, tidak memadai, ada juga lahan miring, rawan apa tidak, nanti pendapat dari ahli geologi itu akan dijadikan sebuah informasi (ke warga)," jelasnya.

Emil pun berharap, warga mempertimbangkan dua opsi tersebut dan segera memberikan keputusan, sehingga awal Februari 2020 nanti bisa dilakukan pembangunan hunian. Pemerintah pun akan menjamin warga yang direlokasi, baik dari sisi hunian maupun mata pencahariannya.

Sementara bagi warga yang daerahnya masih memungkinkan untuk dijadikan hunian, kata Emil, pemerintah akan memberikan bantuan berdasarkan tingkat kerusakannya, baik itu rusak ringan, sedang, maupun berat.

Sementara itu, Kepala Desa Pasir Madang Encep Sunarya mengatakan, hingga kini ada 10 posko penanganan bencana di desanya. Jumlah kepala keluarga (KK) di Desa Pasir Madang sendiri mencapai 1.354 kepala keluarga (KK) dengan jumlah penduduk mencapai 4.800 jiwa. Sementara warga yang terdampak longsor mencapai 540 KK.

Untuk bantuan logistik bagi para pengungsi, kata Encep, hingga kini masih aman dan sudah disebarkan ke posko-posko yang ada.

"Alhamdulillah bantuan baik dari pemerintah, relawan, maupun donatur sudah disalurkan dan diterima oleh masyarakat," ucapnya.

Menanggapi dua opsi yang ditawarkan Pemprov Jabar, Encep berujar bahwa pihaknya bersama warga belum memiliki keputusan. Namun, menurut Encep, warga berharap mereka masih bisa tetap tinggal di lokasi yang tak jauh dari tempat tinggal semula atau masih berada di wilayah Desa Pasir Madang.

"Kami menjawab permintaan masyarakat harus berdasar. Kita tunggu hasil dari ahli geologi seberapa rentan tingkat bencana yang ada di Desa Pasir Madang," imbuhnya.

Encep pun menyatakan, hingga kini, warga Desa Pasir Madang belum siap untuk direlokasi keluar dari wilayahnya, di antaranya karena lokasi relokasi yang jauh atau faktor sejarah dan budaya.

"Tapi nanti kami sosialisasikan ke masyarakat kalau seandainya Desa Pasir Madang ini masuk zona merah (rawan longsor)," pungkas Encep.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 4.4153 seconds (0.1#10.140)