Banjir Kabupaten Bandung, Jalan Moh Toha-Dayeuhkolot Tenggelam

Senin, 27 Januari 2020 - 12:45 WIB
Banjir Kabupaten Bandung, Jalan Moh Toha-Dayeuhkolot Tenggelam
Warga Dayeuhkolot menggunakan perahu untuk berangkat kerja. Pasalnya, jalan utama Jalan Raya Dayeuhkolot-Baleendah dan Jalan Moh Toha terendam banjir. Foto/SINDOnews/Agus Warsudi
A A A
BANDUNG - Banjir akibat curah hujan tinggi dan meluapnya Sungai Citarum yang melanda Kecamatan Dayeuhkolot, Bojongsoang, Baleendah, Majalaya, dan Rancaekek, Kabupaten Bandung, tak juga surut.

Genangan air dengan tinggi sekitar 1,5 meter memutus Jalan Moh Toha yang merupakan akses utama menghubungkan antara Kota Bandung dengan kawasan Dayeuhkolot.

Kendaraan, baik mobil maupun motor tak bisa melintasi jalan ini. Warga terpaksa menggunakan sampan dengan tarif seikhlasnya, tergantung jarak. Namun rata-rata warga memberi uang kepada pemilik sampan Rp5.000-Rp10.000.

Banjir yang terjadi sejak Kamis 23 Januari 2020 malam itu, sampai saat ini masih merendam sejumlah kawasan. Ribuan rumah di kawasan itu terendam banjir dengan ketinggian air bervariasi. Selain itu, banjir memaksa ratusan warga mengungsi.

"Air kembali meningkat pada Sabtu 25 Januari 2020 sekitar pukul 23.30.00 WIB akibat dari intensitas hujan yang tinggi, merata di wilayah Kota dan Kabupaten Bandung. Suplai air lebih dominan dari Sungai Citarum dan Cikapundung," kata Kepala Pusdalops BPBD Jabar Budi Budiman, Senin (27/1/2020).

Tinggi muka air (TMA) banjir di Kecamatan Dayeuhkolot, ujar Budi, berkisar antara 10 hingga 180 sentimeter (cm). Kemudian, Bojongsoang 40-130 cm, Baleendah 20-190 cm, Rancaekek 10-140 cm, Kecamatan Majalaya 10-25 cm. "Banjir juga melanda Kecamatan Ciparay dengan TMA 50-70 cm," ujar Budi.

Budi menuturkan, banjir besar yang merendam ribuan rumah dan pertokoan memaksa ribuan warga mengungsi, terutama Dayeuhkolot, Baleendah, dan Bojongsoang.

Berdasarkan data BPBD Kabupaten Bandung dan BPBD Jabar, jumlah rumah dan fasilitas umum (fasum) yang terendam banjir di Kecamatan Baleendah, Dayeuhkolot, Bojongsoang, dan Rancaekek, 15.100 unit rumah, 413 sekolah, 79 tempat ibadah, dan 18 fasum.

"Sedangkan jumlah warga terdampak banjir Baleendah, Dayeuhkolot, Bojongsoang, dan Rancaekek sebanyak 18.046 KK atau 59.917 jiwa," tutur Budi.

Sampai saat ini, tutur Budi, ribuan di tiga kecamatan yakni, Dayeuhkolot, Baleendah, dan Bojongsoang masih mengungsi. Jumlah pengungsi di Kecamatan Dayeuhkolot 187 kepala keluarga (KK) atau 607 Jiwa. Sebanyak 29 orang di antaranya lanjut usia (lansia), 21 balita, 3 ibu hamil, 1 ibu menyusui, dan 3 disabilitas. Mereka mengungsi ke Aula Balai Desa Dayeuhkolot.

Kemudian, jumlah pengungsi di Kecamatan Baleendah 95 KK atau 331 Jiwa. Sebanyak 42 orang di antarnaya lansia, 29 balita, 3 bumil, 5 ibu menyusui, dan disabilitas 1.

Warga Baleendah korban banjir, menempati enam lokasi pengungsian, antara lain RW 01 Parunghalang Gedung Shelter, RW 03 Ciodeng-Darul Iqro, SDN Cibadak, RW 05 Cibadak Kantor RW, Al-Barokah, dan Gedung INKANAS Baleendah.

Sedangkan pengungsi Kecamatan Bojongsoang 1.080 KK atau 2.700 jiwa. Sebanyak 100 orang di antara pengungsi itu balita, 118 lansia, dan 23 ibu hamil.

Titik-titik pengungsian di Bojongsoang berada di Balai Desa Tegalluar, Masjid Almunawaroh 1 & 2, Aula Kantor Desa Tegalluar & Ruko Counter Cellular, Bale rumah kepala desa-Masjid As salam & An Nawa, Al Murqin, Barak & madrasah Al Munyiddin - Masjid Ar Rohman & Al Mutaqin, dan Masjid Baitul Muttaqin, An Nur, halaman PT Dwidaya

"Total jumlah pengungsi Kecamatan Baleendah, Dayeuhkolot dan Bojongsoang 1.362 KK atau 3.683 jiwa," tutur Budi.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.8351 seconds (0.1#10.140)